Saturday, November 24, 2012

Remember August ( Part 44 : The Kiss )


***

            Semenjak itu, August dan Cody benar-benar lost contact, Greyson sempat bertanya apa yang terjadi di Atlanta, August bercerita semuanya. Greyson menutup matanya. Sungguh, kalau Greyson tidak mengingat Cody adalah temannya, mungkin saja dia bisa menonjok Cody dengan kencang. Greyson hanya bisa menyeret August ke pelukannya dengan hangat.
           
            Setelah konser malam itu, pasti seluruh orang berbicara dengan cerita masalah Cody-August-Greyson. Termasuk Olivia segala ikut. Greyson dan August pun benar-benar menjadi incaran. Wartawan sudah gatal melihat Greyson dan August tidak mendeklarasikan ada apa sebenarnya, tapi toh apa yang mau diucapkan? Greyson bukanlah pacar August, dan hal ini yang mengusik August. August tidak tahu, apa hubungannya dengan Greyson? mereka pasti lebih dari teman, tapi mereka yang pasti bukan pacaran. August saat ditanya hanya tersenyum dan berlalu. Sama seperti Greyson. August resah akan hal ini.

***

            August, dengan santai duduk di sofa Greyson, dan menonton Paranomal Activity, Greyson dan August lagi duduk dan dengan tekun melihat film dokumenter itu. August bersender ke arah Greyson, dan dengan nyaman Greyson merengkuh gadis itu dalam pelukannya. Sama, masih sama perasaan ngilu dari tubuh August. Masih ada sensasi itu. August menatap ke arah tv yang sebenarnya tidak begitu dia hiraukan. Kalau seperti ini, kata-kata Sasta semalam terngiang. 

“buat apa lo sama Greyson udah sedeket ini, tapi lo nya aja berdua belum pacaran, kuat digantungin?”

            August masih terdiam, August kembali melihat ke sampingnya, dan terlihat muka serius Greyson yang menatap ke arah televisi, dibiarkan oleh August menatap muka itu. Hingga, lelaki itu pun menoleh ke arah August, dan tersenyum.

“what happen?” tanya Greyson. August menggigit bibir bawahnya, dan menggeleng.

“no, nothing happens” ucap August untuk memastikan. Greyson berkerut heran melihat gadis disampingnya itu. August hanya tersenyum dan kembali melihat ke arah televisi. Disaat dirinya memutuskan untuk mengambil minuman di dapur, ada dua tangan yang melingkar ditubuhnya. Tubuh August seketika menegang, karena dia tau siapa itu di belakangnya, seakan ujung saraf nya mati disentrum oleh kedua tangan itu. Tuhan...

“Greyson, what are you doing?” tanya August pelan. Greyson menggeleng.

“sshh, i just want to hug you” ucap Greyson. August memutarkan badannya. August melihat langsung ke dalam mata Greyson.

“what are we Greyson?” tanya August pelan, tapi cukup jelas didengar Greyson sambi menatap langsung, membutuhkan kepastian. Greyson hanya terdiam, dan membuang pandagannya.

“what are you doing here, August?” tanya Greyson, melepas pelukannya. August menunduk, dan menghela nafasnya. Pembicaraan yang tertunda, untuk kesian kalinya. August menaikkan kepalanya, dan mencoba untuk tersenyum.

“i’m grabbing some drink” ucap August. Greyson tersenyum, dan kembali ke sofanya. Rambutnya kembali diacak mendengar semua itu, apa sebenarnya yang terjadi diantara Greyson dan August? Pacaran kah? Atau apa? Yang jelas Greyson belum menayai apa-apa ke August. Tapi kenapa August tiba-tiba menanyai seperti itu?

            Jujur, memang Greyson, sangat ingin menjadikan gadis yang ada di dapurnya sekarang itu pacarnya, tapi ada satu hal, dia takut, takut akan kehilangan gadis itu, untuk kesekian kalinya. Ada seduatu yang buruk akan terjadi, yakin dirinya. Tapi dirinya tidak tahu entah itu apa. Ada apa dengan dirinya?!

***

New York, America
December 18nd 2013

            Teriakan, bergemuruh, panggilan-panggilan melengking terdengar. American Music Award tergelar, dan August diberikan kehormatan untuk menjadi closing Artis. August sudah menarik nafas, menghembuskan nafas, dan masih merasakan semua kegugupannya. Greyson masih ada disampingnya untuk memberikan dirinya support.

