Friday, October 19, 2012

Remember August ( Part 39 : Home )


***

February, 24th 2012
Jakarta Indonesia
Bandara Soekarno-Hatta

            Setelah August di opname selama seminggu, barulah satu rombongan tour itu bertolak ke Jakarta, sudah berkali-kali August mengucapkan dirinya tidak apa-apa. Dia akan senang untuk menghabiskan winter di kampung halaman Niall, daripada di Jakarta, tapi semuanya memaksa untuk langsung ke Jakarta, dan meninggalkan crew di sana. August hanya bisa mengalah, melihat ke lima kakak barunya itu yang super duper protektif, semenjak mereka tau kelainan dari August.

“where do you want to live?” tanya August, langsung o the point.

“maybe cottage?” tanya Liam, sambil menaikkan alisnya. August memutar matanya.

“let’s go to my house, there are like three guest room, you can sharing right?” tanya August. Mereka berfikir, dan mengangguk pelan.

“yeah, why not?” ucap Zayn, dan mereka segera masuk ke mobil S.U.V, atau lebih tepatnya mobil suruhan ayahnya.

“Papa dimana pak min?” tanya August, selagi duduk di bangku depan.

“bapak lagi di rumah, mau masak makanan buat eneng, ibu juga udah nyampe Jakarta kemarin malem, neng gimana neng? Di luar? Baik?” tanya supir yang sudah dekat dengan August selama dia tinggal di Jakarta itu.

“syukur banget pak min, August baik-baik aja, cepet pak, August udah kangen sama makanan papa” ucap August sambil cekikian, dan tersenyum. Kehormatan yang sudah di camkan keras oleh keluarga Ayahnya yang masih berdarah Indonesia, untuk tidak menggunakan kata Aku dengan orang dewasa. Masih di ucapkan oleh August. August kembali mengecek handphonenya dan sibuk mengetik. Meskipun Niall tidak bisa mengerti apa yang dibicarakan August, August seperti layaknya menutupi kesakitannya di depan semua orang. Meskipun ke bapak-bapak didepan ini, yang membuat August tertawa kecil, merespon jawaban itu.

“if you want to going around Jakarta, sure you can, you can use my driver, anyway, he can speak english” ucap August sambil menengok kebelakang, dan segera menguncir rambut panjangnya. Mengeksposkan kalung perak bertuliskan dance, di atas open top bajunya itu.

“sure, but i guess i need some rest, and i need some... food” ucap Niall polos, August tertawa kecil.

“my dad cooks, and he really good at, it’s delicious” ucap August sambil tersenyum, dan menatap ke arah jalan.

“here you go my house” ucap August, sambil tersenyum setelah sekitar tiga puluh menit melewati jalanan Jakarta.

“come in” ucap August tersenyum, lalu membuka pintu depan dengan lebar, dan membiarkan semua kakak barunya masuki, menatap ruang kosong, yang langsung disuguhkan dua tangga panjang menuju atas.

“where did you want to go first? Room or food?” tanya August tersenyum.

“maybe room, put our things” ucap Louis. August mengangguk, lalu menuntun mereka menuju ke atas, dan mengantarkan mereka ke kamarnya masing masing.

“home theater there, public bathroom there, and if you want to see me, i’m in another coridor, from another stairs, and the library near my room, kitchen is downstair, so living room, and dining room. I have pool, and a small yard to play basketball. the others room is my parents’s room, office room, and yeah a meeting hall, like whatever that freak place it is. Is that clear?” tanya August kembali.

“what is this? Mantion or house?” tanya Harry langsung. August tersenyum.

“this is my house” ucap August. “i’ll be waiting at the kitchen!” ucap August turun dan langsung menuju ke bawah dan mendengar suara teriakan kangen.

“she is true princess” ucap Zayn menggeleng-geleng melihat gadis itu. “yeah he is” ucap Harry dan masuk ke dalam kamar. “i’m alone, i’m naked while sleep” teraik Harry, dan langsung mengunci satu kamar, semua langsung meggeleng, dan masuk ke kamar menaruh barang.

“guys be hurry! My mom is waiting for you!” ucap August di koridor, mereka langsung keluar dan melihat August sudah berganti pakaian dengan rambutnya diikat tinggi. Semua mengangguk dan mulai turun. Saat turun mereka lansung bertemu semua anggota keluarga August.

“this is my parents” ucap August.

“hey, mr, and mrs wibowo” ucap Zayn. Ibunya tersenyum, dan memeluk mereka satu persatu.

“thank you for take care of my little girl boys” ucap ibunya, mereka mengangguk tersenyum.

“come, let’s dinner, it’s delicious, we cooked chicken” ucap ayahnya, mengedipkan matanya ke arah Niall. Mereka semua tertawa renyah. Mengambil meja di luar ruangan, mereka bercanda tawa dengan senyuman yang merekah. August kembali melupakan penyakitnya, dan menikmati hidupnya bahwa dia masih mempunyai keluarga yang mencintai dirinya.

***

“see! I told you!!!” teriak Sasta di kamar August, dan menghempaskan tubuhnya ke atas kasur August.

“ah tau ah, pusing gue” erang August dan kembali sibuk dengan laptopnya tersebut.

“lo sama Cody udah putus?” tanya Sasta lagi, menengok ke arah August.

