***
Los
Angeles, Canada
Ronald
Reagan UCLA Medical Center
December
30th 2012
Lima hari tiada tanda progres yang
tinggi dari Greyson. August masih menunggu dengan piyama rumah sakitnya.
Ternyata Greyson menyelamatkan diri August, tetapi August tidak sempat di
jauhkan. Greyson hanya bisa memeluk August, dan tubuh Greyson adalah tubuh
pertama yang terseret dengan mobil, diikuti juga August. Benturan keras terjadi
pada diri Greyson. August menatap Greyson dengan pasrah. August menggamit
tangan Greyson, dengan lembut, dia usap tangan Greyson itu.
“Greyson,
wake up” ucap August pelan. Menatap muka pucat itu. Hening August menunduk.
“Greyson,,
please...” ucap August lemah, tapi masih hening yang mencekam, suara pendetak
jantun gmasih berjalan August menghelakan nafasnya. Histeris, memang, August
meronta menangis, ingin bertemu setelah dirinya siuman. August meronta,
menyesali perbuatannya, seandainya dia tidak memainkan handphonenya. Saat itu
juga, darah dari August keluar kembali, hingga August jatuh pingsan. Saat
kembali sadar. August hanya bisa menerimanya, dan menangis tersedu di ranjang
rumah sakit. Hingga akhirnya dia melihat betapa hancurnya hatinya itu melihat
Greyson dengan balutan perban ditubuhnya.
August masih menunduk, dan mendengar
pintu terbuka. August menoleh, dan melihat sosok Olivia di sana. August
menatapnya dengan senyuman lemah.
“i’ll
leave you two” ucap August lalu berjalan dengan tatih. Olivia ingin membantu
tapi dicegah oleh August.
“why
you dont’t mad at me?” tanya Olivia memberhentikan langkah August yang sudah
menuju pintu August menunduk dan menoleh.
“there’s
no reason to be mad at you.” Ucap August. Lalu meninggalkan kamar Greyson,
dengan senyuman lemah. Dewi bulan terganti dengan Raja Siang. Sudah enam hari
Greyson belum juga siuman. August mulai cemas. August kembali menggamit tangan
Greyson dengan lembut.
“please,
wake up” bisik August kali ini, August menunduk, rasanya ingin menangis di
hadapan Greyson, tapi dia tau Greyson tidak akan suka ini. Hingga tangannya
Greyson bereaksi di tangannya.
“Greyson?”
panggil August, dan tangan itu kembali bergerak, August memanggil para dokter.
Disaat dokter keluar menjelaskan semuanya ke arah ibunya Greyson. August
memasuki ruangan itu.
“Greyson?”
panggil August. Greyson menoleh dan tersenyum manis.
“hey
August, what are yo doing here?” tanya Greyson heran. August tersenyum dan
duduk disamping Greyson.
“waiting
for you to wake up” ucap August tersenyum, Greyson menatap ke arah August. Lalu
membuka mulutnya.
“where’s
Olivia?” tanya Greyson. August mengerinyit.
“why
you asked her?” tanya August heran. Greyson menoleh heran.
“she’s
my girlfriend, it’s normal i’m looking for my own girlfriend? Isn’t it” tanya
Greyson ke arah August. Mata August membuka, dan menatap Greyson.
“your
girlfriend?” tanya August kembali memastikan Greyson mengangguk dengan lemah.
August menggenggam tangannya sendiri. August terdiam, menunduk.
“August,
what happen? Why i’m here?” tanya Greyson dengan lembut. August menggeleng
dengan pelan.
“i’ll
call her to come” ucap August berdiri, lalu meninggalkan Greyson dengan lemas
sambil membungkuk. Saat August ingin membuka pintunya. August terhenti, dan
menoleh ke arah Greyson.
“you
better take a rest, and i’m happy to hear your sound again” ucap August. Lalu
keluar dari rumah sakit. August menatap kosong koridor sunyi itu. August
terduduk menghilangkan fikirannya.
“oh my God, finally we made it!”
ucap August, terhadap laki-laki itu. Laki-laki di hadapannya itu tersenyum
bahagia, dan mengangguk.
“i love you so much August” ucap
laki-laki itu lagi. August tersenyum lebar, sangat lebar, dan menatap mata itu
dengan jelas.