“you can make it, believe me” ucap Greyson sekali lagi, August tersenyum lemah, langsung memeluk Greyson. Greyson memeluknya dengan erat.

“thanks” ucap August, dan panggung hidrolik mengangkatnya. Greyson berteriak keberuntungan padanya, dan langsung tersenyum, Greyson tersenyum melihat August dengan semangat menyanyikan lagunya. Greyson dengan senyuman nya yang puas melihat gadis itu bernyanyi dan menari dengan enerjik mengikuti getaran-getaran drum dengan kuat.

“what are we?” kata itu kembali terngiang di dalam telinga Greyson. greyson mendecak, mengingat itu lagi. Sungguh demi Tuhan, sudah berapa kali hatinya yakin, dia memang ingin menjadikan August pacarnya. Tapi, terlalu sulit, entah bagaimana, sekarang menggapai August terlalu sulit, meskipun berkali-kali August ada di pelukannya, ada di pangkuannya, ada di rengkuhannya. Ada untuk dirinya.

            Semakin lama menunda, semakin banyak pertanyaan berkelabat, semakin banyak wartawan mengusik diri mereka. Sungguh, dirinya bagaikan terlalu sulit untuk keluar berdua dengan tenang, ada selalu yang membuntutinya. Terlalu banyak pertimbangan. Greyson mengingat bagaimana reaksi fansnya terhadapa Olivia, dia belum kuat, dan tidak akan pernah kuat, melihat August menangis, karena ada nada pembicaraan yang tidak enak. Belum cukup itu, Greyson masih takut, dengan bayangan Cody dalam benak August, tidak sekali dua kali Greyson memergoki August, melihat foto Cody-August, berdua sambil melamun, lalu kembali menyimpannya di dalam album. Iya, Greyson tau, Cody sudah tidak memiliki tempat di hati August. Tapi masih ada ketakutan, masih ada keraguan dalam hati Greyson. bukan-bukan karena dia tidak percaya dengan August,tetapi dia merasa akan ada hal buruk yang akan terjadi.

“shit” erang Greyson didalam ruangan August, dan bersender. Greyson menatap lurus ke arah televisi melihat August sedang berlompat dengan histeria yang tinggi. Greyson menutup mata, dan menghembuskan nafasnya dengan pelan. Membiarkan semua akal rasional, dan irasional dirinya berkecamuk perang dalam dirinya. Tinggal memilih, siapa yang akan menang, dan apa yang akan terrjadi.

***

“hey baby let gets down, drop your body in the town, let’s move this body, like booom booom booom.” Tutup August dalam nyanyiannya serentak dengan semua lightning yang ada di panggung, semua orang memberikan standing ovation kepada August, August menarik nafasnya kembali, menghirup semua udara segar yang terkuras habis di dalam paru-parunya. Saat August ingin kembali ke backstage. Seorang crew memberhentikannya, dan menyuruh August kembali ke panggung, August mengerinyit, saat kembali. August mendengar suara dentingan piano. August melihat ke belakang, dan melihat Greyson Michael Chance, menyanyikan satu lagu lama. Fall For You!

“The best thing bout tonight that we’re not fighting, could it be that we have been this way before?and now you don’t think that i am trying, i know yo9u’re wearing thin down to the core” nyanyi Greyson di atas piano putih. August mengerinyit, semua penonton berteriak histeris melihat Greyson. Semua orang terheran, hey bukan kah acara ini sudah selesai?

“but hold your breath, because tonight, will be the night, that i’ll fall for you, over again, don’t make me change my mind, or i won’t live to see another day, i swear it’s true, because the girl i choose imposible to find, imposible to find.” Nyanyi Greyson kembali, sambil meninggalkan piano. August terdiam melihat Greyson mendekat ke arahnya, tubuhnya sudah gemetaran, dengan keringat dingin di sekujur tubuhnya. Hey, ini sedang apa?! Teriak batin August. Greyson masih dalam menyanyi, Greyson dengan lembut menggenggam tangan August, Greyson menatap August langsung, sambil menyanyi, semua orang tersentuh melihat Greyson meyikapi August. Greyson masih menyanyi, hinggan lagu pun selesai. Baru ingat, August melepaskan nafasnya, selama ini dia mencekat nafasnnya sendiri.

