Sunday, October 21, 2012

Remember August ( Part 41 : Break Up, His Priority ),


***

            Semenjak hari itu Greyson uring-uringan, mendengar semua pernyataan Sasta. Greyson hanya bisa menatap kosong dinding putih yang ada di apartemennya, suara riang tawa August terdengar, memori indah terulang. Greyson merenungkan apa yang semua Sasta telah bilang, semua kenagan indah. Greyson kembali melihat foto dirinya dengan pacarnya itu, gadis itu, kalau dilihat benar-benar mirip August, hanya perbedaan mereka berdua terdapat di mata, dan senyuman. Senyuman August lebih khas, ada kerutan kecil dihidungnya, dan jika dia tersenyum lebar, gigi taringnya terlihat jelas. Mata August juga jauh lebih gelap dan hitam, terlalu teduh untuk ditatap, terlalu mudah untuk larut dalam hasutan sepasang mata indah itu.

            Rambut mereka hampir sama, dengan wangi yang sama. Hanya saja, wangi Ginger itu tercampur dengan wangi Vanilla dari tubuhnya, dan jika mengecup pelan dahi August, wangi madu, jahe, dan vanilla menyatu, bagaikan heroin untuk para pecandu. Sifat August yang terlalu manja, Greyson kembali terdiam, dia terlalu mengenal jauh August. Dirinya juga mengakui, kalau memang August masih memiliki tempat dihatinya, usaha yang telah dia lakukan untuk melupakan August terlalu susah. Greyson tertegun dengan batinnya. Greyson, menatap handphonenya, dan mengetik dengan cepat deretan nomor telefon yang mungkin telah di hafalkan belakangan ini.

“Olivia are you busy? Let’s meet, i pick you up about one hour from now, okay? See you” ucap Greyson, Greyson terbaring dalam sofanya. Mungkin ini disaatnya dia mulai memilih jalan hidupnya sendiri.

***

Jakarta, Indonesia
May 19th 2013

“wat the hell are you doing there?!?!” teriak August yang setelah bangun dari penerbangannya dari Bali, menatap muka lesu Sasta di depan pintu kamarnya. August langsung mendorong Sasta, dan menyeret tubuhnya kedalam kamar temannya itu.

“August, seriously, you call me in this freaking morning, to asking that, can you just wait?!” proters Sasta. August berdiri sambil bertolak pinggang.

“no, now you need to fucking tell me!!!” ucap August, Sasta, mengerinyitkan alisnya.

“who the heall you are, seriously” ucap Sasta kembali berbaring di tempat tidur.

“Ahhh Sasta mahhh” rengek August, menariki kaaki Sasta

“August, gue masih ngantukkk” erang Sasta.

“bangun gak lu, dasar kebo jahanam” ucap August, meniban Sasta.

“anjing, sakit bego.” Ucap Sasta, August tertawa dan menyingkarkan dirinya dari Sasta.

“now tell me” ucap August, duduk bersila,dan menatap Sasta yang sedang mengucek-ngucek matanya.

“gue kesana cuman ada urusan keluarga doang kok” ucap Sasta. August belum puas dengan penjelasannya.

“kenapa lo pergi sendirian coba” ucap August.

“ya terserahlah” ucap Sasta lagi. August membentuk muka sedih. “ah gaseru looo” lempar August dengan bantal. Sasta menyengir, August memutuskan untuk bermalas-malasan di rumah Sasta.

“mana oleh-oleh dari Bali?” tanya Sasta, memberhentikan keheningan. August mengulet

“dirumah” ucap August. Sasta terdiam, mengingat kejadian di cafe itu. Sasta kembali melirik August yang sedang membuka handphonenya dalam diam.

“lo disini sampe kapan?” tanya Sasta lagi. August menoleh, dan tersenyum lemah.