“i love you, i really do” ucap
sekali lagi laki-laki itu, menatap langsung August, August terhipnotis akan kerlipan,
dan sinar dari cahaya itu. August tertarik dalam aura yang diberikan laki-laki
itu. August menutup matanya, dan merasakan, dirinya sudah tidak memijak bumi
lagi, dirinya seakan terbang, seakan sentuhan yang dia rasakan dibibirnya,
membuat dia ringan, dan dibawa oleh arus angin yang menari diantar mereka.
Rapat tubuh August dan laki-laki itu seakan tidak ingin membagi kehangatan
dengan helaian tipis sang angin. August membuka matanya perlahan, August
melihat senyuman itu, August melihat mata itu dengan indah. August mengangkat
tangannya untuk membelai pelan lelaki itu, tapi August tercekat, melihat
tangannya, disimbahi dengan darah. August menoleh ke bawah, dan dia melihat
tubuh didepannya, tidak lah sempurna, ada
darah yang keluar deras di tangan lelaki itu, August menatap leaki-laki itu
lagi. Darah segar, terhembus dari kepala laki-laki itu. August mundur untuk
beberapa langkah.
“you” ucap August, menggelengkan
kepalanya dengan kencang, menatap laki-laki itu.
“August, don’t” ucap lelaki itu,
August masih mundur perlahan.
“August” ucapan itu memelan, August
masih mundur, masih tidak akan pernah percaya dengan apa yang ia lihat
“August” ucapan itu membayang,
August merasakan semuanya telah kembali memutih. August melihat semunya kembali
menghilang. August sadar, ini hanyalah mimpi, August mengusahakan dirinya untuk
bangun dari mimpi itu. tapi August tidak bisa, dirinya tercekat dalam mimpinya.
Hanya teriakan namanya lah yang menggema di dalam pandangan putih itu. August
menutup matanya, ingin menangis, tapi rasanya tidak bisa, yang ada keluar rasa
perih yang biasa dia rasakan, ketika mengeluarkan darah tersebut.
“August”
“August”
August tercekat dengan potongan
bayangan dalam otaknya, itu adalah mimpinya, yang dirinya sendiri lupa. Lelaki
itu, Greyson! iya! Lelaki ini lebih jelas dilihat oleh August. August langsung
terlempar dengan memori dimana Greyson bersimbahan dengan darah, August kembali
mengambil sisa memori-memorinya. Tapi gagal, hingga ada seseorang menepuk
pundak August, August menoleh ke depan.
“what
happen?” tanya laki-laki itu dengan lembut. August menggeleng dengan pelan.
“you’re
crying tell me, what happen?” tanya lelaki itu. August masih menggeleng.
“August,
even we were broke up, we can still be friends” ucap Cody dengan lembut, berlut
di hadapan August. August menunduk, dengan tangisan tertahan.
“tell
me, trust me” ucap Cody dengan pelan. August menaikkan mukanya dan menatap mata
aqua itu. Bagaimana dia bisa lupa dengan kerlipan indah dari mata itu? August
menunduk.
“he...”
ucap August terbata.
“he
what?” tanya Cody bersabar, mengelus tangan gadis itu dengan lembut. “tell me”
ucapnya lagi.
“he
forget me” ucap August, tangisannya mendesak untuk keluar, hingga mata itu tak
bisa menahan banjiran air dalam dirinya, menguras segala emosi jiwa yang ada di
dalam raga August. Cody menarik tubuh August ke dalam pelukannya. August
kembali sesenggukan, dan meronta, menyalahi keadaan, memarahi kenyataan. August
menggenggam kaus baju Cody. Cody hanya bisa menenangkan diri August yang sedang
sesenggukan dalam pelukannya. Semuanya mengalir, semua ceritanya, Cody hanya
bisa menghela nafasnya dan menyabarkan gadis itu. Hingga ada cairan lengket
dirasakan Cody, Cody mengangkat tubuh August. Cody melihat air matanya sudah
mengularkan darah segar, hidungnya tetap memproduksi darah. Disaata Cody ingin
membenarkan rambutnya, di pori-pori rambutnya keluar darah. Cody tersontak,
dengan cekatan memanggil dokter. Dokter langsung menggopong August ke ruang
UGD. Cody berdiri di depan pintu bertuliskan UGD itu. Cody terduduk lemas.
Kapan? Kapan gadis itu akan merasakan kebahagiaan yang abadi?!
