Friday, August 17, 2012

Remember August ( Part 37 : Nothings Fine, We're Torn )

***

September, 4th ‘12
Los Angeles, Canada.
L.A.X

            August membalikkan tubuhnya, dan menatap laki-laki dengan plaid t-shirt abu-abunya, dan tentunya jeans dan converse itu tersenyum melambaikan tangannya. August tersenyum kembali, dan melambaikan pelan.

“bye” ucap August pelan, Greyson tersenyum, melihat mulut itu bergerak, dia mengangguk, dan membiarkan wanita itu terbang jauh ke negara Indonesia, memenuhi janji dirinya. Greyson menghela nafas, dan kembali masuk ke dalam mobil untuk melanjutkan tugasnya disini. Greyson masih bertengkar dengan isi hatinya, entah apakah hatinya itu masih menyimpan percikan kecil tapi sensitif mengenai August, atau memang percikan itu sudah dipadamkan dengan hujaman cinta dari Olivia. Greyson termenung dalam perjalan menuju apartemennya, Greyson menatap kosong jalan Los Angeles yang cukup padat.

            Sekali lagi Greyson menutup matanya, sekali lagi dia ingat kejadian dimana dia mencium gadis itu lagi, mencium gadis yang tidak berdaya di hadapannya, Greyson merasakan itu adalah suatu hal yang benar, memang bibir itu harus tertempel dengan miliknya, memang senyuman itu harus miliknya, memang pelukan itu memang miliknya, bukan, bukan untuk siapa-siapa. Greyson merasa kan hal egois muncul dalam dirinya untuk melepasan sesosok Olivia, dan kembali ‘memuja’ August. Mengambil hati August. Greyson, mendesah, dan mengalihkan fikirannya, mengusir, pikiran negative nya itu, tidak, itu tidak boleh terjadi. Batinya.

***

Jakarta, Indonesia
September 6th 2012

“yak ada August, disini, halo August apa kabar?” sapa penyiar radio, August yang duduk tepat disebrangnya tersenyum lebar.

“baik, baik” ucap August, tersenyum, menjawab pertanyaan tersebut. August duduk dengan tenang, mengahdap penyiar yang sedang memberikan pertanyaan seputar karir August di Los Angeles, sesekali ada lelucon, yang keluar dari Kevin Aprillio, August tersenyum.

“nah, lo kenal Emir Mahera gak nih?” tanya kevin Aprilio, tersenyum iseng, August mengangguk.

“yap, aku kenal, waktu premier Garuda Didadaku dua atau satu gitu kalo gak salah, aku dikenalin, sama mama, sempet ngobrol, bbm, emang kenapa?” tanya August, Kevin Aprilio, tersenyum.

“nah, kemaren, tuh, dia dateng juga ke radio ini, dan waktu itu kita tanya, siapa sih celebrity crushnya dia. Dan waktu itu, dia jawab itu lo, gimana nih? Di “suka” in sama cowo yang lagi di gandrungin sama cewek seumuran lo?” tanya Kevin lagi, August hanya tertawa garing.

“kita, emang udah sebates temen doang, lagi pula aku udah, ekhm, taken, gak single lagi, jadi apapun itu, mau crush kek atau apa, dia temen aku, itu aja sih” ucap August tersenyum kecil. Kevin Aprillio mengangguk.

“nah, lo kan udah tinggal sekitar delapan bulanan nih, di Los Angeles, apa bedanya sih disana sama disini?” tanya Kevin kembali. Augsut sempat berfikir.

“paling bedanya di traffic, sama people i met kali ya, kalo traffic, jelas LA, jauh maju dari Indonesia, dimana semuanya tertib, gak ruweh, kalo orangnya apa ya? Agak cuek sih ya? Buat sekedar nge judge. Soalnya juga selama aku di Indonesia sama luar negri itu, apa ya? Aku kesannya sering di judge di Indonesia” ucap August jujur.

“nge judge gimana nih?” tanya Kevin lagi, August mengangkat poninya.