“selama, gue bisa sanggup ngehadepin kehancuran gue” ucap August tersenyum, dan kembali memperhatikan handphonenya. Sasta terdiam, melihat sahabatnya itu, melihat suatu retakan yang jelas di hati August. Ada sembab air mata di ujung mata hitam itu, ada gerakan letih yang dipancarkan oleh gadis itu. Sasta berdiri, dan memeluk August dengan erat.

“yang tabah, ya, you deserve more than him” ucap Sasta, yang hanya bisa memberikan semangat. Sasta tau di posisi ini, hanya ada Sasta yang bisa menemani August, melihat apa yang telah dia lakukan di Los Angeles kemarin.

“makasih Sas” ucap August tersenyum, August mengambil gitar Sasta yang ada di ujung ruangan dan mulai memainkan senarnya.

“gue baru bikin satu lagu di Bali kemaren” ucap August mulai memainkan gitarnya dengan lembut, suara beningnya melembut.

“and i just wish all the memories is burnin” lantun Augut pelan, membuka matanya menatap Sasta. Sasta menatap lembut August dan langsung memeluk erat sahabatnya itu.

“you must be strong dear” ucap Sasta. August mengangguk, membalas pelukan Sasta dengan erat.

“ke rumah gue yuk, ngambil oleh-oleh” ucap august, mengahpus titik air matanya. Sasta mengangguk, dan keluar dari rumahnya, langsung lari kearah rumah August. Saat August membuka pintunya, dan masuk ke ruang tamu. August terdiam melihat siapa yang duduk di sofa itu.

“what are you doing here?”

***

Los Angeles
May 17th 2013

“why you’re calling me?” tanya  Olivia, menatap Greyson. Greyson hanya terdiam, dan menatap Olivia lurus.

“we need to talk” ucap Greyson,vOlivia mengerut.

“what talk?” tanya Olivia masih tidak mengerti apa yang dimaksud dengan pacarnya itu. Olivia menatap Greyson lurus.

“what are you want to talk, babe?” tanya Olivia, memegang pipi Greyson lebut. Greyson menunduk, dan memegan tangan Olivia yang ada di pipinya.

“i know it sounds weird, but i think we’re not belong together anymore” ucap Greyson dengan cepat, straight ke Olivia. Olivia terdiam.

“what, what do you mean?” tanya Olivia, shock dengan pernyataan Greyson.

“i’m sorry but it is, i mean, more far we’re going out, more far, there’s something wrong between this relationship” ucap Greyson.

“you said you love me” masih bantah Olivia.

“i did, but there’s something wrong, and i just figure it out now” ucap Greyson lembut.

“what was that?” tanya Olivia, yang sudah ingin menangis.

“that is, the reason why i’m dating you, Olivia, you’re not the right person” ucap Greyson melembut, sambil mengelus pelan rambut Olivia.

“the moment when i get close to you is not the right moment, i was so upset that time, i hurt at that time, i’m miserable, because someone else” ucap Greyson lagi.

“you mean August right?” tanya Olivia, Greyson menghela nafasnya, dan mengangguk pelan. Olivia menarik nafasnya dan berdiri tapi ditahan Greyson.

“let me explaine first” ucap Greyson. Olivia menatap lurus Greyson.

“i love August, that’s the fact, when she’s going out with Cody, i feel misserable, and then suddenly you showed up, and you’re just her reflection, your look, smell, and everything, the way you talk to me, everything Olivia, i love you, i sure i do, but i love you just like my fans, it can be more, because everything in to you always realted to her, i’m sorry” ucap Greyson. Olivia menatap mata Greyson.

“do you know how feel about me? being a person really looked like her, everyday, they tell me you love me because of my look, and i guess their right” ucap Olivia. Greyson terdiam, dan menunduk. Olivia menangis dan meninggalkan Greyson. Greyson menghela nafas. what happened just happened. Greyson membawa dirinya kembali pulang, ke apartemennya, dan melihat apartemen August yang tepat disampingnya. Greyson menghela nafas.