***
Retrogade Amnesia, kata dokter
menjelaskan ke ibunya Greyson. Ibunya mengangguk prihatin, dan mengucapkan
terima kasih. Setelah melihat darah segar keluar dari hidung August. Dengan
cepat juga darahnya terkuras abis, sekali lagi, donoran darah yang di berikan
ke August, setelah sebelumnya juga diberikan karena kecelakaan. August
mengangguk dengan ikhlas mendengar cerita ibunya, bahwa Greyson belum bisa
dipaksakan dengan memorinya yang terdahulu, kalau tidak semakin parah. Besok
dia sudah boleh pulang, tapi tentu saja dia akan sering di rumah sakit melihat
Greyson. Dengan lemah, August berdiri, dan pergi menuju kamar Greyson, seperti
biasa, tanpa ketuk August membuka pintu itu, dan tercekat melihat Olivia sedang
menyuapi Greyson. August tersontak kaget. Dengan cepat dirinya menggantikan
mimik muka dirinya, dan tersenyum.
“Oh,
i’ll leave you two” ucap August langsung menutup pintu. Baru August berjalan
beberapa langkah, seseorang memanggil dirinya, August menoleh dan melihat sosok
Olivia menghampirinya. August tersenyum.
“hey”
ucap Olivia kikuk.
“oh
hi, Olivia, why you were calling me?” tanya August, dengan tenang, Olivia
menghela nafas.
“i
know it has been awkward for us, because of this situation. But do you really
want to be like this?” tanya Olivia, August menghela nafas, dan menyenderkan
dirinya di dinding sebelah pintu.
“i
don’t want to be like this, but the destiny made us like this” ucap August
menghela nafas dengan keras, sambil menunduk.
“do
you really don’t want to talk with him?” tanya Olivia lagi ke arah August.
“i
can’t choose, God only give me one choice, so liek it or not, i need to do it,
for him” ucap August lagi dengan senyum lemah. Olivia terdiam.
“are
you really give up to tell him, that you are the real of his girlfriend not
me?” tanya Olivia, dengan tatapan lurus langsung ke arah August.
“i
don’t give up, i just let time works, it’s important for him” ucap August. Saat
Olivia ingin berbicara, August menahan.
“take
care of him for me okay? Olivia?” pinta August. Olivia mengangguk. August
menghela nafas untuk kesekian kalinya, dan berbalik, berjalan meninggalkan
Olivia, hingga pintu terbuka.
“you
are my grilfriend?!”
***
Saat Greyson ingin keluar melongok
keadaan rumah sakit. Bukannya melihat tapi dia mendengar ucapan antara August
dan Olivia.
“are
you really give up to tell him, that you are the real girlfriend not me?” tanya
Olivia, nafas Greyson tercekat, benarkah? Greyson tau dia memiliki amnesia
sebagian, tapi dia tidak tahu, dia sudah pacaaran dengan August. Setelah
beberapa ucapan Greyson keluar meminta kepastian.
“you
are my girlfriend?!”
***
August menghela nafas dengan berat.
Dirinya duduk di samping baringan Greyson. August menatap lembut ke arah
Greyson, kembali August mengucap pelan tangan Greyson.
“are
you really my girlfriend? August?” tanya Greyson. August terdiam, dan mengeluar
titik air matanya. Disaat dia berfikir akan menjadi happy ending dalam bab
akhir perjuangannya, tapi ternyata masih ada selipan cerita sedih dalam
lembaran akhir. August menghelakan nafasnya. Dia tetap diam.
“i
want to go home, it’s getting late” ucap August, lalu berdiri, dan meninggalkan
Greyson. Greyson termenung, melihat sisi August lenyap. Otka Greyson masih
berfikir, apa yang sudah terjadi belakangan ini, kenapa bisa? Kenapa tiba-tiba
August adalah pacarnya. Greyson meraih handphonenya, dan segera dia mengtap
nama August.
Berita demi berita tertulis, gambar
pun terpampang, Greyson dengan resah tetap mencari semua informasi, hingga dia
tidak menyadari sang fajar sudah menyinari. Greyson berbaring sebentar, dan
mendengar pintu terbuka. Greyson melihat ada ibunya masuk ke dalam kamarnya.
Greyson tersenyum, saat ibunya bercerita apa yang terjadi di rumah Greyson
menyela.
“mom,
where is August?” tanya Greyson, langsung, ibunya tersenyum.
“she
need to go to around America for her concert” ucap ibunya dengan senyuman
manis. Greyson menunduk, tidak ada kesempatan lagi untuk menanya kepada August.
“Mom,
am i August’s boyfriend?” tanya Greyson to the point, ibunya tercekat mendengar
omongan anaknya. Ibunya mengusap rambut anak dengan halus.
