***
Semenjak itu, August dan Cody
benar-benar lost contact, Greyson sempat bertanya apa yang terjadi di Atlanta, August
bercerita semuanya. Greyson menutup matanya. Sungguh, kalau Greyson tidak
mengingat Cody adalah temannya, mungkin saja dia bisa menonjok Cody dengan
kencang. Greyson hanya bisa menyeret August ke pelukannya dengan hangat.
Setelah konser malam itu, pasti
seluruh orang berbicara dengan cerita masalah Cody-August-Greyson. Termasuk
Olivia segala ikut. Greyson dan August pun benar-benar menjadi incaran. Wartawan
sudah gatal melihat Greyson dan August tidak mendeklarasikan ada apa
sebenarnya, tapi toh apa yang mau diucapkan? Greyson bukanlah pacar August, dan
hal ini yang mengusik August. August tidak tahu, apa hubungannya dengan Greyson?
mereka pasti lebih dari teman, tapi mereka yang pasti bukan pacaran. August
saat ditanya hanya tersenyum dan berlalu. Sama seperti Greyson. August resah
akan hal ini.
***
August, dengan santai duduk di sofa Greyson,
dan menonton Paranomal Activity, Greyson dan August lagi duduk dan dengan tekun
melihat film dokumenter itu. August bersender ke arah Greyson, dan dengan
nyaman Greyson merengkuh gadis itu dalam pelukannya. Sama, masih sama perasaan
ngilu dari tubuh August. Masih ada sensasi itu. August menatap ke arah tv yang
sebenarnya tidak begitu dia hiraukan. Kalau seperti ini, kata-kata Sasta
semalam terngiang.
“buat
apa lo sama Greyson udah sedeket ini, tapi lo nya aja berdua belum pacaran,
kuat digantungin?”
August masih terdiam, August kembali
melihat ke sampingnya, dan terlihat muka serius Greyson yang menatap ke arah
televisi, dibiarkan oleh August menatap muka itu. Hingga, lelaki itu pun
menoleh ke arah August, dan tersenyum.
“what
happen?” tanya Greyson. August menggigit bibir bawahnya, dan menggeleng.
“no,
nothing happens” ucap August untuk memastikan. Greyson berkerut heran melihat
gadis disampingnya itu. August hanya tersenyum dan kembali melihat ke arah
televisi. Disaat dirinya memutuskan untuk mengambil minuman di dapur, ada dua
tangan yang melingkar ditubuhnya. Tubuh August seketika menegang, karena dia
tau siapa itu di belakangnya, seakan ujung saraf nya mati disentrum oleh kedua
tangan itu. Tuhan...
“Greyson,
what are you doing?” tanya August pelan. Greyson menggeleng.
“sshh,
i just want to hug you” ucap Greyson. August memutarkan badannya. August
melihat langsung ke dalam mata Greyson.
“what
are we Greyson?” tanya August pelan, tapi cukup jelas didengar Greyson sambi
menatap langsung, membutuhkan kepastian. Greyson hanya terdiam, dan membuang
pandagannya.
“what
are you doing here, August?” tanya Greyson, melepas pelukannya. August
menunduk, dan menghela nafasnya. Pembicaraan yang tertunda, untuk kesian
kalinya. August menaikkan kepalanya, dan mencoba untuk tersenyum.
“i’m
grabbing some drink” ucap August. Greyson tersenyum, dan kembali ke sofanya.
Rambutnya kembali diacak mendengar semua itu, apa sebenarnya yang terjadi
diantara Greyson dan August? Pacaran kah? Atau apa? Yang jelas Greyson belum
menayai apa-apa ke August. Tapi kenapa August tiba-tiba menanyai seperti itu?
Jujur, memang Greyson, sangat ingin
menjadikan gadis yang ada di dapurnya sekarang itu pacarnya, tapi ada satu hal,
dia takut, takut akan kehilangan gadis itu, untuk kesekian kalinya. Ada seduatu
yang buruk akan terjadi, yakin dirinya. Tapi dirinya tidak tahu entah itu apa.
Ada apa dengan dirinya?!
***
New
York, America
December
18nd 2013
Teriakan, bergemuruh,
panggilan-panggilan melengking terdengar. American Music Award tergelar, dan August
diberikan kehormatan untuk menjadi closing Artis. August sudah menarik nafas,
menghembuskan nafas, dan masih merasakan semua kegugupannya. Greyson masih ada
disampingnya untuk memberikan dirinya support.