“what’s up dear?” tanya Ibunya, Greyson hanya menggeleng dan duduk di sofa, menatap kosong tv.

“do you miss August?” tanya ibunya. Greyson mengangkat bahunya.

“are you tired with yor job?” tanya ibunya. Greyson menggeleng.

“of you are, go get some holiday” ucap ibunya. Greyson mengangguk, saat dia beranjak ke kamarnya. Greyson terdiam, lalu menemui ibunya.

“mom i guess you’re right, i will tkae some holiday, but i want to go by my self, is that okay?” tanya Greyson. ibunya berfikir sesaat dan mengangguk.

“everything suit you dear”

***

“what are you doing here?” tanya August heran, menatap laki-laki dengan leather jacket, dan sepatu conversenya itu.

“i’m here, to say sorry” ucap laki-laki itu, menunduk.

“sorry for?” tanya August kembali.

“for ignoring you lately, for not replying your voice mail, for not replying your emails, and not for being your side when you’re broke” ucap laki-laki itu lagi. Augsut melipat tangannya.

“who do you think you are Greyson, you can come and go liek this?” tanya Sasta, menatap Greyson.

“i’m here for saying sorry” ucap Greyson lagi. August terdiam, Greyson menatap langsung ke arah August, mata itu.

“August, i’m sorry” ucap Greyson tulus, ada genangan di dalam air mata August. August tersenyum lemah. Greyson tersenyum, dan langsung memeluk August erat. Greyson mengangkat tubuh August. Tangis August pecah, melihat dirinya di dalam pelukan siapa. Greyson tersenyum lebar. This, feel so right, right now, he knows August is his priority.


***

>> AAA FINALLY PART 41 IS UP :") i guess 4 more to goes for end this story :') yaaaaa, sebenetar lagi cerita ini selesaii :') i had a plan to make a sequel one, but don't know,hectic schedule here hehe. so, as usual, thanks for reading, and let me know what do you think :]
Stay awesome!
@Audeeyah

Friday, October 19, 2012

Remember August ( Part 40 : Did You Forget? )


***

Jakarta, Indonesia
February, 24 2013
Lapangan Istora InDoor Senayan.

            Senayan, dihentakkan dengan beat-beat dari 2 artis papan atas. Histeria dari semua orang pun membaur. August menyanyi dengan enerjik, tidak beda dengan One Direction. Koloborasi yang biasa mereka lakukan pun dilakasanakan dengan indah. Senyuman August di luar, benar-benar menutup ke kacauan di dalam hatinya. Menutup suatu badai, yang siap untuk menggerus semua rasa cinta yang pernah ada di dalam hati itu. Tubuh Augsut terhempas, dari kayangan awan yang dibuat dari kata indah mulut lelaki itu, dalam langkah pertama. August meyakinkan dirinya untuk menyanggupi semua konsekuensinya, itu, tapi August tidak akan pernah berfikir, akan segini sakitnya, ketika August benar-benar merasa di hempas terjun ke bumi. Tanpa genggaman, dan tanpa tempat landas yang baik. Tubuhnya sepertinya akan siap hancur membentur aspal keras. Disaat dirinya jatuh, dirinya harus berdiri, August berdiri di tegah pecahan kacanya, menahan perih dan tajamya kaca menusuk tubuhnya. Ini adalah komitmen August, dia tidak akan perah megecewakan penggemarnya. August harus mau sanggup, menari dengan enerjik, meyayi dengan indah, dan terseyum semanis mungkin, ditengah badai yag sedang berkecamuk dalam hatinya, dan diatas pecahan kaca, dari ragkaian cerita indahnya.