“dear,
i know it’s too fast, but i can’t see August like that anymore, yes you are his
boyfriend, and yes, you love her” ucap ibunnya, lalu pamit ke ruang dokter.
Greyson makin bingun, dan di paksakan kembali otaknya, mengingat semuanya.
Hingga dirinya terbawa ke video AMA, di New York. Bertuliskan namanya. Greyson
heran, dan memulai video itu. Greyson menonton dengan seksama, dan melihat
dirinya menyanyi lagu ‘Fall For You’ dengan senyuman lebar, disertai senyum
malu oleh August. Hingga, kata-kata itu terlonttar. Greyson berfikir keras,
bayangan terdahulu dicoba untuk dirakitnya, difikirkannya lagi kenangan yang
telah hilang, hingga bebrapa potongan itu terkumpul dan menyatu.
“AGH!”
teriak Greyson, dengan membanting kepalanya ke arah bantal, dan tiba-tiba
dokter segera berhamburan masuk. Greyson tidak bisa merasakan apa-apa. Semua
putih.
***
“why don’t you guys, in the end of
video, are kissing?” tanya produsernya. Greyson pun tersenyum mendengar kata-kata itu
“we’re kids” ucap August. Greyson
tau, pasti ada argumen kecil yang keluar dari mulut August
“we’re trying to not be naive in
this time, all kids in your ages almost had a first kiss right?” tanya
produsernya lagi.
“I don’t mind at all, we’re friends
like best friends right?” ucap Greyson santai saat itu, sambil menatap August
“you dirtly little perv” ucap August. Greyson
hanya tertawa.
“don’t get me wrong, i’m a boy”
ucap Greyson sambil tertawa menggoda August, August hanya tambah merah mukanya.
“ah, it’s up to you” teriak August
frustasi.
“ugh, baby, just siad yes, i know
you really want to taste this lucious lips right?” tawa greyson, sambil berlari
engan jahil ke arah August.
“Greyson, get off” ucap August.
Merinding. Greyson tertawa dan mengecup pelan pipinya August dengan lembut.
“I’m fine, it’s just a video
right?” ucap Greyson tersenyum.
***
“i want to tell you about
something” ucap Greyson, lalu duduk di hadapan August.
“when I was in Indonesia, the first
time we meet, and the next day we’re going to movie, you remember that day?”
tanya Greyson sambil menatap mata itu dengan gelisah
“the time, i sleep during the movie
right?” ucap August. Greyson mengangguk.
“i don’t know what happen, like
gost came to me and...” ucap Greyson terputus lagi. August menaikkan alisnya.
“i kissed your lips, so your first
kiss is me, not him” ucap Greyson, meram, takut akan respon apa yang diberikan oleh
August. Greyson membuka matanya, dan melihat senyuman itu.
“if you really want is, ask me”
ucap gadis itu, dengan senyum genit, sungguh dada ini bergejolak, dengan tarian
darah yang terlalu cepat diiringi tabuh jantung yang senada.
***
“we still friends right?” tanya
August, di dalam pangkuan Greyson, greyson mengucapkan kata iya, dengan nada
pertanyaan, entah kenapa apa yang merasuki tubuhnya, sekali lagi Greyson
melumat bibirnya August. Biarkan dirinya untuk egois saat ini, melepas semua
benteng gengsin untuk merengkuh gadis ini. Mencium gadis ini.
***
“what are we Greyson?”
***
“tonight, will be the night, that i
will fall for you, love for you, over again, and.... i don’t ask you to be my
girlfriend, but i give you my body and soul to be your boyfriend” ucap Greyson, August menganga, dengan tangan
ditutup, dan langsung salting di panggung. Semua orang berteriak, dan
mengucapkan kata “aaawwww.” August memalingkan mukanya, dengan malu. Greyson
menarik mukanya, dan memaksa August menatap matanya.
“do you want me to be your
boyfriend?” tanya Greyson lagi. August menunduk, dan tersenyum, sambil
mengangguk malu. Greyson tersenyum, dan memeluuk August dengan erat.
“aku cinta kamu” ucap Greyson
dengan Bahasa Indonesia. August mengeratkan pelukannya lagi. Akhirnya.
Akhirnya. Akhirnya.
***
Ruangan
yang redup, dengan August baru menutup pintunya. Greyson mencegat August dan
langsung melumat bibir itu, dengan rengkuhan posesif Greyson, diangkat kaki
August untuk dikaitkan dirinya. Tubuh August adalah nafas baginya, tidak
mungkin dia bisa menjauh dari itu, semua rengkuhannya terasa benar.
