Wednesday, May 30, 2012

Remember August ( Part 27 : Berubah, Dia Berubah )


***

            August masuk ke ruangannya, dan masuk ke kamar mandi, menangis tanpa suara, dan membiarkan darah membanjiri mukanya, hidungnya berhenti untuk mengeluarkan darahnya, tetapi matanya kembali memproduksi darah, dan keluar begitu segarnya dari muka August yang ditundukkan ke arah wastafel. August mencuci tangannya, lalu memfoto dirinya, untuk melihat betapa buruk lukanya, karena dilihat dari kaca, lukanya sudah tertutup darah. August segera mengambil suntikan yang selalu ada di tasnya, membersihkan mukanya, dan segera menyuntikan cairan lengket itu. membersihkan mukanya, dan kembali duduk di tempat wastafel. August menelfon securitynya untuk membawa dirinya ke para fans, karena jalan pun August tidak sanggup.

“it’s everything okay?” tanya Security nya itu. August mengangguk.

“just take me to the table” ucap August, saat digendong. Semua orang terkaget melihat August, kembali dengan digendong, dan mukanya yang sepucat mayat. August tetap tersenyum lalu duduk dengan pelan.

“open the gate again, the show must go on, even there’ s no more Greyson” ucap August, security membuka Gatenya, dan mulai beberapa fans kembali antri.

“hello” sapa August pelan, dengan senyuman lebar.

“hello  August, oh my God, you look so pale, are you alright?” tanya wanita kecil itu. August mengangguk. “yeah i am” ucap August pelan.

“where’s Greyson?” tanya wanita itu. “he’s sick now, and he can’t see his fans, he really looks so pale” ucap Greyson. “but you too” bantah gadis itu. “i’m fine” ucap August, orang pun berganti, hingga August mendapatkan fans sekitar umur tujuh atau delapan tahun, sedang menangis. August terheran lalu mengahampiri gadis itu, dengan di papah oleh security tentunya.

“hey, why are you crying?” tanya August lembut, sambil mengelus rambut blonde wanita itu.

“i came here, begging my mom, to see Greyson, but he’s not here now, i do want to see you, but i really want to see Greyson, he’s my inspiration, but he’s not here” ucap wanita itu.

“what’s your name sweetheart?” tanya August. Wanita itu sambil terisak. “cathy” ucap nya. August memeluk gadis kecil itu, dan gadis kecil itu langsung meangis kejar di pelukan August.

“Greyson is sick now, i’m sorry you can’t meet your idol for now. But he can’t come, he’s sick. I’m sorry Cathy” ucap August, yang masih berjongkok, mensejajarkan tubuhnya dengan Cathy.

“but i want to see him so badly” ucap gadis kecil itu. August menahan tangisnya, karena August tahu betul betapa sakitnya gadis itu, jika dia tahu alasan utama Greyson tidak ada. August berfikir, lalu langsung membisikkan sesuatu ke Tante Lisa, Tante Lisa mengangguk setuju. August langsung tersenyum pelan.

“you want to come with me? after this signing season, to meet Greyson, Cathy?” tanya August, pelan, Cathy menganga lebar.

“oh my God! Thank you August, oh my God, thank you so much, i love you so much!” ucap gadis kecil itu riang, lalu memeluk antusias August, August hanya tersenyum.

“okay, you need to wait for an hour, in my room, wait for this line over, and we’ll heading to Greyson, okay?” bujuk August, wanita yang dipanggil Cathy itu mangangguk dengan senang, semua orang memekik tertahan melihat sikap August, saat August kembali ke tempat duduknya, antrian berjalan lagi. August masih tersenyum lemah, efek dari suntikan itu masih bekerja ditubuhnya. Setelah penuh satu jam,antrian itu akhirnya selesai. August mencoba berdiri, tapi gagal, akhirnya August berdiri dibantu oleh Securitynya.

“thank you so much for coming here guys, i’m sorry i’m not in a good condition, but, i swear tomorrow, we still held our concert, and i’m still saying sorry for you guys, Greyson can’t be here, because he’s sick, he can’t see properly, but we still held our concert, and no cancell, so see you later guys!” ucap August lalu berjalan dengan pelan ke arah belakang. Tante Lisa langsung menarik August ke dalam tangannya.

“i’m sorry waht my son did to you” ucap Tante Lisa, August tersenyum, lalu menatap mama dari sahabatnya itu.

“it’s okay aunty, i’m the one who wrong, come on, let’s go home, and take that little girl meet him” ucap August, Tante Lisa tersenyum lalu memapah August ke dalam mobil, dan menjemput gadis kecil itu. Gadis itu tersenyum lebar, lalu berjalan peran ke bangku August.

“thank you so much August, for doing this to me” ucapnya, August tersenyum lebar. “come here” ucap August, lalu membuat Cathy duduk di pangkuannya.

“your welcome, Greyson will be so happy if he meets you” ucap August tersenyum. Lalu mengambil hpnya dan menulis pesan singkat ke Greyson.

“Greyson, i’m sorry for what i say, but seriously, there’s a girl who dying to see you, please, calm your mood down, and meet this little girl, and once again, i’m so sorry, i really meant it” ketik August cepat, lalu mengirimkan smsnya ke Greyson. berharap saja Greyson mau menemani gadis kecil ini.