“tonight, will be the night, that i will fall for you, love for you, over again, and.... i don’t ask you to be my girlfriend, but i give you my body and soul to be your boyfriend” ucap  Greyson, August menganga, dengan tangan ditutup, dan langsung salting di panggung. Semua orang berteriak, dan mengucapkan kata “aaawwww” . August memalingkan mukanya, dengan malu. Greyson menarik mukanya, dan memaksa August menatap matanya.

“do you want me to be your boyfriend?” tanya Greyson lagi. August menunduk, dan tersenyum, sambil mengangguk malu. Greyson tersenyum, dan memeluuk August dengan erat.

“aku cinta kamu” ucap Greyson dengan Bahasa Indonesia. August mengeratkan pelukannya lagi. Akhirnya. Akhirnya. Akhirnya.

***

“aku cinta kamu” tiga kata yang membuat detakan jantung August tidak ketolongan berburu, seakan semua nadi berlomba untuk memompa lebih lebih dan lebih untuk mengedarkan darah dalam tubuhnya. Sungguh, jika August tidak dituntun oleh Greyson ke backstage, August bisa terjatuh, lututnya lemas seketika. August hanya bisa tersenyum, ear-to-ear, disaat sampai di ruangan. Tepat, saat August menutup pintu ruangan mereka, ada yang menahan gerak langkah August di depan pintu, tangan itu menghadang August. August menghadap ke depan, dan degupan jantung itu mulai menggila. Bayangan didepannya tersenyum nakal, dan langsung melumat bibir August. August sedikit tersentak, dan akhirnya membalas ciuman itu. Dengan ringan tangan itu terangkat melingkari leher di depannya,  dengan spontan juga tangan itu mengangakat kakinya. August sempat tersentak, merasakan tangan Greyson ada di pahanya, dan mengangkat kakinya untuk mengaitkan di tubuh Greyson. August tersenyum, kecupan itu masih berlangsung, melupakan hukum alam untuk bernafas. Semua ini terlalu banyak, merasakan seluruh tubuh Greyson di atas tubuh August dengan kecupan liar yang dialami, ada senyuman di sela kecupan itu. Disaat paru-paru harus meneriaki kebutuhannya, Greyson dengan gesit menyapu leher August, August tersontak, seluruh tubuhnya tersentrum dengan semua ini. Tolong ini terlalu banyak, erang August. August dengan genggaman kencang di leher greyson, karena hanya itu yang bisa ditumpukan. Hingga bibir itu bergerak mengambil alih bibir August kembali. August merasakan semua ini terlalu banyak, terlalu intim, terlalu... liar. Hingga hukum alam untuk bernafas pun memutuskan sentuhan ini. Greyson menurunkan August dari gendongannya, dan benar saja, seketika kakinya tidak bisa berpijak, lemas tanpa tenaga. Yang bisa August lakukan menyenderkan tubuhnya, dan menatap Greyson.

“this what i’ve been waiting for too long” bisik Greyson, lalu mundur dengan senyuman.




August hanya bisa terdiam dan pergi ke kamar mandi, setelah menutupnya dengan pelan, dirinya merosot ke lantai dengan lemas. Dia bayangkan kembali kejadian itu, dan sukses membuatnya lemas kembali, lilitan geli perut itu kembali terasa. Saat dia bisa mengontrolkan tubuhnya. August berdiri dan langsung membuka pintu kamar mandinya, August menatap Greyson masih melihat handphonenya dengan senyuman yang lebar. Suara detakan jantung August kembali bermain, Tuhan, ini kenapa seperti ini? August berdiri, dan duduk di samping Greyson sambil menunduk.

            Hening, tidak ada suara sama sekali di antara ruangan itu. August menunduk dalam diam, hingga gelak tawa keluar dari mulut Greyson. August mengangkat kepalanya dan menatap Greyson dengan heran. Apa yang dia tertawakan.

“what are you laughing at?” tanya August heran. Greyson hanya terkekeh dan menunduk, sambil tersenyum. August terkesima dengan pandangan itu, senyuman manis Greyson.

“isn’t that funny? We are like couple, but we keep in quiet after that... kiss?” tanya Greyson menatap August dengan menaikkan satu alisnya. August tersenyum, lalu terkekeh dan senyum dengan malu.