Sedangkan Sasta haya bisa mengasihani sahabatnya itu yang sedang bertempur dengan hebatnya di dalam diriya. Jika Sasta ditanyai siapa teman yang paling kuat dari Sasta kenal, itu hanyalah August. Sasta, termaksut saksi buta August selama dia di Indonesia, dimana August mejadi artis terkenal, dan juga dimana saat August menjadi gadis biasa, dimana saat Sasta, sempat memergoki August menangis kecil di koridor sekolah mereka dahulu, dan menjadi saksi penderitaan August, disaat dia harus menahan perihnya jarum didalam tubuhyanya itu, hidupnya sulit. Tapi dia tidak  pernah membuat semua orang masuk ke dalam kesulitan itu, dia kuat, hanya orang tertentu yang bisa masuk ke dalam tembok itu. Sasta masih termenung, dan mengeluarkan handphone August, yang saat ini dia pegang.

“hello, can we talk for a minute?”

***

Bali, Indonesua
May, 5th 2013

            Tour August da One Direction officially selesai, dan sekarang mereka mengambil beberapa hari untuk libur di pulau dewata. August menyayangkan Sasta tidak mengikuti liburan kali ini, Sasta tiba-tiba harus terbang ke Los Angeles, dengan akuan ada yang harus diurus bersama keluarganya disana. August mengangguk dengan tidak rela, melihat sahabatnya pergi di atas liburannya.

***

“hey, i’m in, the corner, i’m wearing blue shirt, high ponytail” ucap Sasta, di salah satu sudut kedai kopi Los Angeles. Orang disebrang sana mengucapkan mengerti, dan menyelesaikan perbincangan mereka. Saat Sasta, menunggu  beberapa menit, melihat laki-laki dengan leather jacket, skinny jeans, dan converse. Sasta mengangkat tangannya. Laki-laki itu menoleh, dan tersenyum mengahampiri.

“hey, Sasta, nice to see you” ucap laki-laki itu. Sasta tersenyum kecil, dan membalas pelukannya.

“hey, Greyson, nice to see you” ucap Sasta. Greyson Chance, ya, siapa lagi?

“what’s an air, you coming here?” tanya Greyson, setelah menerima pesanan latte-nya.

“i want to make it quick, do you have any problem with August?” tanya Sasta, Greyson mengerinyit.

“no, not at all. Why?” tanya Greyson

“August said you and her, lost contact, like when she did her tour” ucap Sasta kembali. Greyson menghela nafas.

“listen, i have career here, and my life just not about to take care of her, she got her own protection right?” ucap Greyson lagi.

“don’t be mad, i don’t know that you are Mr. Busy right now, but i just want to ask you one thing, care to her, she need it now” ucap Sasta memohon.

“for what?” tanya Greyson heran

“you know for what!” balas Sasta tinggi. Greyson mengerinyitkan dahinya.

“i have life here, my life is not about her, i told you that, i mean hello she is no one, i have girlfriend, i need to work here” balas Greyson tambah dingin. Sasta terdiam.

“so you mean, she’s not important, but your girlfriend is?” tanya Sasta.

“of course, she is my damn girlfriend Sasta, ofcourse she is important, i leaved August, because i’m done with her drama, she had everything, she had boyfriend” ucap Greyson lagi.

"drama? you mean her obviously disease that you've known like for an ages, you said drama?!" tanya Sasta heran menatap Greyson yang dengan egonya itu

"i know it's not, but seriously, she cries always everynight because of like useless thing don't ya know? i mean she had boy--" ucap Greyson terputus

“you didn’t know that Cody is cheating on her?” tanya Sasta memotong pernyataan Greyson, priceless.

“i don’t give a shit about that, at least she had 5 handsome boys, who ready to protect her right, i don’t care about that anymore, i’m living my life now” ucap Greyson, ketus. Sudah, ini sudah dari batas. Sasta berdiri.

“okay, you don’t give your fuck to that, sorry, Mr busy for a slut” ucap Sasta berdiri. Greyson menahan tangannya.

“watch your words” ucap Greyson. Sasta menarik tangannya.