***

Greyson, i’m sorry for what i say, but seriously, there’s a girl who dying to see you, please, calm your mood down, and meet this little girl, and once again, i’m so sorry, i really meant it.

Recieved:
12:15:10
Today

From :
August
+ 2023456781238

            Greyson berdecak pelan, melihat sms itu, apa-apaansih? August sampe membawa satu fans dihadapannya, hey ini dia lagi setress dengan Olivia sakit, dan faktanya orangtuanya tidak ada dirumah. Ini lagi August segala pake bawa fans ke hadapannya, Greyson menghela nafas lalu mengirim sms balasan ke August.

***

Why? You know what i feel now

Received:
12:40:12
Today

From:
Greyson
+20278268154634

            August menghela nafas, lalu menutup hpnya, dan melihat hotelnya sudah ada dihadapannya. August tersenyum lbear lalu menengok ke arah Cathy.

“cathy, we almot here” ucap August, Cathy yang sedang bermain dengan bonekanya, langsung menoleh dan melonjak heboh dalam mobil. August tertawa kecil, saat mobil berhenti di depan hotel. August keluar, dan langsung menggedong Cathy keluar, dan menuntun Cathy sambil berjalan memasuki hotel.

            August memencet tombol lima belas dalam lift, lantai yang seperti biasa di sewa oleh kru Greyson. Saat lift berdenting, August membawa Cathy ke kamarnya dahulu, dan mengurus Greyson ke kamar sebelah. August menghela nafas lalu langsung mengetuk pintu itu.

“Greyson..” panggil August pelan di depan pintunya. Saat menunggu beberapa menit, Greyson membuka pintunya.

“what?” tanya Greyson dingin. August langsung mendorong Greyson kedalam, dan membawa diri August ke dalam kamarnya itu. Terlihat skype menyala, dan ada Olivia terpampang pucat disana.

“sorry Olivia, can i have your boyfriend for a second, because i need time to talk, can you end that call for a minute?” tanya August, sebelum Olivia membalas, end call sudah di pencet oleh August.

“why you end that video?!” protes Greyson. Augsut terdiam, manatap lurus ke arah Greyson dengan dingin.

“okay, i’m tired, my brain is a mess, and i can’t handle that gurl okay?” ucap Greyson lebih jelas. August belum bergeming, dan masih menatap Greyson dingin.

“just go August” ucap Greyson. August masih terdiam, lalu suara tampar keras, mengisi ruangan itu. Tamparan keras datang dari tangan August menuju muka Greyson. Greyson langsung merintih, mendapatkan tamparan itu.

“does it hurts?” tanya August yang akhirnya mulai angkat bicara.

“ofcourse, you got to be jocking, August! Like seriously!” protes Greyson.

“that hurts, is not enough to draw how hurt your fans in that place, when hoping to see you, but they can’t see you” ucap August lagi. Greyson menutup matanya lalu melihat August.

“okay, where’s that girl?” ttanya Greyson. August tersenyum menang, lalu keluar dari kamar Greyson, dan langsung masuk ke kamar August, yang diikuti Greyson. seketika kamar itu langsung heboh dengan teriakan satu gadis kecil. Setelah beberapa menit, Greyson “digunakan” akhirnya gadis kecil itu meninggalkan hotel, sambil berterima kasih ke August. August terseyum melambaikan tangannya lalu duduk di kasurnya.

***

            Hembusan nafas berat langsung keluar dari Greyson, dirinya segera beranjak dari tempatnya, langsung terhenti melihat satu gambar di hp seseorang, yang entah bagaimana, hp itu masih memamerkan gambar darah segar dari kulit pemilik darah itu.



Greyson tercekat, lalu mengambil hp itu, dan melihat, kapan foto itu diambil. Nafas Greyson makin berhenti melihat kapan foto itu diambil. August yang melihat itu terdiam, berdiri, dan mengambil hp nya dari Greyson.

“you can get out now” ucap August sambil menunduk. Greyson mau mengucapkan satu kata. Sudah dipotong oleh August. “get out, please, if you still care about me” ucap August, Greyson terdiam, lalu menghilangkan bayangan tubuhnya dari kamar August. August menghembuskan nafas beratnya, ada satu titik air mata yang sudah dia tahan dari tadi, dari semenjak ia menampar Greyson. Sahabatnya berubah, sangat berubah.

***

>>> woop woop finally part 27 is up!!!!! and wop wop HAPPY 2nd ANNIVERSARY FOR @GREYSONCID_ARMY hell yeah, 2 years had been a long years. thank you for all your support guys, and thank you for still stick with us, my word can't enough to describe how much thanks from me, so, this, how i give my thank you to you guys! as usual, thank you for wasting your time to reading this, and let me know what do you think! xx

(: :D

- @deeyahs

Remember August ( Part 26 : The Fight )


***

June 20th ‘12
Dallas, USA

            Semua penonton berteriak memanggil nama mereka berdua dengan elu-eluan yang menggema, konser di Dallas ditutup, seperti biasa. Kiss Me menjadi penutup di konser malam itu. August dan Greyson langsung keluar dari bawah panggung, dan menuju back stage untuk bertepuk riah dengan suksesnya konser itu. saat semua heboh ber high five, lagi-lagi Greyson menghindari August. Semenjak pelukan itu, semua rasanya begitu dingin, tidak ada gelak tawa antara Greyson. setelah konser Greyson akan bilang berterima kasih ke crewnya lalu langsung meninggalkan kerumunan, dan kembali ke ruangannya dan entahlah apa yang dia lakukan hingga ibunya memanggil dirinya untuk balik ke bus, atau tidak ke hotel.