“this what i’ve been waiting too
long” ucap Greyson, August menarik nafas dengan dalam.
“we have” ucap August.
“we have. We have a long time” ucap
Greyson lagi, dan memeluk tubuh mungil August, dan merasakan semua sensasi di
dalam dirinya, menikmati obak di dalam tubuhnya. Greyson tau August adalah
untuknya.
***
Greyson
masih melihat August sibuk dengan handphonenya, ada sesuatu yang tidak beres
dalam hati Greyson. Ada apa ini, seakan Greyson gelisah melihat August memgang
handphonenya, hingga mobil bmw hitam melaju dengan cepat. Tubuh Greyson dengan
reflek berlari, melindungi August, dia rasakan mobil menabrak punggungnya
dengan keras, kepalanya terbentur dengan kaca mobil, dan dirinya terjatuh,
dengan posisi melindungi August. Greyson tidak bisa melakukan apa-apa lagi. Dia
merasakan semuanya memutih. Dia ingin bertemu August, melihat senyumnya lagi,
dia ingin sekali! Batin Greyson.
***
August berdiri di depan pintu ICU,
dengan didalamnya Greyson, sedang berjuang untuk kehidupannya. August berdiri
dengan tegang, tepat setelah konser, August ditelpon, bahwa Greyson sedang
dalam penganan intens, karena Greyson ditemukan tidak sadarkan diri, dan detak
jantungnya yang terlalu lemah. Tanpa pikir panjang, August bertolak belakang,
dan kembali ke arah rumah sakit. Enam jam, penyelamatan belum bisa
diselesaikan, kabar terakhir Greyson mengalami titik terendahnya, dirinya
sedang berjuan guntuk bertahan. Saat
dokter keluar, muka lesu dokter terpancar. August lemas dan terduduk.
“he’s
coma, for the second time” ucap Dokternya. August kembali mengeluarkan air
matanya. Tidak sanggup menghadapi semua ini, dia ingin berteriak kepada Tuhan,
mengapa dirinya tidak bisa mengalami suatu kebahagiann permanen. August
berjalan, dan masuk ke ruangan Greyson, dan duduk bersimbah, mengepalkan tangannya,
di pejamkan kencang matanya, dan mulai dirinya berdoa. Dirinya terhanyut dengan
semuanya, dirinya menangis tersedu didepan tuhannya sendiri, menanyakan
kehidupannya.
“kenapa?
Kenapa harus dia?”
***
Beberapa hari di rumah sakit Greyson
manampilkan kemajuan, dirinya sudah dipindahkan ke ruangan intensif. Saat jam
makan siang, August mengunjungi Greyson dan duduk di sampingnya, mengajak
Greyson berbicara meskipun tidak ada jawaban. Keadaan seperti ini membuat hati
August semakin pilu. Bagaimana kalau saat dia melihat mata Greyson lagi,
kejadian itu terjadi lagi? Disaat Greyson bangun dan menganggap dirinya itu
teman? Atau lebih parah tidak mengenal dirinya sama sekali?
August menghembuskan nafas, dan
menyiapkan segala perih yang akan dia rasakan. August menggamit tangan Greyson,
dan mengusapnya dengan pelan.
“hey
Greyson” ucap August dengan suara getir, menghadap ke muka pucat pasi itu.
August menelan ludahnya sendiri.
“hows
your day?” tanya August, hening, tak ada yang menjawab.
“i’m
happy to see you fight for your life Greyson” ucap August dengan lembut.
“do
you remember, our hand always be like this when we walk together?” tanya
August, Greyson, masih belum menjawab.
“do
you still remember right? We really like
to play around my pent house?” tanya August, dengan nada lirih.
“do
you remember all those pranks?” August bergeming, ruangan masih sunyi.
“wake
up Greyson, i know you’re bored when you sleep, i miss your hug” ucap August
menahan sakit yang membuncah dalam hatinya. Melihat seseorang yang terkapar
lemah, terlebih itu Greyson, terlebih itu disebabkan dirinya....
“i
miss your lips, your smile, you eyes, your hug, your.... love” ucap August.
“i
miss you... my... boyfriend” ucap August dengan teteas air matanya terjatuh.
August seakan menelan semua rasa sakit dari ceritanya. Menelan dengan bulat
semua tangisannya, tapi gagal, tetap saja tangisan itu tertumpah ruah.