“did you know for all this months, she has been fighting with her boyfriend keeping what she believed, and did you know that, everynight, she cried in silent, did you know, all of her smile that showed up was fake. Did you?” ucap Sasta menatap mata Greyson langsung. Greyson masih terdiam.

“she cried everynight, hoping the best, bust expecting the worst, blood always come through her nose, she’s done with her boyfriend” ucap Sasta lagi.

“and you, the person who she needed the most, with your fucking big ass ego, kissing your girlfriend, who even just like her? Get a life Greyson, why do you love some random fans? Desperate? She really looks like her, and don’t lie to your self Greyson, you did love her. I know that. it clearly i can see it. Now get off” ucap Sasta. Greyson terdiam mendegar semua protesan, dar i Sasta, saat Sasta ingin berjalan, dia membalikan badannya.

“the last, do you really forget, and throw all the beautiful memories that you had with August, while August keep it save in her mind, do you really give up on her?” tanya Sasta lagi melembut, dan meninggalkan Greyson. Sasta memberhentikan taksi, dan meminta langsung pergi ke bandara. Semuanya selesai, yang hanya bisa Sasta lakukan menghibur August.



***

Remember August ( Part 39 : Home )


***

February, 24th 2012
Jakarta Indonesia
Bandara Soekarno-Hatta

            Setelah August di opname selama seminggu, barulah satu rombongan tour itu bertolak ke Jakarta, sudah berkali-kali August mengucapkan dirinya tidak apa-apa. Dia akan senang untuk menghabiskan winter di kampung halaman Niall, daripada di Jakarta, tapi semuanya memaksa untuk langsung ke Jakarta, dan meninggalkan crew di sana. August hanya bisa mengalah, melihat ke lima kakak barunya itu yang super duper protektif, semenjak mereka tau kelainan dari August.

“where do you want to live?” tanya August, langsung o the point.

“maybe cottage?” tanya Liam, sambil menaikkan alisnya. August memutar matanya.

“let’s go to my house, there are like three guest room, you can sharing right?” tanya August. Mereka berfikir, dan mengangguk pelan.

“yeah, why not?” ucap Zayn, dan mereka segera masuk ke mobil S.U.V, atau lebih tepatnya mobil suruhan ayahnya.

“Papa dimana pak min?” tanya August, selagi duduk di bangku depan.

“bapak lagi di rumah, mau masak makanan buat eneng, ibu juga udah nyampe Jakarta kemarin malem, neng gimana neng? Di luar? Baik?” tanya supir yang sudah dekat dengan August selama dia tinggal di Jakarta itu.

“syukur banget pak min, August baik-baik aja, cepet pak, August udah kangen sama makanan papa” ucap August sambil cekikian, dan tersenyum. Kehormatan yang sudah di camkan keras oleh keluarga Ayahnya yang masih berdarah Indonesia, untuk tidak menggunakan kata Aku dengan orang dewasa. Masih di ucapkan oleh August. August kembali mengecek handphonenya dan sibuk mengetik. Meskipun Niall tidak bisa mengerti apa yang dibicarakan August, August seperti layaknya menutupi kesakitannya di depan semua orang. Meskipun ke bapak-bapak didepan ini, yang membuat August tertawa kecil, merespon jawaban itu.

“if you want to going around Jakarta, sure you can, you can use my driver, anyway, he can speak english” ucap August sambil menengok kebelakang, dan segera menguncir rambut panjangnya. Mengeksposkan kalung perak bertuliskan dance, di atas open top bajunya itu.

“sure, but i guess i need some rest, and i need some... food” ucap Niall polos, August tertawa kecil.

“my dad cooks, and he really good at, it’s delicious” ucap August sambil tersenyum, dan menatap ke arah jalan.

“here you go my house” ucap August, sambil tersenyum setelah sekitar tiga puluh menit melewati jalanan Jakarta.