“belum, tapi bakal” ucap August mendesah.

“Greyson masih gak nelpon lo? Terus yang mutusin lo gimana? Nenek lampir itu gimana?” tanya Sasta berentetan, August mantapnya tidak percaya dan melempar bantal ke arah Sasta.

“kayak nenek nenek lu” ucap August,  dan kembali fokus ke arah laptopnya.

“ya Tuhan, segitunya kak eloh?!?!” tanya Sasta dibuat-buat. August tertawa melihat ocehan-ocehan sahabatnya yang meracau dari tadi pagi jam 8. Yap, pagi-pagi buta, sudah ada yang langsung meransek tanpa dosa ke arah kamarnya, dan mengganggu jam istirahat August.

“tau ah, serah lo, mau ngambil makanan, terus gue minjem laptop lo yak, mau tutor bentar” ucap Sasta, bangkit, dan berjalan ke arah pintu.

“hem, laptop isi pelajaran ada di meja tv, sekalian sas, tolong bawaiin gue chips, sama jus dong, jus sirsak” ucap August, yang masih mengutak-ngatik laptopnya.

“hem” ucap Sasta, langsung turun ke bawah, August mulai mengklik twitcam,  dan twitcam pun mulai. August mulai menyebarkan berita dia on twitcam, disaat seperti itu, ada gerakan jalan rusuh, dari pintunya, dan pintunya dibuka keras.

“ah idiot lu Sas, buka keras-keras amat” ucap August.

“dibawah” ucap Sasta terdiam.

“paan?” tanya August yang masih on twitcamnya itu.

“ada Niall One Direction, shirtless” ucap Sasta, August priceless, mulutnya menganga, dan langsung ngakak besar, sambil memberi tahu kepada penonton twitcam itu.

“niall is shirtlees in my house now, and my friend like HAHA, you should she her face guys” ucap August masih tertawa.

“bacot lu” ucap Sasta sambil melemparkan bantal ke arah August. August masih terbahak sambil mengingat muka Sasta.

“gimana? Kakak gue ganteng gak?” tanya August sambil cekikikan, lalu mulai kembali mengurusi twitcamnya, sekitar 2 jam, twitcam berakhir. August dan Sasta kembali hening sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri. Sasta sibuk dengan tutor home schooling nya, dan  August sedang melihat-lihat majalah Elle, yang meliput New York Fashion Show.

“hey, Augu... oh you had a guest” ucap seseorang masuk langsung, dan melihat sosok Liam, di hadapannya.

“she’s my best friend, Sasta, and Sasta, as you know, this is Liam Payne” ucap August. Liam tersenyum melihat Sasta, dan menjabat tangannya.

“so, what do you want to tell me?” tanya August.

“i’m about to ask you go around Jakarta, go with us, seriously” ucap Liam. August berfikir, dan langsung setuju. Liam menunggu dibawah. Tentu Sasta akan ikut serta dalam wisata kecil ini.

“asalkan gue 18 tahun.... gue nikahin deh Niall, demi apapun” dumel Sasta sedari tadi, menunggu August siap-siap. August hanya tersenyum melihat temen yang, ekhm, agak norak ini.

“bawel lo ah, udah yuk” ucap August, setelah berfikir dia siap dengan bajunya, dan segara menarik Sasta ke bawah. Melihat semua sudah duduk di ruang TV. August langusng ngacir ke dapur, mengambil serauk makanan dan berjalan berdua dengan Sasta, dengan tangan penuh makanan, semua tertawa melihat August dan Sasta, membantu mereka, dan siap untuk berkeliling Jakarta, ya, hingga lusa, dia akan melanjutkan tournya.

          Tujuan pertama, Danau yang ada di Sentul, danau yang penuh dengan rumput oren di sekitarnya, berisi para pemancing menghabiskan waktunya. Ada juga kapal kecil mengitari danau tersebut.

            August, berdiri, termenung, melihat air yang tenang, dihadapannya. Di Edmond, Di Arcadia Lake, August dan Greyson pasti akan bercanda tawa di piggir danau, berlari kesana kemari, tanpa terbeban akan suatu garis benci. August menutup matanya, dan kembali menerawang, menatap air danau lurus, menanyakan, apa gerangan yang terjadi antara mereka berdua, apa salah August? Hingga seketika Greyson, meninggalkan dirinya, dan seakan semuanya baik-baik saja, meskipun mereka tahu tidak ada yang baik baik saja di antara mereka berdua.

“are you tired?” tanya Niall, merangkul August. August menatap Niall, dan menggeleng pelan, mengatakan dia baik-baik saja. Niall mengangguk sambil tersenyum, mengacak rambut adiknya, dan memberikan kecupan semangat ke adik itu. August tertawa, dan merangkul pinggang Niall, sambil menyanyi beberapa lirik Payphone. Ya, mungkin ini bukan waktu yang tepat untuk mengingat hal-hal tersebut. Ini waktu untuk bermain-main, melupakan semua tekanan berat, yang August akan selalu tampung. Only for now, cause this is her home, the place that everything seems right, place that always waiting for you to come back, to keep you safe. There's no place when you're in your home, and there's no beautiful place, if someone who care about you around you.



***


No comments:

Post a Comment