“umm, ya kaya gini aja ya, aku yang puji tuhan banget, sukses di L.A dan sealigus, bawa latar belakang aku orang Indonesia, orang L.A beener-bener appreciate ke kerasan aku, kreativitas aku, tapi, gilaran aku disini, aku kayak layaknya “artis yang belom anggup untuk ikut berkompetisi” jadi tuh kayak, what i did, it’s copying other artist, kan aku juga sempet baca berita di situs, tentang aku ngikutin lifestylenya Britney, yang kemana-mana hotpants, cropped tee, tank top, disana, ya aku gimana ya? Aku yang orang indonesia, sedih aja sih, disaat orang yang darahnya emang udah jauh dari alur tubuhku, menerima aku, menerima aku as creqtive artist, tapi bam, pas ke Indonesia aku dijulikin copycat. Gimana ya? Ya gitu deh” ucap Augsut terkekeh pelan, membenarkan rambutnya. Interview berjalan, sektar satu setengah jam August berada dalam studio untuk melakasanakan interview.

“okay August, thank you for coming, hope we see you soon” ucap Kevin, August tersenyum, dan mengucapkan terima kasih kembali, August berdiri, dan keluar studio, Sasta yang duduk di luar menunggu intervie August menghampiri August dan memampangkan berita yang tertera di layar iPhone Sasta.

“CODY WALKING ON THE STREET WITH GIRL?”

            August terdiam, August menghela nafas.

“Sasta, i’m tired, jangan bawa-bawa itu dulu, gue ke indo mau kerja, gue percaya Cody kok” ucap August. Lalu langsung keluar dari tempat radio itu, Sasta mengikutinya dari belakang.

“lo jangan sepenuhnya percaya gitu dong” ucap Sasta memprotes, August menoleh ke belakang.

“gue percaya Cody, selama dia masih percaya akan gue gak akan “main” sama Greyson, gue gak mau berfikiran buruk” ucap August lagi.

“lo sama Greyson itu gak bisa dijadiin alasan” bantah Sasta, August menghela nafas.

“mau nemenin gue latihan, atau lo mau gue anterin pulang” ancam August. Sasta menghela nafas, lalu menarik August ke pundaknya, August tersenyum.

“whatever it takes, i’ll be your side darl” ucap Ssta tersenyum miris, melihat sahabatnya seperti itu.

***

Jakarta, Indonesia
Moving Beauty Studio
September, 27th ‘12

”yap one two three four five six seven take it back, take it down, jump and jump, dab dab dab tap” lengking koreo. August mengikuti gerakannya dengan cepat, 4 jam bukanlah waktu yang singkat untuk mengikuti hal ini. Sudah sekitar 3 mninggu August melaksanakan latihannya, banyak hal yang sudah lakukan di Indonesia, promo album, konser kecil, bahkan menjadi bintang tamu beberapa acara pentas seni SMA.

            Dunia juga sedang gigihnya mengincar August, gosip beredar dimana-mana, masalah August pergi ke Indonesia, Cody dilihat oleh media berjalan dengan teman wanitanya, ada beberapa foto yang ketahuan Greyson sedang menelpon seseorang, dan August juga melakukan hal yang sama dalam waktu yang tepat, ditambahkan rumor August akan mengadakan tour kembali di awal tahun bersama One Direction, sepertinya August menjadi wanita yang harus mengadakankonfrensi pers, Augsut dicari, hal ini tidak sedikit darah yang dapat keluar dalam satu minggu. August ke walahan atas semuanya, dia masih mempercayai Cody, akan selalu masih, meskipun banyak orang disekitarnya sudah memperingatinya. Besok adalah malam puncak acara yang August akan hadiri, dan lusa, dia harus kembali ke Los Angeles, mengerjakan kembali lagu baru yang tertunda, dan Desember dia akan mengambil liburan, dan juga bisnis kerja dengan Greyson di kampung halamannya.

***

            Malam puncak pun berlangsung, August memenangkan semua awards yang dia menjadi nominasi, penampilan August memukau, menjadi top show selama acara itu berlangsung, koloborasi dirinya dengan artis Indonesia, menjadi pembicaraan yang sangat meriah, Augsut sudah terlihat di bandara untuk kembali ke Los Angeles dan mengerjakan seluruh tugasnya tertunda...

***

Los Angeles, Canada
October, 18th 2012

“August, you need to be a little high in “oh i love you babe, please save me” line” ucap produser rekaman August, August menatap ke arah produsernya, dan mengangguk, alunan lagu terputar lagi, August menghela nafas.

“ohh i love you baby, please save me” ucap August tinggi, Greyson yang duduk di ruangan studio hanya memperhatikan, dengan ekspresi khawatir terhadap August, kondisinya menurun. Greyson masih memperhatikannya, setelah berjam-jam Augsut selesai, August kembali duduk di samping Greyson.