“always
remember okay?” pinta August, tapi tidak ada yang bisa menjawab semua
pertanyaan yang dimuntahkan oleh August. Greyson masih terdiam. Hingga ada
tangisan kecil lagi diujung matanya August, August menunduk, dan menghindar
untuk tidak menatap mukanyanya greyson.
“i
love you” suara August pelan, hingga ada suara getaran tangan, August menaikkan
kepalanya, dan menatap Greyson, mengharapkan sebuah harapan yang semua.
“August”
ucap Greyson pelan, dengan serak.
“I
remember you” lanjut Greyson, August menatap lemah ke arah Greyson, terdiam
dengan semua yang diterimanyanya itu
“you
are my girlfriend not Olivia” ucap Greyson kmebali, menatap August dengan
lembut. August terdiam, hingga Greyson menutupkan matanya, suara dengungan
panjang tedengar. August mulai tersadar, dan melihat dokter berhambur masuk.
August masih membeku, kembali dia mengerjapkan matanya.
“he,
remembe, me” ucap August. August terdiam, dan menoleh ke jendela.
“Greyson,
he remember me” ucap August lagi, hingga dia menyadari sesuatu, dirinya kembali
tertunduk lemas. Dipejamkannya kembali matanya itu.
“Tuhan,
tolong berikan kesempatan kepadanya, tolong, berikan kesempatan dirinya untuk
kembali hidup. Jangan, jangan ambil nnyawa dia, dia telah menyelamatkan
dirinya. Tuhan, aku terduduk di sini tuhan, berharap diri-Mu mendengarkan ku, Tuhan,
tolong. Selamatkan dia” guman August, dalam tangisannya yang makin deras.
August menutup telinganya, dan mennutup matanya, menutup semua panca indranya.
Kalau bisa dia egois, saat ini dia akan masuk dan memeluk Greyson, dan
berteriak sekeras mungkin untuk membuat Greyson hidup. Setelah beberapa menit. Seorang
dokter keluar, dan mengahmpiri August. August menoleh dan menatap mata itu,
mata yang cerah. August bertanya dan berharap menatap mata itu, dokter itu
mengangguk. August berdiri dan masuk ke dalam ruangan Greyson.
August menggamit tangan kiri
Greyson, dan menghembuskan nafasnya. August menatap muka Greyson dengan
senyuman yang lemah. Ditatap nya mata coklat yang lemah itu. Ya, Greyson bisa
diselamatkan.
“August”
ucap Greyson, August menoleh dan menatap Greyson dengan lembut.
“you
are my girlfriend right?” tanya Greyson, August menunduk pelan.
“i
said that when we’re in New York, right?” tanya Greyson. August mengangguk.
“and
then i kissed you in your room, right?” tanya Greyson lagi. August kembali
mengangguk. Setelah hening beberapa lama, August baru menyadari, dan menatap
Greyson dengan mata bulat. Greyson tersenyum, tersenyum dengan sangat manis.
“yes,
i remember, everything” ucap Greyson. August menutup mulutnya dengan kaget. Ada
senyuman yang tak bisa tertahan dari muka August.
“I
remember you August, I remember you. Remember August, right?” tanya Greyson.
August terdiam, dan menunduk mengecup bibir itu pelan, dengan tenang, dengan
senyuman. Tuhan mendengarkannya, Tuhan sayang dirinya. Greyson tersenyum, dan
menikmati keadaan itu.
Siapa sangka, cerita perkenalan Greyson
disaat umur lima tahun dengan August akan berakhir dengan seperti ini? Berakhir
dengan lembaran baru dan alur cerita baru, dimana sang tokoh utama menggamit
seorang wanita dari lembar sebelumnya? Saat melepas ciuman itu August
tersenyum, Greyson berfikir, jika semua dongen diakhiri dengan ‘happily ever after’ , bagi Greyson tidak,
karena ini adalah dunia nyata, Greyson lebih suka memilih dengan kata...
“every steps, every words, every
moments, every memories, he always remember her, remember August”
***
>> woahhhh the very last chapter from this fanfiction :') finally, 45 parts are out. i want to say a huge thank you to one of you for keep supporting me to made this fanfiction, if there's none of you, i won't be here. keep stick with me, soon i'm gonna write another stories. but i don't know when it will happen, but, i did make a short story, but i posted in in my own blog. so if you miss me, or my story, please, go to my blog at thizmynandos.blogspot.com . and once again, thank you, for all of you :) for all of the patience, for all of the mistake.
see you soon.
awesome forever
- @Audeeyah