***
February
14th, 2013
Mullingar,
Ireland
Valentines Day,the day that SHOULD
be the most romantic day ever, for couples. But for August...
“ugh
shit” erang August sambil membanting dirinya di sofa rumah salah satu band yang
tour bersama dia sekarang.
“watch
your mouth little girl” ucap Louis yang sedang memegang minuman squash, dengan
hiasan di atasnya, yang entah August tidak tahu dapat dimana.
“shut
up lou” ucap August kembali, dan melihat handphonenya kembali-kembali lagi.
“is
something wrong with Cody?” tembak langsung lelaki-konsultan-cinta-August-selama-tour-
berambut hitam, sambil duduk disampingnya.
“i
don’t know, ugh” ucap August, kembali mengulet dirinya ke arah kanan,dan
langsung, tenang sambil mengistirahatkan pundaknya ke arah Niall, yah memang
wanita beruntung, memiliki seorang kakak-yang-jauh-keturunan-beda-ayah-dan-ibu.
Niall hanya tertawa lalu mengusap rambut, ya yang bisa dibilang adik barunya
itu.
“seriously,
this is valentines day, but you really moaned, and groaned like crazy little
girl” ucap Harry sambil melempar bola ke atas dan mengambilnya kembali.
“ugh,whatever”
ucap August masih sibuk dengan handphonenya sambil memutarkan mukanya.
“err”
ucap Harry, sambil melemparkan bolanya ke arah August.
“i
hate you Harry Edward Styles” ucap August, sambil kembali melempar bola itu
tepat ke arah Liam, dan suara Liam kesakitan bergema, membuat August tersenyum
dikit, lalu kembali fokus dengan handphonenya.
“and
i love you” ucap Harry, sambil mengecup ubun-ubun August sambil mengacak
rambutnya, August mengerang kembali.
“what?”
tanya August galak, langsung ke arah Louis.
“you
have Eleanor, but you still jelous with me? ugh, get a life Lou” ucap August,
sambil menatap garang kakaknya itu, semuanya tertawa melihat August, well, ya
kehadiran August, memberikan suatu responsible lagi bagi mereka bahwa harus
menjaga wanita kecil ini, yang emosinya masih labil. Sebulan sudah tour, August
merasa memiliki kakak baru–dan-juga-yang-pasti-ganteng- yang mearasa siap
membantu August dalam segala hal, sepertinya mereka juga bisa menjadi penghibur
August, selagi Greyson, dan Cody kompak lost contact sama August. Semua anggota
band tersebut tau, betapa moodynya sifat August sebulan terakhir ini, terlalu
mudah bete, dan beberapa diantara mereka ada yang melihat August suka
mengeluarkan beberapa tangisan, atau August kepergok sedang menangis di telpon.
Hanya Niall satu-satunya saksi, yang pernah melihat kondisi August sangat down,
disaat darah itu kembali menjelajahi muka August, disaat Niall untuk pertama
kalinya, memberikan suntikan itu terhadap adik barunya. Niall sempat tertegun
melihat darah keluar sebagai air
matanya, August meminta untuk menjaga rahasia itu, dan Niall menepati
itu, dia terpana dengan gadis berumur 15 tahun itu, menghadapi penyakit yang
entah apa itu, dan masih sanggup menutupi itu semua dengan baik. Sangat baik.
“you
better go sleep” ucap Niall, sambil mengusap kepalanya. August mengangguk, lalu
bersiap berdiri.
“don’t
think about it too hard okay? Because you look so red now” pinta Niall, August
mengangguk, lalu berdiri.
“maybe
i want to do some twitcam tonight” ucap August, Niall menggeleng, lalu kembali
mengacak rambutnya, dan menatap iPhonenya itu.
“so,
whats exactly happen to her?” tanya Zayn, langsung ke arah Niall.
“i
know you keep something” ucap Liam kembali.
“but
promise me, you don’t tell her” ucap Niall.