“are you sick?” tanya Greyson, August menggeleng lemah. Lalu mengambil handphonenya, dan melihat email dari Sasta seperti biasa,August hanya menghela nafas, semua peringatan halus yang diberikan sahabatnya tentang pacarnya “bermain” di belakang August. August hanya berdiam, dan menutup matanya, beban yang dia tampung rasanya itu sangat terlalu berat. Seperti layaknya ada titikan air mata yang ingin keluar dari matanya, sesaaat dia ingin menghilang dari dunia, menenangkan dirinya, membunuh dirinya.



“are you crying?” tanya Greyson, August menoleh, menggeleng. Lalu berdiri, dan meninggalkan Greyson tanpa suara, Greyson masih terdiam melihat sosok bayangan itu, dan menggelengkan kepalanya pelan, dan bersender kembali ke kursinya.

"what's wrong with her?" batin Greyson, menatap siluet yang sedang menatap handphonenya itu

***

Los Angeles, Canada.
November, 20th 2012

            Semakin lama, proses album August, semakin berantakan seluruh hal yang ada, semuanya salah, berita Cody bermain sudah terang-terangan tersebar, August masih percaya akan sebuah cerita dongeng yang pernah terlantun dalam bibir manis itu, masih terlena dalam ucapan indah dari sebuah pesan singkat, dan masih terhanyut dalam larutan air dari tatapan lelaki itu, August masih percaya dalam hatinya, selama Cody masih memperhatikannya lelaki itu akan mencintai August tau itu.

***

Edmond, Oklahoma
December 25th 2012

            Suara dentingan lonceng bergeming, tawa anak kecil memecah, alunan musik beralun, salju turun dengan lembut, senyuman khas, wangi kue khas, menyambut suasana natal yang syahdu. August berjalan bersama Greyson, hand in hand, menuju rumah mereka, sambil berbincang. Greyson mencoba membantu August dalam masalah ini, Augsut masih bersyukur akan ada nya Greyson disampingnya, nyanyian natal yang indah sering mengalun lembut dari mereka berdua, tarian konyol masih berjalan, Greyson membuat August kembali nyaman, dan kembali menyadari betapa indahnya dunia.

***

London, England
January 14th 2012

            Tour August kembali diadakan, dengan opening bersama One Direction. Hubungan August dan Cody terpuruk, August mencoba untuk percaya, tapi apa day, cinta selalu membutakan dirinya.

“are you ready on tour?” tanya Greyson sambil tersenyum menatap August.

“yeah i’m ready and exited” ucap August tersenyum kekeh, sambil menatap lurus ke arah Greyson.

“who’ll take care of you, while your bleed...” ucap Greyson terdiam.

“Niall, my Mom asked him” ucap August, Greyson menatap August lurus, masih ridak rela merelakan sahabatnya pergi, selama ini August berpergian jauh selalu ada Greyson di sisinya.

“it’s okay Greyson” ucap August kembali, melihat tatapan khawatir Greyson. Greyson tersenyum lemah, lalu memeluk sahabatnya itu.

“take care okay?” pinta Greyson tulus, August tersenyum lemah, sahabatnya sepeduli ini, apa yang dilakukan pacarnya saat ini?

“i will, bye” ucap August, lalu berjalan masuk ke dalam bis, Greyson melambaikan tangannya dan tersenyum lemah. August kembali pergi dari tangannya, kembali meleset untuk mengerjakan kewajibannya, Greyson merasa iba, Greyson tau ada yang salah antara August dan Cody, Greyson sering mendengar suara tangisan kecil dari August, dan sura hembusan nafas letih. Greyson terlarut dalam hanyutan pikirannya. Hingga handphonenya berbunyi.

“hello?” tanya Greyson, membuka percakapan itu.

“hei Greyson, miss you” ucap wanita di sebrangnya, Greyson langsung memandang kakinya, dan mulai meninggalkan parkiran bis, dan berjalan ke arah mobilnya.

“i’m great, miss you too” ucap Greyson tersenyum. Wanita itu menghelakan nafas lagi, ya Olivia menghelakan nafasnya, dia terlalu letih dengan hubungan ini, tidak sedikit pembicaraan sahabatnya mengatakan untuk mengakhiri hubungan mereka, dimana Greyson lebih mementingkan sahabtnya daripada pacarnya.