            August sendiri sudah mati-matian mengajak Greyson mengobrol tetapi tetap saja, anggapannya selalu dingin, dan meninggalkannya, semenjak pelukan itu, pelukan di ruangan artis itu. tetapi, alih memikirkan lebih jauh. August langsung sibuk dengan hp nya dan berbicara masalah betapa serunya konsernya dan jonserpacarnya itu. August sendiri tidak hampir pusing, selama August masih bisa melihat Greyson respect ke fansnya August akan diam saja. Berlagak tidak peduli.

***

            Untuk malam satu lagi, Greyson sengaja tidak mengabaikan kebaikan August, ini... Greyson sengaja lakukan, akan lebih mudah untuk menjaga wanita itu dalam seperti ini, akan lebih mudah, dan tidak akan ada gejolak aneh yang menari dengan seenaknya didalam tubuhnya, pelukan beberapa minggu lalu anggaplah pelukan terakhir yang Greyson rasakan, akan lebih susah untuk melepaskan wanita itu, jika wanita itu telah digenggam erat. Benar kata August, Olivia yang harus dia perhatikan lebih. Lalu seperti ini lah, setelah konser Greyson akan menelfon Olivia dan berbicara, hingga mungkin Olivia tertidur atau juga Greyson suruh kembali ke hotel. Tapi.. Greyson tidak memiliki sedikit penyesalan, dia sudah bisa merasakan. Olivia itu pacarnya, wanita yang patut mendapat perlindungannya, biarkan Cody melindungi August, dan Greyson melindungi Olivia. Ya, memang harusnya seperti ini.

***

 July 1st ‘12
Washington D.C , USA

            August berjalan memutar satu ruangan, dilihat lagi handphonenya, dan masih tidak memberikan salah satu notifikasi bahwa laki-laki itu membalas smsnya. Semua orang seketika panik. Dengan cepat August mengetik-ngetik nomor telfon, lalu menempelkan telefonnya di telinganya.

“where are you?!” ucap August setengah teriak, setelah telfonnya di jawab.

“i’m in my way to somewhere!” balas lelaki di sebrang sana.

“this place like a whole mess, why you’re not coming here now?!” protes August mendengar suara balasan itu.

“i can’t! I need to go back to L.A” ucap lelaki itu.

“for what?!” masih dengan nada ketus.

“my girlfriend is sick!” ucap Lelaki itu, dengan cepat. Cukup, ini membuat August naik pitam.

“what?! You left your signing season, just because your girlfriend is sick?! Like seriously GREYSON! what an earth you taking this risk! Why you don’t tell me, or at least the manager!” pekik August, mendengar suara August seperti itu, manajer August dan Greyson langsung mengahampiri August.

“she’s sick! I need to go back to L.A!” ucap Greyson lagi. August menutup matanya kesal, dan melihat manajenya dihadapannya, meminta telefon August. August memberikan telfonnya ke manajernya itu.

“Greyson, you need to go back here.  A.S.A.P or else i’ll turn that credit card off, and banned everything that you had in L.A. go back here, or else, you loose everything you have” ucap Managernya dengan tegas. Lalu memberikan telfonnya ke August yang setengah menganga.

“are you serious doing that” tanya August heran. “ofcourse not” ucap managernya lalu langsung kebur ke tempat yang entah August tidak tahu itu, masih speechless mendengarkan gertakan managernya. August menggidik, jangan sampe hal itu terjadi padanya.

***

“damn it!” frustasi Greyson, lalu langsung menaruh hpnya di bangku sebelah, dan meminta supir taxi untuk kembali ke gedung tempat signing seasonnya itu. Greyson mengacak rambutnya, Greyson baru tau, kalau misalnya pacarnya itu sakit, demam, Greyson langsung cemas, dan rasanya pingin pulang ke L.A dan menanyakan apa kabar wanita itu. lalu menjaganya. Ya tuhan, ini kenapa managernya harus mengancam dia, kalau memang seseorang yang harus disalahkan adalah August. Ya, August seorang.

***

            Semua orang berteriak terimakasih tuhan, saat melihat batang hidung Greyson di gedung. August memicingkan matanya, akhir-akhir ini Greyson memang agak kelewatan egoisnya, melupakan fans nya dan mengurusi pacarnya itu. Bukan. Bukannya August tidak suka, tapi itu sangatlah berlebihan. Hampir-hampir meninggalkan tournya dengan sepihak, tanpa memberitahu apapun ke crewnya. Tingkah laku yang idiot. Batin August.

“masih mau ninggalin fans lo? Cih, artis apaan lo?” sindir August, sambil menatap dingin Greyson, dan langsung ke luar dari gedung, memasang senyumnya dan duduk di bangku.

            Greyson menatap August dingin yang berjalan keluar, lalu ikut jalan keluar, tanpa senyum sama sekali, dan mulai menandatangani satu-satu cover albumnya. Greyson sangat dingin hari ini. August bisa melihat dari mata ekornya, hingga baru tiga puluh menit signing season berlalu. Greyson langsung berdiri tanpa kata meninggalkan signing season, semua orang terdiam. August langsung heran melihat itu, dan pamit sebentar ke fansnya.