“she had some freak diseas, that if her face too
red, and she really think hard, crying so hard, or get tired, she’ll get like
nosebleed, and if you don’t really give her a medicine, she’ll be crying with
the tears of blood” ucap Niall, semua terdiam, mendengar adik mereka yang yak,
termasuk bahagia di depan mereka tapi ternyata.
“how
could you don’t tell me this thing?” protes Harry, menatap tajam ke arah Niall,
Niall mentap lurus ke arah Harry.
“she
asked me too, and her mom too” ucap Niall. Semua orang masih terdiam dalam
hanyutan angin yang mengayun lembut dalam ruangan itu. Semua orang masih tidak
percaya dengan fakta ini.
“i
hope you don’t tell her” ucap Niall, menatap harapan penuh ke sesama anggota
bandnya itu.
“how
i couldn’t?” tanya Louis, langsung berdiri, dan menuju kamar August. Louis
mengetuk pintu pelan. Hening, Louis kembali mengetuk pintunya, kembali hening.
Louis berfikir mungkin dia sedang tidur, tetapi tidak, dia mendengarkan suara
tangisan dalam kamarnya.
“August?”
tanya Louis, memastikan.
“August,
open the door. Please?” ucap Louis agak kencang, ketukan pintu pun semakin
keras, derapan kaki, menuju ke arah kamar, melihat teman-temannya menyusul
mereka.
"what
happened?” tanya Liam, dengan nada pelan.
“i
don’t know she’s she’s crying inside” ucap Louis pelan. Semua terdiam, Liam
kembali mencoba mengetuk pintunya.
“August,
what happened?” ketuk kembali, tangisan August kembali terdengar. Niall
mengencangkan rahangnya, lalu mulai mencoba untuk mendobrak pintu nya, satu
tendangan dua tendang, tendangan ke tiga, pintu pun berhasil rusak. Mereka
merangsek masuk dan terdiam, terdiam dalam bekuan es yang melihat sosok August.
Dia melipat tubuhnya, membuat dirinya kecil, dengan punggungnya yang terguncang
dalam tangisan, Liam melihat iPhone August tepat terkapar dilantai dengan
retakan yang cukup parah. Liam mengambil iPhone itu, dan terlihat sebuah foto
yang seharusnya itu manis, dengan seorang laki laki dengan lembut mencium bibir
wanita itu, tetapi tidak untuk August, karena foto itu adalah Cody, pacarnya
sendiri, Liam terdiam.
Semua orang menatap handphone
August, sambil membaca satu artikel. Hingga suara teriakan tedengar dari mulut
August, dan suara benturan keras terdengar dari arah dirinya, semua mata
tertuju ke August. Darah. Bukan, bukan hanya mata lagi yang keluar dari mata
itu, tetapi hapir dari semua pori-pori kepalanya, darah mulai bersimbah di muka
August. Niall mendatangi August, dan melihat ada gunting yang ia genggam, Niall
mengecek tangan august, dan benar dugaannya, beberapa sayatan yang mengukir
kata-kata useless, tertempel dengan simbahan darah August. Niall menatap mata
August perlahan.
“why
you do this” ucap Niall, menrangkul August, dalam pelukan yang kencag, August
masih menagis dalam isakannya, suara ambulans meraung dari luar. August keluar
dengan balutan jaket tebal, dengan digendong oleh Liam. Yang lain terdiam
menatap Liam membopong tubuh August yang tidak berdaya.
“he
really doesn’t have any heart for doing this to that poor girl” ucap Zayn
menatap adik kecilnya itu dibawa dengan ambulans. Niall hanya terdiam mendengar
itu, dia tidak menyadari ada tangisan yang keluar dalan kediaman itu.
“we
really need to going to Indonesia now, she need to be in her family side” ucap
Niall, terdiam. Semuanya menatap Niall lurus, dang mengangguk, liburan mereka
yang direncanakan di eropa, diubah jadwal menjadi di Indonesia, tempat dimana
August akan melaksanakan langsung 3 konser di berbeda kota.
***
No comments:
Post a Comment