“where are you? Miss ou so much, long time no see” ucap Olivia.

“i’m in London, i’ll back home now” ucap Greyson lagi.

“what are you doing? Why you don’t tell me?” tanya Olivia lagi.

“helping August, for her next concert” ucap Greyson lagi.

“oh, okay talk you later, bye”  ucap Olivia, Olivia terdiam, menatap lurus kelangit, Olivia merasakan pedih kembali, luka itu kembali tersayat, hatinya kembali terluka. Kapan? Kapan fikiran Greyson dipenuhi dirinya? Kapan namanya bisa menggantian August?



***

            Greyson menatap handphonenya kembali, Greyson terheran-heran kemarin di telepon, Olivia masih baik-baik saja, kenapa saat ini di amendapatkan telpon dari ibunya bahwa Olivia panas? Greyson yang sedang berada di mobil menuju rumahnya masih berfikir keras, ada apa?

***

“hey baby what happen?” tanya Greyson saat masuk ke dalam kamarnya. Greyson melihat wanita sedang terbaring tidur lemas di atas tempat tidurnya.



            Hening. Tidak ada yang menjawab Greyson mendekat, dan duduk di ujung tempat tidur, menatap gadis itu. Greyson langsung membawa tubuhnya ke samping wanita itu.

“hey baby, what happen?” tanya Greyson lembut. Olivia terbangun, dan melihat Greyson ada di sampingnya. Olivia terdiam melihat senyuman itu.

“what are you doing?” tanya Olivia.

“your mom told me that you were sick, so i’m here, what happen?” tanya Greyson lagi. Olivia terdiam lalu menggeleng.

“nothing” ucap Olivia, membuang pandangannya, Greyson terdiam.

“tell me if i did wrong” ucap Greyson. Olivia terdiam, Greyson masih menatap  wanita itu, hening, ruangan itu senyap, hingga suara isakan tangis terdengar.

“Olivia?” panggil Greyson.

“what’s my fault Greyson? what?” tanya Olivia sesak, sambil menutup matanya. Greyson terdiam melihat wanita itu.

“what do you mean?” tanya Greyson, heran.

“what thing that August more attractive than me, what thing that your attention always in her, why her, why me?” tanya Olivia lagi, Greyson terdiam.

“don’t you think that it’s hurt to be me, to seeing you around my life that having fun with another girl, and here i am, you girlfriend, just watching you?” tanya Olivia.

“i never asked you for anything, i won’t ever, but don’t you think it’s hurt, when everybody start to asking me that are you my real boyfriend, because everything always be Greyson adn August, not me, i’m your girlfriend not her” isak Olivia, tangisan Olivia pecah, dia menumpahkan semua fikirannya di depan pacarnya tersebut. Greyson terdiam melihat Olivia yang begitu rapuh.

“Olivia...” ucap Greyson, pelan.

“don’t touch me” ucap Olivia, Greyson masih terdiam.

“what can i do to make this right?” tanya Greyson. hening, suara kamar Olivia hanya dipenuhi oleh isakan pelan dari Olvia.

“leave her” ucap Olivia. Greyson terdiam, tidak mungkin dia bisa meninggalkan August.

“why her?” tanya Greyson.

“leave her, or  leave me” ucap Olivia kembali.

“don’t beg me to choose over you and her, you two are my important girl in mylife” ucap Greyson.

“i do” balas Olivia dingin. Greyson menjauh, berdiri, diam, menatap banyangan itu. Greyson memindakan tempatnya.

“i love you, and i will always be” ucap Greyson membisikkan kata-kata itu ke arah Olivia, dan mengecup pelan bibir Olivia. Greyson menutup matanya, ada suatu robekan besar di dalam hatinya, ada suatu pedih yang tidak bisa menutupkan luka itu, meskipun lem itu sebuah ciuman yang Greyson berikan, dan Olivia terima. This is what he choose, he leaves her, he leaves August.

***

>>> yap, finally part 37 is UP :") :") aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa udah jarang banget nulisss >.< i'm sooooo sorry ): ): ): ): sibuk banget >.< kayaknya emang bener deh cerita ini bakal aku percepet dari perkiraan >.< sorry for late post, and as usual, thank you for wasting your time to read this, and let me know what do you think (:

- @Audeeyah

No comments:

Post a Comment