“Greyson, wait up!” teriak August dari belakang. Greyson berhenti, dan menoleh kebalakang, dan berhenti.

“what?” tanya Greyson dingin. August terdiam, lalu menatap dingin mata coklat itu. “you want to leave your fans outside?” tanya August. Greyson menghela nafas.

“okay, i’m sorry, but i can’t focus on anything, when i know my girlfriend, right across the land, is sick, and maybe no one take care of her” ucap Greyson, sambil menatap August.

“so, you leave your fans, to your sick girlfriend, maybe no one take care of her” ucap August, Greyson menghela nafas berat.

“yes, i am” ucap Greyson pelan. August menutup matanya, bola matanya saat ini sangat... panas.

“i’m sorry okay?” bujuk Greyson. August masih menutup matanya pelan.

“you can leave” ucap August, setelah menghela nafas berat dan membuka matanya.

“what?” tanya Greyson. “you can leave” ulang August. “you can leave, and go straight to L.A and take care of your stupid girlfriend, or even you need to kiss her, rape her, or evrything that you can do with her, and leave this place, leave your fans, maybe who dying to see you right to with their face. Seriously Greyson, what did Olivia do to you, and change you in to a person who doesn’t have any heart? What did that bi—“ ucap August terpotong dengan tamparan keras di mukanya. August terdiam lalu menatap mata Greyson dengan penuh kedinginan.

“GREYSON!” teriak seseorang, August menoleh kebelakang dan melihat tante Lisa disana, mengahampiri August dan Greyson. August mengangkat tangannya, memberi tahu tante Lisa untuk tidak ikut campur.

“thank you” ucap August langsung ke mata Greyson, August mungkin sudah tidak peduli dengan air mata sudah menggenang  di matanya.

“thank you, to remind me how hurt it is, when your idol, can’t see you, just because his girlfriend sick. Or maybe they’ll hurt more than this slap. Thank you” ucap August, tersenyum lalu berputar, dan meninggalkan Greyson, berbicara ke tante Lisa.

            Greyson terdiam, setelah tamparan itu, melihat tangisan August disebabkan oleh dirinya membuat Greyson dihantam kaca tajam, sekarang Greyson melihat senyuman August yang sedang dihadapan ibunya sendiri, Ibunya memegang pipi August yang bekas dia tampar. Greyson terdiam, lalu berbalik, sudah. Greyson tidak peduli lagi dengan urusan wanita Indonesia itu, sudah, ini sudah selesai.

***

Remember August ( Part 25 : The Hug )


***

“hi August! Nice to see you!” ucap wanita itu, August tersenyum lebar.

“hello! Nice to see you too, thank you for coming, what’s your name?” tanya August tersenyum lebar, sambil menanda tangani album cover.

“i’m Thena” ucap wanita itu dengan senyum lebar.

“Thena? Is wonderful name, how old are you?” tanya August lagi, sambil mengahadap penuh perhatian ke wanita itu, satu anak masing-masing mendapat satu menit, maksimal dua untuk mengobrol.

“i’m fourteen, oh my God you are pretty!” ucap wanita itu menahan tawa nya.

“Oh My God, thank you, you too!” ucap August tersenyum besar.

“you are really my inspiration August, you are perfect!” ucap wanita itu heboh.

“i’m not sweety, there’s no one perfect, i’m unperfect, but when i have you guys, i’m perfect” ucap August tersenyum lebar.

“may i get your hug, and take a photo with you?” tanya wanita itu malu-malu. August mengangguk antusias dan langsung memeluk gadis berambut pirang itu erat.

“don’t be afraid to dream, dream like you never dream before, make an effort, and you’ll living your dream” bisik August. Orang itu mengangguk lalu mengambil foto bersama August, antrian berjalan, tidak sedikit lelaki yang dia temui. August memasang senyumnya yang sangat indah, begitu juga lelaki disampingnya memberikan senyum sangat lebar. August memperhatikan lelaki itu, semenjak insiden keluar darah dari hidung August, Greyson jadi agak menjauh, dan menjaga jarak dari August. Mereka benar-benar tidak akan berbicara satu sama lain jika kalau tidak ada rapat, dan latihan, atau August membutuhkan sesuatu, semua rasanya menjadi canggung.

“August, August!” ucap seseorang, pikiran August langsung buyar dan kembali berkonsentrasi dengan antrian panjang dihadapannya. August menaruh senyum terbaiknya, menaruh sapaan terhangatnya, dan memberikan pelukan hangatnya.

“Are you okay?” tanya seseorang dari samping. August heran lalu menoleh melihat Greyson mengecek diri August khawatir, saat itu Greyson meminta break untuk beberapa menit oleh security.

“i’m okay. Why?” tanya August heran. Greyson mengangkat tangannya.

“you look a little pale” ucap Greyson. teliti Greyson dengan dekat ke muka August, August terdiam, lalu menatap mata Greyson yang menjalar ke pelosok permukaan wajah August. Hingga Greyson mengangkat matanya, dan menatap sepasang mata hitam itu.