“that was awesome” ucap August, menggamit tangan Greyson dengan senyumannya yang manis. Greyson tersenyum, dan membelay deengan lembut tangan itu.

“yeah, that was awesome, and i’m waiting for the next kisses, from my girlfriend, right?” tanya Greyson dengan senyumannya. August terperanjat. Semuanya terasa benar, di saat Greyson memanggil dirinya sebagai pacarnya. August mengangguk, mengangkat tangannya, dan menarik Greyson, untuk mendekatkan mukanya. August tersenyum.

“we have a lot of time to do another one” ucap August, yakin, dan memejamkan matanya, merasakan hembusan nafas Greyson yang hangat. Greyson menyentuh pipi itu.

“we have, we have a lot of time” ucap Greyson dengan senyuman yang lebar, dengan mata terpejam, dia bisa merasakan semua hal yang beraktifitas di sekelilingnya. Seaakan dunia ini milik mereka berdua, layaknya mereka terperangkat dalam iringan permadani laut, hening, hingga Greyson bisa mendengarkan itu. Tabuhan gendang dari jantung August, denyutan tari urat nadinya. Irama nafas yang di lepaskan, semuanya seakan menjadi suatu melodi indah di dalam kesunyian. Greyson menikmati itu, menikmati kenyataan August adalah miliknya.

***

“are you done? Babe? Come one!” teriak Greyson dari luar, August memasang ankle bootsnya dengan cepat.

“wait up!” ucap August, lalu berlari menghampiri pintu depan, dan kembali berjalan mengiringi Greyson, dengan mantap Greyson merangkul August dari belakang. August tersenyum, dan berjalan melewati lorong apartemennya, dan masuk ke lift.

“are you exited? For this date?” tanya Greyson penuh dengan senyuman, August mengangguk dengan semangat.

“i’m too way exited” ucap August, dentingan lift terdengar, Augustdan Greyson berjalan menuju mobil yang sudah menunggu. Greyson mempersilahkan August masuk, august terkekh, dan memasuki mobil diikuti oleh Greyson. August menghembuskan nafasnya, dan dirinya siap akan semua gejolak yang akan dia terima. Tidak naif, tapi dia menunggu momen backstage di New York 1 minggu lalu. August terkekeh, dan disambut aneh dengan Greyson.

“what are you laughing at?” tanya Greyson, August menggeleng, dan membiarkan August bermain di fantasinya sendiri.

***

“nah, we’re here” ucap Greyson, di deapan Mall, August tersenyum dan turun pertama. Disaat Greyson keluar, seseorang menyapa Greyson, greyson menoleh dan tersenyum lebar.

“John, man, hows your doin?” sapa Greyson dengan hangat. August mengerinyit. Greyson menoleh ke arah August, dan mengenalkan John, lelaki yang selalu ada di balik layar tour Greyson. August mengangguk. Greyson menyruh August untuk duluan ke dalam. August menurut, dan meninggalkan mereka berdua.

“she’s hot” ucap John. Greyson terkekeh malu.

“she is” ucap Greyson. john menaikkan alisnya, dan tersenyum lebar.

“you’re totally crazy about her dude” ucap John, dengan tinju canda. Greyson menaikkan pundaknya.

“she is my world, i’m always thingking about her, she is my heartbeat, my breath, and my soul. I’m crazy about her” ucap Greyson, sambil menengok ke arah August yang sedang memainkan handphonenya. Greyson menatap august dengan memuja, hingga...

“August, watch out!” teriak Greyson. Nafas Greyson terkecat, August, August, August, fikirnya dengan kencang. Greyson menahan nafas,  hingga mendengar suara teriakan. Lalu dia tidak bisa mendengarkan apa pun.

***

            August, berjalan sambil melihat handphone nya. Diri august terlihat asyik sambil mengutak ngatik iPhonenya itu, hingga, terdegnar teriakan Greyson. August menoleh, dan melihat ada sebuh mobil dengan kecepatan tinggi melaju. Nafas August tercekat. August mengerjapkan matanya. Tidak sempat berteriak, hingga dia tidak bisa merasakan apa-apa setelah mendengar teriakan yang cukup keras.

***

No comments:

Post a Comment