“you
can make it, believe me” ucap Greyson sekali lagi, August tersenyum lemah,
langsung memeluk Greyson. Greyson memeluknya dengan erat.
“thanks”
ucap August, dan panggung hidrolik mengangkatnya. Greyson berteriak
keberuntungan padanya, dan langsung tersenyum, Greyson tersenyum melihat August
dengan semangat menyanyikan lagunya. Greyson dengan senyuman nya yang puas
melihat gadis itu bernyanyi dan menari dengan enerjik mengikuti getaran-getaran
drum dengan kuat.
“what
are we?” kata itu kembali terngiang di dalam telinga Greyson. greyson mendecak,
mengingat itu lagi. Sungguh demi Tuhan, sudah berapa kali hatinya yakin, dia
memang ingin menjadikan August pacarnya. Tapi, terlalu sulit, entah bagaimana,
sekarang menggapai August terlalu sulit, meskipun berkali-kali August ada di
pelukannya, ada di pangkuannya, ada di rengkuhannya. Ada untuk dirinya.
Semakin lama menunda, semakin banyak
pertanyaan berkelabat, semakin banyak wartawan mengusik diri mereka. Sungguh,
dirinya bagaikan terlalu sulit untuk keluar berdua dengan tenang, ada selalu
yang membuntutinya. Terlalu banyak pertimbangan. Greyson mengingat bagaimana
reaksi fansnya terhadapa Olivia, dia belum kuat, dan tidak akan pernah kuat,
melihat August menangis, karena ada nada pembicaraan yang tidak enak. Belum
cukup itu, Greyson masih takut, dengan bayangan Cody dalam benak August, tidak
sekali dua kali Greyson memergoki August, melihat foto Cody-August, berdua
sambil melamun, lalu kembali menyimpannya di dalam album. Iya, Greyson tau,
Cody sudah tidak memiliki tempat di hati August. Tapi masih ada ketakutan,
masih ada keraguan dalam hati Greyson. bukan-bukan karena dia tidak percaya
dengan August,tetapi dia merasa akan ada hal buruk yang akan terjadi.
“shit”
erang Greyson didalam ruangan August, dan bersender. Greyson menatap lurus ke
arah televisi melihat August sedang berlompat dengan histeria yang tinggi.
Greyson menutup mata, dan menghembuskan nafasnya dengan pelan. Membiarkan semua
akal rasional, dan irasional dirinya berkecamuk perang dalam dirinya. Tinggal
memilih, siapa yang akan menang, dan apa yang akan terrjadi.
***
“hey baby let gets down, drop your
body in the town, let’s move this body, like booom booom booom.” Tutup
August dalam nyanyiannya serentak dengan semua lightning yang ada di panggung,
semua orang memberikan standing ovation kepada August, August menarik nafasnya
kembali, menghirup semua udara segar yang terkuras habis di dalam paru-parunya.
Saat August ingin kembali ke backstage. Seorang crew memberhentikannya, dan
menyuruh August kembali ke panggung, August mengerinyit, saat kembali. August
mendengar suara dentingan piano. August melihat ke belakang, dan melihat
Greyson Michael Chance, menyanyikan satu lagu lama. Fall For You!
“The best thing bout tonight that
we’re not fighting, could it be that we have been this way before?and now you
don’t think that i am trying, i know yo9u’re wearing thin down to the core”
nyanyi Greyson di atas piano putih. August mengerinyit, semua penonton
berteriak histeris melihat Greyson. Semua orang terheran, hey bukan kah acara
ini sudah selesai?
“but hold your breath, because
tonight, will be the night, that i’ll fall for you, over again, don’t make me
change my mind, or i won’t live to see another day, i swear it’s true, because
the girl i choose imposible to find, imposible to find.” Nyanyi
Greyson kembali, sambil meninggalkan piano. August terdiam melihat Greyson
mendekat ke arahnya, tubuhnya sudah gemetaran, dengan keringat dingin di
sekujur tubuhnya. Hey, ini sedang apa?! Teriak batin August. Greyson masih
dalam menyanyi, Greyson dengan lembut menggenggam tangan August, Greyson menatap
August langsung, sambil menyanyi, semua orang tersentuh melihat Greyson
meyikapi August. Greyson masih menyanyi, hinggan lagu pun selesai. Baru ingat,
August melepaskan nafasnya, selama ini dia mencekat nafasnnya sendiri.