“i’m okay” ucap August masih menatap mata itu. Greyson yang menatap itu terlalu dalam langsung salah tingkah seluruh tubuhnya berdesir kencang. Tunggu. Ini apa? Batin Greyson, hey! Greyson sudah memiliki Olivia disini!

“okay, just tell me if you’re not in a good condition” ucap Greyson yang menepuk pelan rambut August, dan mengambil minum di bawah kolon gmeja untuk beristirahat sejenak. August terdiam melihat itu, lalu terasa tubuhnya terhempas ke masa lalu, di masa Greyson dan August hanyalah seorang anak kecil yang bebas melakukan apa saja.

“line is open again, be ready” teriak security, August kembali sadar dari lamunannya dan mulai meladeni fans-fans yang datang. Setelah sekitar dua jam, signing season selesai, August dan Greyson berdiri dari meja, dan terlihat hamparan luas para remaja seumuran mereka berteriak memanggil nama mereka berdua. August menagambil pengeras suara dan mulai berbicara ke fans-fansnya.

“thank you, so much guys, for coming here, you are really lovely” ucap August agak serak, Greyson mengambil alih pengeras suara itu.

“see you soon guys! Who’s coming to our concert?” tanya Greyson dan langsung disambut oleh teriakan yang membludak. August tersenyum lebar.

“yeah, tomorrow we will rock this state!” ucap Greyson lalu merangkul pelan August. Semua orang berteriak. August hanya tersenyum lebar, saat Greyson sedang asik berbincang-bincang dengan fans, August merasakan hal buruk di tubuhnya. Tangan August mulai berkeringat, August menutup matanya lalu berbisik pelan ke Greyson, Greyson yang sedang merangkul August terdiam, tangannya turun dan menggengam tangan August, Greyson melihat kebawah, dan sudah ada tumpukan merah diujung jari-jarinya. Greyson berubah pucat, dan menatap ke fans-fansnya.

“okay, i guess it’s enough for this time, see you soon guys. I love you!” ucap Greyson, dan disambung teriakan dari fans. August hanya tersenyum lemah, lalu berjalan kesamping keluar backstage. Greyson mengambil tangan August lalu memasukkan tangannya ke jaket Greyson.

“how... can?” tanya Greyson langsung mengeluarkan tangan August dan melihat keringat sudah menumpuk, dan tumpukan darah menggumpal di tangan August. August menggeleng, dengan pelan Greyson meraih tangan August dan mulai memijit tangan itu pelan, memberikan saluran darah itu jalan keluar.

            Semuanya dibuat hening, bisu didalam ruangan itu. hanyalah August dan Greyosn disana, itu sudah diminta oleh Greyson, dengan alasan ingin curhat ke August. August hanya menurut, dan mengikuti jalan Greyson, saat di dalam August sudah duduk dengan lemah disamping Greyson, dan tangan August sekarang sudah dipijit pelan oleh Greyson.

“since when you really get easy to get this August?” tanya Greyson khawatir. August terdiam, lalu menggeleng pelan.

“did Cody filling your brain? Did Cody do anything to you?” tanay Greyson lagi, August sekali lagi menggeleng.

“or it cause of me?” tanya Greyson pelan, menatap mata hitam itu, August terdiam dalam bisu, lalu menggeleng.

“no” ucap August, sangat pelan, bahkan mudah dikalahkan oleh gesekan angin disekitar ruangan itu.

“are you sure you can perform tomorrow or we need to move the date?” tanya Greyson, August mengangguk. Lalu mengambil tangannya, dan menaruh di pahanya sendiri.

“i’m fine, thank you for this” ucap August, lalu menaikkan tangannya pelan. Greyson mengangguk. August berdiri dengna pelan, dan berjalan keluar, sebelum dia bisa meraih ganggang pintu itu. Dirinya langsung membeku, sentuhan yang sangat intens itu menjalar langsung ke seluruh tubuh August. Greyson memeluk dirinya dari belakang. August terdiam membeku.

“i’m sorry” ucap Greyson menguburkan kepalanya di pundak  August dan menjatuhkan satu titik air mata di pundak August yang terbuka.

“it’s not your fault Greyson, really it’s not your fault” ucap August pelan, lalu mencoba kabur dari pelukan itu, alih-alih lepas, tapi pelukan itu malah lebi kencang, dan tangisan itu malah lebih deras.

“Greyson...” ucap August pelan, August dengan ragu mengusap pelan tangan Greyson yang melingkar di pinggangnya itu.

“seriously, is not your fault, hey please, stop crying” ucap August. Greyson melepaskan pelukan itu, lalu mulai berjalan meninggalkan August sendirian. Tanpa kata, tanpa senyuman...



***

Remember August ( Part 24 : She is Special, but She Doesn't Want to be Special )


***

May 25th ‘12
Colorado, Canada

            August, keluar bis nya, dan disirami oleh panas mentari. August tersenyum sangat manis, lalu melangkah dengan ringan menuju hotel yang ada di hadapannya, untuk beristirahat selama tiga hari kedepan, karena tiga hari kedepan akan dilaksanakan signing season, interview dan konser. August menghirup nafas, dan mencium gelitik-gelitik musim panas yang hangat, dengan senyumnya yang riang, August masuk ke hotel, diberi sapaan hangat oleh penjaga August tersenyum manis, lalu jalan menuju lift, dan segera naik ke lantai sepuluh yang sudah mereka sewa satu lantai. Baru saja membuka lift, terdengar gelak tawa para backup dancer August. August tersenyum lagi, dan segera pergi ke kamarnya.

