Sunday, October 21, 2012

Remember August ( Part 41 : Break Up, His Priority ),


***

            Semenjak hari itu Greyson uring-uringan, mendengar semua pernyataan Sasta. Greyson hanya bisa menatap kosong dinding putih yang ada di apartemennya, suara riang tawa August terdengar, memori indah terulang. Greyson merenungkan apa yang semua Sasta telah bilang, semua kenagan indah. Greyson kembali melihat foto dirinya dengan pacarnya itu, gadis itu, kalau dilihat benar-benar mirip August, hanya perbedaan mereka berdua terdapat di mata, dan senyuman. Senyuman August lebih khas, ada kerutan kecil dihidungnya, dan jika dia tersenyum lebar, gigi taringnya terlihat jelas. Mata August juga jauh lebih gelap dan hitam, terlalu teduh untuk ditatap, terlalu mudah untuk larut dalam hasutan sepasang mata indah itu.

            Rambut mereka hampir sama, dengan wangi yang sama. Hanya saja, wangi Ginger itu tercampur dengan wangi Vanilla dari tubuhnya, dan jika mengecup pelan dahi August, wangi madu, jahe, dan vanilla menyatu, bagaikan heroin untuk para pecandu. Sifat August yang terlalu manja, Greyson kembali terdiam, dia terlalu mengenal jauh August. Dirinya juga mengakui, kalau memang August masih memiliki tempat dihatinya, usaha yang telah dia lakukan untuk melupakan August terlalu susah. Greyson tertegun dengan batinnya. Greyson, menatap handphonenya, dan mengetik dengan cepat deretan nomor telefon yang mungkin telah di hafalkan belakangan ini.

“Olivia are you busy? Let’s meet, i pick you up about one hour from now, okay? See you” ucap Greyson, Greyson terbaring dalam sofanya. Mungkin ini disaatnya dia mulai memilih jalan hidupnya sendiri.

***

Jakarta, Indonesia
May 19th 2013

“wat the hell are you doing there?!?!” teriak August yang setelah bangun dari penerbangannya dari Bali, menatap muka lesu Sasta di depan pintu kamarnya. August langsung mendorong Sasta, dan menyeret tubuhnya kedalam kamar temannya itu.

“August, seriously, you call me in this freaking morning, to asking that, can you just wait?!” proters Sasta. August berdiri sambil bertolak pinggang.

“no, now you need to fucking tell me!!!” ucap August, Sasta, mengerinyitkan alisnya.

“who the heall you are, seriously” ucap Sasta kembali berbaring di tempat tidur.

“Ahhh Sasta mahhh” rengek August, menariki kaaki Sasta

“August, gue masih ngantukkk” erang Sasta.

“bangun gak lu, dasar kebo jahanam” ucap August, meniban Sasta.

“anjing, sakit bego.” Ucap Sasta, August tertawa dan menyingkarkan dirinya dari Sasta.

“now tell me” ucap August, duduk bersila,dan menatap Sasta yang sedang mengucek-ngucek matanya.

“gue kesana cuman ada urusan keluarga doang kok” ucap Sasta. August belum puas dengan penjelasannya.

“kenapa lo pergi sendirian coba” ucap August.

“ya terserahlah” ucap Sasta lagi. August membentuk muka sedih. “ah gaseru looo” lempar August dengan bantal. Sasta menyengir, August memutuskan untuk bermalas-malasan di rumah Sasta.

“mana oleh-oleh dari Bali?” tanya Sasta, memberhentikan keheningan. August mengulet

“dirumah” ucap August. Sasta terdiam, mengingat kejadian di cafe itu. Sasta kembali melirik August yang sedang membuka handphonenya dalam diam.

“lo disini sampe kapan?” tanya Sasta lagi. August menoleh, dan tersenyum lemah.

“selama, gue bisa sanggup ngehadepin kehancuran gue” ucap August tersenyum, dan kembali memperhatikan handphonenya. Sasta terdiam, melihat sahabatnya itu, melihat suatu retakan yang jelas di hati August. Ada sembab air mata di ujung mata hitam itu, ada gerakan letih yang dipancarkan oleh gadis itu. Sasta berdiri, dan memeluk August dengan erat.

“yang tabah, ya, you deserve more than him” ucap Sasta, yang hanya bisa memberikan semangat. Sasta tau di posisi ini, hanya ada Sasta yang bisa menemani August, melihat apa yang telah dia lakukan di Los Angeles kemarin.

“makasih Sas” ucap August tersenyum, August mengambil gitar Sasta yang ada di ujung ruangan dan mulai memainkan senarnya.

“gue baru bikin satu lagu di Bali kemaren” ucap August mulai memainkan gitarnya dengan lembut, suara beningnya melembut.

“and i just wish all the memories is burnin” lantun Augut pelan, membuka matanya menatap Sasta. Sasta menatap lembut August dan langsung memeluk erat sahabatnya itu.