“tonight,
will be the night, that i will fall for you, love for you, over again, and....
i don’t ask you to be my girlfriend, but i give you my body and soul to be your
boyfriend” ucap Greyson, August
menganga, dengan tangan ditutup, dan langsung salting di panggung. Semua orang
berteriak, dan mengucapkan kata “aaawwww” . August memalingkan mukanya, dengan
malu. Greyson menarik mukanya, dan memaksa August menatap matanya.
“do
you want me to be your boyfriend?” tanya Greyson lagi. August menunduk, dan
tersenyum, sambil mengangguk malu. Greyson tersenyum, dan memeluuk August
dengan erat.
“aku
cinta kamu” ucap Greyson dengan Bahasa Indonesia. August mengeratkan pelukannya
lagi. Akhirnya. Akhirnya. Akhirnya.
***
“aku
cinta kamu” tiga kata yang membuat detakan jantung August tidak ketolongan
berburu, seakan semua nadi berlomba untuk memompa lebih lebih dan lebih untuk
mengedarkan darah dalam tubuhnya. Sungguh, jika August tidak dituntun oleh
Greyson ke backstage, August bisa terjatuh, lututnya lemas seketika. August
hanya bisa tersenyum, ear-to-ear, disaat sampai di ruangan. Tepat, saat August
menutup pintu ruangan mereka, ada yang menahan gerak langkah August di depan
pintu, tangan itu menghadang August. August menghadap ke depan, dan degupan
jantung itu mulai menggila. Bayangan didepannya tersenyum nakal, dan langsung
melumat bibir August. August sedikit tersentak, dan akhirnya membalas ciuman
itu. Dengan ringan tangan itu terangkat melingkari leher di depannya, dengan spontan juga tangan itu mengangakat
kakinya. August sempat tersentak, merasakan tangan Greyson ada di pahanya, dan
mengangkat kakinya untuk mengaitkan di tubuh Greyson. August tersenyum, kecupan
itu masih berlangsung, melupakan hukum alam untuk bernafas. Semua ini terlalu
banyak, merasakan seluruh tubuh Greyson di atas tubuh August dengan kecupan
liar yang dialami, ada senyuman di sela kecupan itu. Disaat paru-paru harus
meneriaki kebutuhannya, Greyson dengan gesit menyapu leher August, August
tersontak, seluruh tubuhnya tersentrum dengan semua ini. Tolong ini terlalu
banyak, erang August. August dengan genggaman kencang di leher greyson, karena
hanya itu yang bisa ditumpukan. Hingga bibir itu bergerak mengambil alih bibir
August kembali. August merasakan semua ini terlalu banyak, terlalu intim,
terlalu... liar. Hingga hukum alam untuk bernafas pun memutuskan sentuhan ini.
Greyson menurunkan August dari gendongannya, dan benar saja, seketika kakinya
tidak bisa berpijak, lemas tanpa tenaga. Yang bisa August lakukan menyenderkan
tubuhnya, dan menatap Greyson.
“this
what i’ve been waiting for too long” bisik Greyson, lalu mundur dengan
senyuman.
August hanya bisa terdiam dan pergi ke kamar mandi, setelah
menutupnya dengan pelan, dirinya merosot ke lantai dengan lemas. Dia bayangkan
kembali kejadian itu, dan sukses membuatnya lemas kembali, lilitan geli perut
itu kembali terasa. Saat dia bisa mengontrolkan tubuhnya. August berdiri dan
langsung membuka pintu kamar mandinya, August menatap Greyson masih melihat
handphonenya dengan senyuman yang lebar. Suara detakan jantung August kembali
bermain, Tuhan, ini kenapa seperti ini? August berdiri, dan duduk di samping
Greyson sambil menunduk.
Hening, tidak ada suara sama sekali
di antara ruangan itu. August menunduk dalam diam, hingga gelak tawa keluar
dari mulut Greyson. August mengangkat kepalanya dan menatap Greyson dengan
heran. Apa yang dia tertawakan.
“what
are you laughing at?” tanya August heran. Greyson hanya terkekeh dan menunduk,
sambil tersenyum. August terkesima dengan pandangan itu, senyuman manis
Greyson.
“isn’t
that funny? We are like couple, but we keep in quiet after that... kiss?” tanya
Greyson menatap August dengan menaikkan satu alisnya. August tersenyum, lalu
terkekeh dan senyum dengan malu.