            Belum lama senyum itu tertempel di muka August –yang-tentunya-August-belum-mandi- senyum itu sudah di cabut paksa, dengan melihat muka lelaki itu, sedang berbicara di telefon, tidak harus berfikir berkali-kali siapa yang dia telfon dengan muka sumringah seperti itu, pasti itu Olivia, August terdiam, August berniat untuk menguping pembicaraan mereka, entah kenapa August merasa ingin tahu masalh lelaki satu itu. August berfikir keras, dan terbesit ide konyol, August langsung menarik Sintya, dan mengajaknya mengobrol pelan di dekat Greyson. August berbicara ngalor ngidul bersama Sintya, sekalian mendengarkan pembicaraan mereka...

“so, what are you doing right now?” tanya Greyson, di belakang August, Sintya yang tau akal-akalan August hanya tersenyum simpul.

“oh my God i miss you so much, i just can’t believe that you can’t came with me” ucap Greyson, yang langsung diberikan ekspresi muntah oleh August, Sintya hanya terkekeh melihat sifat August itu. pembicaraan yang kelewat mesra –dan-tentunya-diberikan-ekspresi-jijik-oleh-August- berlanjut. Greyson menyadari, August di belakangnya, disaat telfon itu selesai. Greyson menepuk pundak August.

“can’t you stop to listening to me while i’m talking with my girlfriend?” tanya Greyson skeptis, August mengerinyit.

“pede banget, cih, ogah gue” cibir Augst, lalu berjalan, sambil mengibaskan rambutnya ke muka Greyson, dan dengan enaknya berjalan meninggalkan koridor, diiringi tawa oleh Sintya.

***

            Signing season, di mulai hari ini. August sudah bersiap dengan dress merah, terlihat kalung sayap terbalut di lehernya, dan oh ya! Sepatu kulit berwarna merah yang senada dengan bajunya. August tersenyum sumringah dan berjalan menuju mobil alphard, disaat dia berjalan, dia sedang ber sms ria dengan Cody. Syukurlah, pagi itu tidak ada yang bisa membuat mood August hancur, senyum manis August sepertinya bertengger manis di mukanya yang pucat.



Mamanya menghela nafas dengan lepas setelah kejadian kemarin itu. Tidak bisa dipungkiri memori-memori yang besar dan juga terlalu menyakitkan untuk dipercayai terulang lagi, tetesan air mata darah, dan aliran darah segar dari hidung anak semata wayangnya itu terjadi lagi, suntik yang dia jarang gunakan terpakai lagi. Butuh tahan nafas yang lama, melihat anak kandung tersiksa. Ini yang ditakutkan oleh Erin, anaknya menjadi artis, tapi... kondisinya yang cukup ...parah. Erin sudah berbicara ke August, tapi August ngotot masih ingin hidup di bidangnya. Lamunan Erin terpecah, saat handphone berdering dari hp August. August yang sedangmenatap hp nya itu tersenyum langsung menganga. Menelan ludah August mengangkat telefon itu.

“Halo?” sapa August, diam dalam takut. Semua orang di mobil menatap August heran, tidak terkecuali Greyson yang sedari tadi mengawasi August dalam diam.

“Papa tau dari mana?” ucap August lagi, Greyson, Tante Lisa mengerinyit, juga supir, hanya August dan Ibunya yang mengerti, lalu menghela nafas, dan membisikkan ke Tante Lisa.

“August baik-baik aja kok Pa, August yang terlalu capek... iya... August tau... gak kok, gak ada fikiran berat... Bukan Pa, bukan karena Cody... Serius, August gak bohong, ini murni August yang kelewat heboh di panggung... iya Pa, ini terakhir kalinya... iya, August janji... janji Pa... iya Pa, August janji gak akan pernah make itu...” balas August muram, apa yang dia ucapkan hanyalah tabu belaka, August yakin, di suatu hari kedepan pasti August akan merasakan hal itu, merasakan cairan lengket yang langsung berkerja cepat di tubuhnya setiap disuntik, dan rasa tidak berdaya tubuh August itu.

“Mama kenapa kasih tau ke Papa?” tanya August muram disitu sambil menunduk, menatap hp nya, Tante Lisa dan Greyson masih bingun tidak mengerti.

“Mama tau sendiri, Papa yang paling khawatir sama hal ini, kalo Mama kasih tau, mungkin aja karir August bisa ancur” ucap August dingin.

“bukan itu maksud Mama sayang, dia itu masih Papa kamu, dia berhak tau” bela Mamanya.

“jangan Ma, August itu normal, sakit dikit itu biasa ma. August normal” ucap August menekankan dengan pelan kata ‘normal’ itu.

“kamu gak normal sayang, kamu ...” ucap Mamanya.

“August gamau jadi orang special, Mah, August normal” ucap August dingin, ibunya terdiam.

“you’re special August, for me, you are special, you’re not normal, but you’re special, you are my seacret princess” ucap Greyson cepat, August mengangkat kepalanya, lalu menatap Greyson. August hanya tertawa sinis.

“you had girlfriend” ucap August lagi. “but you still my periority” ucap Greyson lagi.

“i have Cody” balas August dingin. “you don’t need to take care of me, i have him” ucap August dingin.

“he can’t face you” ucap Greyson. “he loves me” balas August lagi. “he won’t if he knows the truth, the truth you’re special” balas Greyson lagi. August membuang pandangannya ke jendela.

“you can’t be like that you had Olivia, she is your girlfriend” ucap August. Greyson frustasi, mendengar ucapan itu.

“i don’t care, but you are special to me, you’re not normal, and i’m here beside you forever and ever. End of story” ucap Greyson mantap.

“don’t give me a promisses” balas August dingin, menatap Greyson dengan hujaman dinginnya.

“but i do” ucap Greyson. August menatap Greyson yang menatap lurus diri August.

“how if me and Olivia trapped at the different building, and those building really catch by the fire who’ll you save first? Me or her?” tanya August lagi, menatap mata itu.

“i...” ucap Greyson terbata, August membuang pandangan matanya sambil tertawa sinis. “don’t give me any promisses, and for your information, i’m normal, i’m not special” ucap August terdiam.

“ i save you” ucap Greyson lagi, August menoleh heran, lalu tersenyum simpul. “you are truly jerk” ucap August lagi. “i don’t care” balas Greyson lagi. August menghela nafas.

“it’s hard to be me, so don’t waste your time to take care of me, save her, not me, cause i’m useless, soon or later, i’ll die, just save the normal one, you said i’m special right? So don’t need to save the special one, save the normal one, cause it brings normal life for you the special one have their own way to be save have their own hero to save their life, and it God, God knows where should i go. Living this life longer or enjoying the world in God sides” balas August lalu mengambil headseat iPod nya dan memutarkan lagu-lagu yang menyumbat pendengarannya, matanya menutup, menutup dalam suatu fakta menyedihkan untuk dia percayai, ada fakta menyedihkan dalam balutan dan bentuk tubuh sempurna ini, ada fakta yang menyedihkan dalam sang popularitas wanita ini. Wanita ini tersenyum, merintikkan air matanya. Dirinya spesial, ya spesial di jalurnya sendiri, jalur yang dibuat Tuhan khusus untuk dijalani August.

***

Remember August ( Part 23 : Forehead Kisses, Regret )


***

            Greyson segera masuk bis, dan menidurkan August di atas kasurnya, ini adalah Bus terbesar yang Greyson pernah lihat, karena, bukanlah lagi, bunks-bunks yang ada di setiap bis turnya, melainkan kamar, kamar yang kecil, tapi terlihat cukup nyaman. August terbaring lemas, dengan mukanya yang pucat.

“is it okay if i leave you here?” tanya Greyson ke August, August mengangguk pelan.

“take care of yourself, August, i don’t want something bad happen with you” ucap Greyson pelan, membelai halus jidat itu.

“it’s okay, Greyson” ucap August pelan.

“take care yourself, i’m right beside your room, okay? Good night” ucap Greyson, dengan pelan, lalu mengecup pelan dahi August.



Baik August dan Greyson terdiam, dengan apa yang terjadi, dengan canggung Greyson keluar kamar August, dengan detupan jantung yang meletup-letup, apa yang dia lakukan tadi? Apa? Mengapa dia mencium August? August bukanlah lagi miliknya, dan bibir ini, bukanlah lagi milik August. Apa yang Greyson fikirkan tadi?

            August terkesiap, melihat perlakuan itu, dia terdiam dalam kebisuannya. Sensasi-sensasi, yang masih mengecap hangat ditubuhnya, bulir-bulir darah mengalir cepat didalam tubuhnya. Ini hal yang beda, yang dia rasakan dari Cody, August menutup matanya, dan meyakinkan dirinya, bahwa ini bukan sesuatu hal yang buruk. Cody ada disisinya saat ini. Disaaat melamun, Hp August berdering.

“CODY” tulis layar Hp nya itu. August segera mengangkatnya.

“hey, what’s happening?” tanya Cody.

“i have my noseblood” ucap August terdiam.

“are you okay?” tanya Cody cemas.

“i am” ucap August lemas.

“take care of you, baby, go to sleep, you still have a concert on the next day” ucap Cody, August mengangguk pelan lalu mematikan telefonnya, dimiringkan tubuhnya menuju jendela, August, mencoba untuk menutup matanya, menyeret dirinya paksa ke arah mimpi.

***

            Pagi itu terasa hambar, dengan sarapan cereal yang tidak disukai August, segalanya jadi begitu hambar, jadi begitu canggung, semenjak malam itu. Greyson jadi jarang berbicara dengan August, Greyson lebih sering, sibuk dengan hp nya, atau lebih tepatnya sibuk dengan orang yang terhubung dengan hp nya, Olivia, siapa lagi kalau bukan dia? August sepertinya memang kehilangan seseorang, hal yang dia takutkan, benar-benar terjadi. Olivia menggantikan posisi August. August merasa kesepian... hal ini, membuatnya bertanya, apakah ini yang dirasakan Greyson disaat August mengobrol tentang Cody selalu setiap waktu? Tapi, August merasa dia tidak mencuekkan Greyson... August menghela nafasnya panjang, lau membersihkan mangkuknya, dan segera kembali ke kamar tidurnya...