“come in” ucap August tersenyum, lalu membuka pintu depan dengan lebar, dan membiarkan semua kakak barunya masuki, menatap ruang kosong, yang langsung disuguhkan dua tangga panjang menuju atas.

“where did you want to go first? Room or food?” tanya August tersenyum.

“maybe room, put our things” ucap Louis. August mengangguk, lalu menuntun mereka menuju ke atas, dan mengantarkan mereka ke kamarnya masing masing.

“home theater there, public bathroom there, and if you want to see me, i’m in another coridor, from another stairs, and the library near my room, kitchen is downstair, so living room, and dining room. I have pool, and a small yard to play basketball. the others room is my parents’s room, office room, and yeah a meeting hall, like whatever that freak place it is. Is that clear?” tanya August kembali.

“what is this? Mantion or house?” tanya Harry langsung. August tersenyum.

“this is my house” ucap August. “i’ll be waiting at the kitchen!” ucap August turun dan langsung menuju ke bawah dan mendengar suara teriakan kangen.

“she is true princess” ucap Zayn menggeleng-geleng melihat gadis itu. “yeah he is” ucap Harry dan masuk ke dalam kamar. “i’m alone, i’m naked while sleep” teraik Harry, dan langsung mengunci satu kamar, semua langsung meggeleng, dan masuk ke kamar menaruh barang.

“guys be hurry! My mom is waiting for you!” ucap August di koridor, mereka langsung keluar dan melihat August sudah berganti pakaian dengan rambutnya diikat tinggi. Semua mengangguk dan mulai turun. Saat turun mereka lansung bertemu semua anggota keluarga August.

“this is my parents” ucap August.

“hey, mr, and mrs wibowo” ucap Zayn. Ibunya tersenyum, dan memeluk mereka satu persatu.

“thank you for take care of my little girl boys” ucap ibunya, mereka mengangguk tersenyum.

“come, let’s dinner, it’s delicious, we cooked chicken” ucap ayahnya, mengedipkan matanya ke arah Niall. Mereka semua tertawa renyah. Mengambil meja di luar ruangan, mereka bercanda tawa dengan senyuman yang merekah. August kembali melupakan penyakitnya, dan menikmati hidupnya bahwa dia masih mempunyai keluarga yang mencintai dirinya.

***

“see! I told you!!!” teriak Sasta di kamar August, dan menghempaskan tubuhnya ke atas kasur August.

“ah tau ah, pusing gue” erang August dan kembali sibuk dengan laptopnya tersebut.

“lo sama Cody udah putus?” tanya Sasta lagi, menengok ke arah August.

“belum, tapi bakal” ucap August mendesah.

“Greyson masih gak nelpon lo? Terus yang mutusin lo gimana? Nenek lampir itu gimana?” tanya Sasta berentetan, August mantapnya tidak percaya dan melempar bantal ke arah Sasta.

“kayak nenek nenek lu” ucap August,  dan kembali fokus ke arah laptopnya.

“ya Tuhan, segitunya kak eloh?!?!” tanya Sasta dibuat-buat. August tertawa melihat ocehan-ocehan sahabatnya yang meracau dari tadi pagi jam 8. Yap, pagi-pagi buta, sudah ada yang langsung meransek tanpa dosa ke arah kamarnya, dan mengganggu jam istirahat August.

“tau ah, serah lo, mau ngambil makanan, terus gue minjem laptop lo yak, mau tutor bentar” ucap Sasta, bangkit, dan berjalan ke arah pintu.

“hem, laptop isi pelajaran ada di meja tv, sekalian sas, tolong bawaiin gue chips, sama jus dong, jus sirsak” ucap August, yang masih mengutak-ngatik laptopnya.

“hem” ucap Sasta, langsung turun ke bawah, August mulai mengklik twitcam,  dan twitcam pun mulai. August mulai menyebarkan berita dia on twitcam, disaat seperti itu, ada gerakan jalan rusuh, dari pintunya, dan pintunya dibuka keras.

“ah idiot lu Sas, buka keras-keras amat” ucap August.

“dibawah” ucap Sasta terdiam.

“paan?” tanya August yang masih on twitcamnya itu.

“ada Niall One Direction, shirtless” ucap Sasta, August priceless, mulutnya menganga, dan langsung ngakak besar, sambil memberi tahu kepada penonton twitcam itu.

“niall is shirtlees in my house now, and my friend like HAHA, you should she her face guys” ucap August masih tertawa.

“bacot lu” ucap Sasta sambil melemparkan bantal ke arah August. August masih terbahak sambil mengingat muka Sasta.

“gimana? Kakak gue ganteng gak?” tanya August sambil cekikikan, lalu mulai kembali mengurusi twitcamnya, sekitar 2 jam, twitcam berakhir. August dan Sasta kembali hening sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri. Sasta sibuk dengan tutor home schooling nya, dan  August sedang melihat-lihat majalah Elle, yang meliput New York Fashion Show.

“hey, Augu... oh you had a guest” ucap seseorang masuk langsung, dan melihat sosok Liam, di hadapannya.

“she’s my best friend, Sasta, and Sasta, as you know, this is Liam Payne” ucap August. Liam tersenyum melihat Sasta, dan menjabat tangannya.

“so, what do you want to tell me?” tanya August.

“i’m about to ask you go around Jakarta, go with us, seriously” ucap Liam. August berfikir, dan langsung setuju. Liam menunggu dibawah. Tentu Sasta akan ikut serta dalam wisata kecil ini.

“asalkan gue 18 tahun.... gue nikahin deh Niall, demi apapun” dumel Sasta sedari tadi, menunggu August siap-siap. August hanya tersenyum melihat temen yang, ekhm, agak norak ini.

“bawel lo ah, udah yuk” ucap August, setelah berfikir dia siap dengan bajunya, dan segara menarik Sasta ke bawah. Melihat semua sudah duduk di ruang TV. August langusng ngacir ke dapur, mengambil serauk makanan dan berjalan berdua dengan Sasta, dengan tangan penuh makanan, semua tertawa melihat August dan Sasta, membantu mereka, dan siap untuk berkeliling Jakarta, ya, hingga lusa, dia akan melanjutkan tournya.

          Tujuan pertama, Danau yang ada di Sentul, danau yang penuh dengan rumput oren di sekitarnya, berisi para pemancing menghabiskan waktunya. Ada juga kapal kecil mengitari danau tersebut.

            August, berdiri, termenung, melihat air yang tenang, dihadapannya. Di Edmond, Di Arcadia Lake, August dan Greyson pasti akan bercanda tawa di piggir danau, berlari kesana kemari, tanpa terbeban akan suatu garis benci. August menutup matanya, dan kembali menerawang, menatap air danau lurus, menanyakan, apa gerangan yang terjadi antara mereka berdua, apa salah August? Hingga seketika Greyson, meninggalkan dirinya, dan seakan semuanya baik-baik saja, meskipun mereka tahu tidak ada yang baik baik saja di antara mereka berdua.

“are you tired?” tanya Niall, merangkul August. August menatap Niall, dan menggeleng pelan, mengatakan dia baik-baik saja. Niall mengangguk sambil tersenyum, mengacak rambut adiknya, dan memberikan kecupan semangat ke adik itu. August tertawa, dan merangkul pinggang Niall, sambil menyanyi beberapa lirik Payphone. Ya, mungkin ini bukan waktu yang tepat untuk mengingat hal-hal tersebut. Ini waktu untuk bermain-main, melupakan semua tekanan berat, yang August akan selalu tampung. Only for now, cause this is her home, the place that everything seems right, place that always waiting for you to come back, to keep you safe. There's no place when you're in your home, and there's no beautiful place, if someone who care about you around you.



***