“that
was awesome” ucap August, menggamit tangan Greyson dengan senyumannya yang
manis. Greyson tersenyum, dan membelay deengan lembut tangan itu.
“yeah,
that was awesome, and i’m waiting for the next kisses, from my girlfriend,
right?” tanya Greyson dengan senyumannya. August terperanjat. Semuanya terasa
benar, di saat Greyson memanggil dirinya sebagai pacarnya. August mengangguk,
mengangkat tangannya, dan menarik Greyson, untuk mendekatkan mukanya. August
tersenyum.
“we
have a lot of time to do another one” ucap August, yakin, dan memejamkan
matanya, merasakan hembusan nafas Greyson yang hangat. Greyson menyentuh pipi
itu.
“we
have, we have a lot of time” ucap Greyson dengan senyuman yang lebar, dengan
mata terpejam, dia bisa merasakan semua hal yang beraktifitas di sekelilingnya.
Seaakan dunia ini milik mereka berdua, layaknya mereka terperangkat dalam
iringan permadani laut, hening, hingga Greyson bisa mendengarkan itu. Tabuhan
gendang dari jantung August, denyutan tari urat nadinya. Irama nafas yang di
lepaskan, semuanya seakan menjadi suatu melodi indah di dalam kesunyian. Greyson
menikmati itu, menikmati kenyataan August adalah miliknya.
***
“are
you done? Babe? Come one!” teriak Greyson dari luar, August memasang ankle
bootsnya dengan cepat.
“wait
up!” ucap August, lalu berlari menghampiri pintu depan, dan kembali berjalan
mengiringi Greyson, dengan mantap Greyson merangkul August dari belakang.
August tersenyum, dan berjalan melewati lorong apartemennya, dan masuk ke lift.
“are
you exited? For this date?” tanya Greyson penuh dengan senyuman, August
mengangguk dengan semangat.
“i’m
too way exited” ucap August, dentingan lift terdengar, Augustdan Greyson
berjalan menuju mobil yang sudah menunggu. Greyson mempersilahkan August masuk,
august terkekh, dan memasuki mobil diikuti oleh Greyson. August menghembuskan
nafasnya, dan dirinya siap akan semua gejolak yang akan dia terima. Tidak naif,
tapi dia menunggu momen backstage di New York 1 minggu lalu. August terkekeh,
dan disambut aneh dengan Greyson.
“what
are you laughing at?” tanya Greyson, August menggeleng, dan membiarkan August
bermain di fantasinya sendiri.
***
“nah,
we’re here” ucap Greyson, di deapan Mall, August tersenyum dan turun pertama.
Disaat Greyson keluar, seseorang menyapa Greyson, greyson menoleh dan tersenyum
lebar.
“John,
man, hows your doin?” sapa Greyson dengan hangat. August mengerinyit. Greyson
menoleh ke arah August, dan mengenalkan John, lelaki yang selalu ada di balik
layar tour Greyson. August mengangguk. Greyson menyruh August untuk duluan ke
dalam. August menurut, dan meninggalkan mereka berdua.
“she’s
hot” ucap John. Greyson terkekeh malu.
“she
is” ucap Greyson. john menaikkan alisnya, dan tersenyum lebar.
“you’re
totally crazy about her dude” ucap John, dengan tinju canda. Greyson menaikkan
pundaknya.
“she
is my world, i’m always thingking about her, she is my heartbeat, my breath,
and my soul. I’m crazy about her” ucap Greyson, sambil menengok ke arah August
yang sedang memainkan handphonenya. Greyson menatap august dengan memuja,
hingga...
“August,
watch out!” teriak Greyson. Nafas Greyson terkecat, August, August, August,
fikirnya dengan kencang. Greyson menahan nafas,
hingga mendengar suara teriakan. Lalu dia tidak bisa mendengarkan apa
pun.
***
August, berjalan sambil melihat
handphone nya. Diri august terlihat asyik sambil mengutak ngatik iPhonenya itu,
hingga, terdegnar teriakan Greyson. August menoleh, dan melihat ada sebuh mobil
dengan kecepatan tinggi melaju. Nafas August tercekat. August mengerjapkan
matanya. Tidak sempat berteriak, hingga dia tidak bisa merasakan apa-apa setelah
mendengar teriakan yang cukup keras.
***
No comments:
Post a Comment