***

            Dalam kesibukannya, dengan barang yang dihadapannya, ekor mata lelaki ini tak henti mengawasi wanita yang sedang memakan sarapannya. Setelah kejadian semalam, entah apa, membuat lelaki ini menjadi begitu protektif, tapi, dia tidak ingin menunjukkan keprotektifannya, Greyson sekali lagi melihat, hembuasan nafas dari gadis, itu, beranjak, dan membersihkan mangkuk sarapannya, dan melihat jalan dengan gontaian lemas, ke arah kamarnya.

Greyson beranjak, lalu memasuki kamarnya, yang tepat disamping kamar wanita itu, yang hanya dibatasi oleh dinding kayu tipis. Greyson duduk di dinding itu, dan memantau gadis dibalik dinding itu dengan suara. Entah mengapa, Greyson ingin melakukan ini, melihat August berdarah semalam, adalah salah satu dari bencana yang Greyson tidak ingin lihat, semua penyakit yang ganas tiada ampun, masih menggrogoti tubuh mungil itu, hanya beberapa orang yang mengetahui penyakit itu, dalam lingkup August, hanya keluarga inti August dan Greyson. Disaat kecil berumur empat tahun, Greyson sering melihat Alexa, atau Tanner, atau keluarga August maupun Greyson, menyuntik pelan, di bagian tulang pipi August. Setiap Greyson tanya, selalu diberi tahu, jawabnya sama, membuat August lebih cantik, hanya itu, tapi tidak disaat dia berumur sebelas tahun...

***

August 22nd, ‘08
Edmond, Oklahoma.

“August, what was happen with you?” tanya Greyson kecil, panik, melihat darah tidak berhenti-henti dihidungnya.

“i don’t know, please, call my mom, tanner, alexa, or everybody!!!” ucap August juga panik. Greyson langsung memencet telepon Mamanya, dan diangkat dengan cepat.

“mom! August has a nosebleed!” ucap Greyson cepat, suara nafas Ibunya tercekat, lalu mulai mengambil nafasnya dalam.

“okay, Greyson, you need to take care of her, take the medicine, at the box, right under my bed” ucap Ibunya, Greyson segera berlari ke kamar Ibunya lalu mengambil kotak itu, terlihat beberapa jarum suntik, dan beberapa cairan-cairan aneh.

“now, take the liquid name “Aqueze Farastatosic” mix with alcohol, and put in the injection tube” ucap Mamanya, Greyson mengangguk.

“done, what’s else?” tanya Greyson lagi.

“give that injection, to her cheeks bones, where we always give her, you know that place right?” tanya Mamanya.

“i know where is it” ucap Greyson lagi. Greyson langsung berlari menuju August, dan melihat cairan itu sudah bertambah banyak.

“August, your eyes” ucap Greyson lagi, melihat titik air mata darah dimatanya.

“help me Greyson” ucap August, memejamkan matanya, yang perih, lalu dengan cepat Greyson menyuntikkan obat itu, dengan remasan tangan August di kemeja Greyson.

“oh my God, what’s happen with you” ucap Greyson lagi, August, terdiam, menutup matanya, darahnya akhirnya berhenti mengalir, Greyson membersihkan muka August.

“thank you Greyson” ucap August, memeluk Greyson.

“what’s happen with you, why?” tanya Greyson.

“i don’t know, my parents never tell me about this” ucap August, terdiam.

“come on, it’s okay, clean yourself” ucap Greyson, August berdiri, dan seketika langsung terjatuh ke lantai.

“i can’t stand” ucap August. Greyson lalu membopong pelan August.

“come on, let me help you” ucap Greyson, August diangkat dengan Greyson. entah dari mana kekuatan itu, tapi Greyson merasa diri August itu, sangat enteng.

“thank you again” ucap August tersenyum.

“it’s okay, i’m always beside you” ucap Greyson tersenyum, dan mengantarkan diri August ke kamar Greyson, Greyson berlari ke rumah August, dan mengambil baju nya dengan asal, menaruh di kasur Greyson, dan Greyson langsung keluar. August tersenyum melihat, sikap peduli Greyson.

“thank you, again. Greyson” ucap August, Greyson tersenyum manis, bahkan sangat manis, Greyson berjalan ke dekat August dan mengecup pelan dahinya.

“it’s okay” ucap Greyson.



***

            Semenjak hari itu Greyson diberi tahu mengapa August bisa seperti itu, dan disaat itu pula Greyson berjanji akan menolong August, menyuntik August bukan lah lagi, hal baru Greyson, semenjak kejadian itu, ada saja dalam satu bulan August kembali berdarah, dan Greyson kembali mengurus August, dan selalu diakhiri dengan kecupan lembut di dahinya, dan malam itu terjadi lagi, tapi sangat berbeda posisi, dimana August sudah memiliki kekasih. Memiliki Cody. Apakah mungkin Cody sudah tau, penyakit August? Apakah Cody itu sudah siap? Greyson terdiam, menutup matanya, darah yang mengalir dari hidung August itu, seperti layaknya ingatan yang masih segar terulang di otak Greyson.

“i’m sorry August, i really i am” ucap Greyson, menahan tangisannya, tapi, tidak bisa dipungkiri, ada satu titik tangisan yang keluar di ujung mata lelaki itu, ada satu titik kekecewaan bahwa dia mengingkari janjinya sendiri, menjaga August. Tapi, hal yang membuat August seperti itu, adalah dirinya sendiri...


***