“you must be strong dear” ucap Sasta. August mengangguk, membalas pelukan Sasta dengan erat.

“ke rumah gue yuk, ngambil oleh-oleh” ucap august, mengahpus titik air matanya. Sasta mengangguk, dan keluar dari rumahnya, langsung lari kearah rumah August. Saat August membuka pintunya, dan masuk ke ruang tamu. August terdiam melihat siapa yang duduk di sofa itu.

“what are you doing here?”

***

Los Angeles
May 17th 2013

“why you’re calling me?” tanya  Olivia, menatap Greyson. Greyson hanya terdiam, dan menatap Olivia lurus.

“we need to talk” ucap Greyson,vOlivia mengerut.

“what talk?” tanya Olivia masih tidak mengerti apa yang dimaksud dengan pacarnya itu. Olivia menatap Greyson lurus.

“what are you want to talk, babe?” tanya Olivia, memegang pipi Greyson lebut. Greyson menunduk, dan memegan tangan Olivia yang ada di pipinya.

“i know it sounds weird, but i think we’re not belong together anymore” ucap Greyson dengan cepat, straight ke Olivia. Olivia terdiam.

“what, what do you mean?” tanya Olivia, shock dengan pernyataan Greyson.

“i’m sorry but it is, i mean, more far we’re going out, more far, there’s something wrong between this relationship” ucap Greyson.

“you said you love me” masih bantah Olivia.

“i did, but there’s something wrong, and i just figure it out now” ucap Greyson lembut.

“what was that?” tanya Olivia, yang sudah ingin menangis.

“that is, the reason why i’m dating you, Olivia, you’re not the right person” ucap Greyson melembut, sambil mengelus pelan rambut Olivia.

“the moment when i get close to you is not the right moment, i was so upset that time, i hurt at that time, i’m miserable, because someone else” ucap Greyson lagi.

“you mean August right?” tanya Olivia, Greyson menghela nafasnya, dan mengangguk pelan. Olivia menarik nafasnya dan berdiri tapi ditahan Greyson.

“let me explaine first” ucap Greyson. Olivia menatap lurus Greyson.

“i love August, that’s the fact, when she’s going out with Cody, i feel misserable, and then suddenly you showed up, and you’re just her reflection, your look, smell, and everything, the way you talk to me, everything Olivia, i love you, i sure i do, but i love you just like my fans, it can be more, because everything in to you always realted to her, i’m sorry” ucap Greyson. Olivia menatap mata Greyson.

“do you know how feel about me? being a person really looked like her, everyday, they tell me you love me because of my look, and i guess their right” ucap Olivia. Greyson terdiam, dan menunduk. Olivia menangis dan meninggalkan Greyson. Greyson menghela nafas. what happened just happened. Greyson membawa dirinya kembali pulang, ke apartemennya, dan melihat apartemen August yang tepat disampingnya. Greyson menghela nafas.

“what’s up dear?” tanya Ibunya, Greyson hanya menggeleng dan duduk di sofa, menatap kosong tv.

“do you miss August?” tanya ibunya. Greyson mengangkat bahunya.

“are you tired with yor job?” tanya ibunya. Greyson menggeleng.

“of you are, go get some holiday” ucap ibunya. Greyson mengangguk, saat dia beranjak ke kamarnya. Greyson terdiam, lalu menemui ibunya.

“mom i guess you’re right, i will tkae some holiday, but i want to go by my self, is that okay?” tanya Greyson. ibunya berfikir sesaat dan mengangguk.

“everything suit you dear”

***

“what are you doing here?” tanya August heran, menatap laki-laki dengan leather jacket, dan sepatu conversenya itu.

“i’m here, to say sorry” ucap laki-laki itu, menunduk.

“sorry for?” tanya August kembali.

“for ignoring you lately, for not replying your voice mail, for not replying your emails, and not for being your side when you’re broke” ucap laki-laki itu lagi. Augsut melipat tangannya.

“who do you think you are Greyson, you can come and go liek this?” tanya Sasta, menatap Greyson.

“i’m here for saying sorry” ucap Greyson lagi. August terdiam, Greyson menatap langsung ke arah August, mata itu.

“August, i’m sorry” ucap Greyson tulus, ada genangan di dalam air mata August. August tersenyum lemah. Greyson tersenyum, dan langsung memeluk August erat. Greyson mengangkat tubuh August. Tangis August pecah, melihat dirinya di dalam pelukan siapa. Greyson tersenyum lebar. This, feel so right, right now, he knows August is his priority.


***

>> AAA FINALLY PART 41 IS UP :") i guess 4 more to goes for end this story :') yaaaaa, sebenetar lagi cerita ini selesaii :') i had a plan to make a sequel one, but don't know,hectic schedule here hehe. so, as usual, thanks for reading, and let me know what do you think :]
Stay awesome!
@Audeeyah

2 comments: