Sunday, September 2, 2012

Remember August ( Part 38 : The Destiny She Had )


***

February 14th, 2013
Mullingar, Ireland

            Valentines Day,the day that SHOULD be the most romantic day ever, for couples. But for August...

“ugh shit” erang August sambil membanting dirinya di sofa rumah salah satu band yang tour bersama dia sekarang.

“watch your mouth little girl” ucap Louis yang sedang memegang minuman squash, dengan hiasan di atasnya, yang entah August tidak tahu dapat dimana.

“shut up lou” ucap August kembali, dan melihat handphonenya kembali-kembali lagi.

“is something wrong with Cody?” tembak langsung lelaki-konsultan-cinta-August-selama-tour- berambut hitam, sambil duduk disampingnya.

“i don’t know, ugh” ucap August, kembali mengulet dirinya ke arah kanan,dan langsung, tenang sambil mengistirahatkan pundaknya ke arah Niall, yah memang wanita beruntung, memiliki seorang kakak-yang-jauh-keturunan-beda-ayah-dan-ibu. Niall hanya tertawa lalu mengusap rambut, ya yang bisa dibilang adik barunya itu.

“seriously, this is valentines day, but you really moaned, and groaned like crazy little girl” ucap Harry sambil melempar bola ke atas dan mengambilnya kembali.

“ugh,whatever” ucap August masih sibuk dengan handphonenya sambil memutarkan mukanya.

“err” ucap Harry, sambil melemparkan bolanya ke arah August.

“i hate you Harry Edward Styles” ucap August, sambil kembali melempar bola itu tepat ke arah Liam, dan suara Liam kesakitan bergema, membuat August tersenyum dikit, lalu kembali fokus dengan handphonenya.

“and i love you” ucap Harry, sambil mengecup ubun-ubun August sambil mengacak rambutnya, August mengerang kembali.

“what?” tanya August galak, langsung ke arah Louis.

“you have Eleanor, but you still jelous with me? ugh, get a life Lou” ucap August, sambil menatap garang kakaknya itu, semuanya tertawa melihat August, well, ya kehadiran August, memberikan suatu responsible lagi bagi mereka bahwa harus menjaga wanita kecil ini, yang emosinya masih labil. Sebulan sudah tour, August merasa memiliki kakak baru–dan-juga-yang-pasti-ganteng- yang mearasa siap membantu August dalam segala hal, sepertinya mereka juga bisa menjadi penghibur August, selagi Greyson, dan Cody kompak lost contact sama August. Semua anggota band tersebut tau, betapa moodynya sifat August sebulan terakhir ini, terlalu mudah bete, dan beberapa diantara mereka ada yang melihat August suka mengeluarkan beberapa tangisan, atau August kepergok sedang menangis di telpon. Hanya Niall satu-satunya saksi, yang pernah melihat kondisi August sangat down, disaat darah itu kembali menjelajahi muka August, disaat Niall untuk pertama kalinya, memberikan suntikan itu terhadap adik barunya. Niall sempat tertegun melihat darah keluar sebagai air  matanya, August meminta untuk menjaga rahasia itu, dan Niall menepati itu, dia terpana dengan gadis berumur 15 tahun itu, menghadapi penyakit yang entah apa itu, dan masih sanggup menutupi itu semua dengan baik. Sangat baik.

“you better go sleep” ucap Niall, sambil mengusap kepalanya. August mengangguk, lalu bersiap berdiri.

“don’t think about it too hard okay? Because you look so red now” pinta Niall, August mengangguk, lalu berdiri.

“maybe i want to do some twitcam tonight” ucap August, Niall menggeleng, lalu kembali mengacak rambutnya, dan menatap iPhonenya itu.

“so, whats exactly happen to her?” tanya Zayn, langsung ke arah Niall.

“i know you keep something” ucap Liam kembali.

“but promise me, you don’t tell her” ucap Niall.

“she  had some freak diseas, that if her face too red, and she really think hard, crying so hard, or get tired, she’ll get like nosebleed, and if you don’t really give her a medicine, she’ll be crying with the tears of blood” ucap Niall, semua terdiam, mendengar adik mereka yang yak, termasuk bahagia di depan mereka tapi ternyata.

“how could you don’t tell me this thing?” protes Harry, menatap tajam ke arah Niall, Niall mentap lurus ke arah Harry.

“she asked me too, and her mom too” ucap Niall. Semua orang masih terdiam dalam hanyutan angin yang mengayun lembut dalam ruangan itu. Semua orang masih tidak percaya dengan fakta ini.

“i hope you don’t tell her” ucap Niall, menatap harapan penuh ke sesama anggota bandnya itu.

“how i couldn’t?” tanya Louis, langsung berdiri, dan menuju kamar August. Louis mengetuk pintu pelan. Hening, Louis kembali mengetuk pintunya, kembali hening. Louis berfikir mungkin dia sedang tidur, tetapi tidak, dia mendengarkan suara tangisan dalam kamarnya.

“August?” tanya Louis, memastikan.

“August, open the door. Please?” ucap Louis agak kencang, ketukan pintu pun semakin keras, derapan kaki, menuju ke arah kamar, melihat teman-temannya menyusul mereka.

"what happened?” tanya Liam, dengan nada pelan.

“i don’t know she’s she’s crying inside” ucap Louis pelan. Semua terdiam, Liam kembali mencoba mengetuk pintunya.

“August, what happened?” ketuk kembali, tangisan August kembali terdengar. Niall mengencangkan rahangnya, lalu mulai mencoba untuk mendobrak pintu nya, satu tendangan dua tendang, tendangan ke tiga, pintu pun berhasil rusak. Mereka merangsek masuk dan terdiam, terdiam dalam bekuan es yang melihat sosok August. 



Dia melipat tubuhnya, membuat dirinya kecil, dengan punggungnya yang terguncang dalam tangisan, Liam melihat iPhone August tepat terkapar dilantai dengan retakan yang cukup parah. Liam mengambil iPhone itu, dan terlihat sebuah foto yang seharusnya itu manis, dengan seorang laki laki dengan lembut mencium bibir wanita itu, tetapi tidak untuk August, karena foto itu adalah Cody, pacarnya sendiri, Liam terdiam.

            Semua orang menatap handphone August, sambil membaca satu artikel. Hingga suara teriakan tedengar dari mulut August, dan suara benturan keras terdengar dari arah dirinya, semua mata tertuju ke August. Darah. Bukan, bukan hanya mata lagi yang keluar dari mata itu, tetapi hapir dari semua pori-pori kepalanya, darah mulai bersimbah di muka August. Niall mendatangi August, dan melihat ada gunting yang ia genggam, Niall mengecek tangan august, dan benar dugaannya, beberapa sayatan yang mengukir kata-kata useless, tertempel dengan simbahan darah August. Niall menatap mata August perlahan.

“why you do this” ucap Niall, menrangkul August, dalam pelukan yang kencag, August masih menagis dalam isakannya, suara ambulans meraung dari luar. August keluar dengan balutan jaket tebal, dengan digendong oleh Liam. Yang lain terdiam menatap Liam membopong tubuh August yang tidak berdaya.

“he really doesn’t have any heart for doing this to that poor girl” ucap Zayn menatap adik kecilnya itu dibawa dengan ambulans. Niall hanya terdiam mendengar itu, dia tidak menyadari ada tangisan yang keluar dalan kediaman itu.

“we really need to going to Indonesia now, she need to be in her family side” ucap Niall, terdiam. Semuanya menatap Niall lurus, dang mengangguk, liburan mereka yang direncanakan di eropa, diubah jadwal menjadi di Indonesia, tempat dimana August akan melaksanakan langsung 3 konser di berbeda kota.

***