Sunday, May 6, 2012

Remember August ( Part 11 : The Date, and The Rain )

***

April, 19th ‘12
Los Angeles

“are you ready, princess?” tanya lelaki itu, dengan senyum lebarnya, August melihat lelaki blonde itu, dengan senyum lebar, dengan malu, August mengangguk. lalu melihat sekejap ke arah kacanya, dia terenyum manis melihat satu set pakaiannya itu.



“i’m ready” ucap August, lelaki didepannya, tersenyum, dan menarik August, menuju rangkulannya. August masuk kedalam mobil sedan hitam.itu, sambil tersenyum ke arah lelaki yang membukakan pintunya itu.

“anyway, you look so beautiful today” ucap Lelaki itu, August bersemu merah.

“thanks Cody” ucap August, lelaki yang dipanggil itu, langsung tersenyum dan berlari kecil untuk memasuki mobil dalam sisi lain. Greyson melihat kejadian, pagi romantis itu, agak gak ikhlas melihat wanita itu, tersenyum, tertawa, dan bergandeng tangan bukan dengan lelaki lain. Yang Greyson ingin hanya ketika saat August menjadi dirinya sendiri, mencuri ciuman-ciuman lembut dari bibir mungilnya August, dan menjadi milik Greyson seutuhnya, agak egois memang, tapi itu yang diinginkan Greyson, Greyson sepertinya, tak ingin mengelak lagi, dia mencintai August, semenjak dia tidak tahu cinta itu muncul, cinta itu gila.

“i just wish you were here, holding my hand, and laughing with me, without everybody, we can make it, why it’s too much fear? Taking you from that man, oh baby that i wish you were with me” tulis Greyson dalam sepenggal lirik lagu yang ia buat. 

***

August dan Cody, melakukan date mereka, lagi dan lagi, kedekatan 2 artis fenomenal ini membuat paparazzi haus akan berita tentang mereka berdua, siapa mereka sebenarnya, teman atau lebih. August hanya terdiam, dan menikmati gejolak musim semi di masa mudanya mengalungi tubuhnya. Agak bodoh memang, August merasakan cintanya berkecambah degan cepat. Baru kali ini August rela mengorbankan untuk tidak ikut mengantar Greyson ke World Tour Asianya yang kedua kali, baru kali ini, dia mementingkan “calon pacar” dari pada sahabat. Tapi hey! August untuk kali ini saja ingin merasakan seperti remaja biasa, ingin merasakan sensasi sihir musim semi yang para remaja rasakan, gelora cinta musim semi. Wajar kan? August berumur 14 tahun, umur yang masih labil-labilnya untuk merasakan seperti ini!

“come here August, watch your steps” sahut Cody, membuyarkan lamunan August, dan melihat Cody sudah agak jauh, August melangkah cepat.

“i’m sorry i was AAA” teriak August, terpleset dengan flat shoesnya sendiri, di atas genangan es yang baru mencair. August menutup matanya, dan saat dia membuka, Cody sudah membackup diriya, dan entah bagaimana, tangan August, dengan seenaknya melingkar di leher Cody, mata Cody yang membias dengan matahari, membuat August terpesona.

Tik. Tok. Waktu berjalan lambat bagi mereka, Cody terlarut dalam mata hitam legam August, dan August larut dalam mata hijau aqua dari Cody. August mencoba berdiri, tapi fail. Malah menambah parah, membuat Cody dengan cekatan menarik tangan August ke dalam pelukannya, August terdiam, dan menyadarkan dirinya.

“uh-oh, sorry for that Cody” ucap August malu-malu sambil bersemu merah.

“it’s okay, August, it’s okay” ucap Cody, lalu mereka berdua kembali berjalan menuju mall di dalam.

Satu harian penuh dihabisi dengan “date” mereka, dan juga beberapa gangguan kecil, seperti fans, dan paparazzi. August menikmati saat-saatnya itu, menikmati desiran darah, disaat Cody menggamitnya kencang, disaat Cody melihat dirinya tepat di matanya, disaat Cody, berubah menjadi lelaki yang super duper care dengan wanita. Oh My God he’s too perfect. Jam 7 berganti, waktu indah langsung memutus dengan suara lapar dari kedua makhluk ini.

“i guess we need to eat something, cause i’m hungry you know” ucap Cody saat mereka berdua sedang berjalan keluar dari bioskop. Langsung mendapat anggukan dari August.

“well, okay, i know where good restaurant is, i want to you taste their food, is delicious” ucap Cody, August menahan Cody pelan.

“Cody, may i decide where we eat?” tanya August. Cody mengerutkan dahinya.

“where?” tanya Cody.

“little store near my house, i know it’s not a fancy, expensive restaurant like you invite me, but you know sometime i just want to forget that who we are” ucap August pelan, ragu dalam keputusannya. Mendengar keputusan itu. Cody tersenyum, lalu mengusap pelan rambut hitam August.

“sure if you want, cause you are my princess today” ucap Cody. August tersenyum lebar, lalu berjinjit dan memeluk Cody dengan erat.

“yeay! Thanks! Let’s go!” ucap August. Cody tersenyum lebar, mengikuti gerak August yang gesit. Meliaht gesture tubu August yang berjalan disampingnya, rambut wavy nya yang mengikuti gerak tubuhnya. Rambut yang memiliki harum shampoo yang sama, setiap wanita itu menaruh kepalanya di pundaknya. Entahlah, apa yang dilakukan wanita itu, menjadi memorable di otaknya. Tawanya, candanya, dan juga tangisannya, ketika dia tidak bisa menahan “preasure” dari haters. August berbakat dalam segala hal, menari, menyanyi, akting, bahkan olahraga, dan juga pelajaran, tapi dia tidak ahli untuk mengendalikan emosionalnya, dia mudah merasa tersinggung, marah, dan cengeng. 

***

Perjalanan mereka berakhir di kedai kecil, yang ada di sudut jalan. Cody belum pernah ke tempat ini sama sekali. Tapi melihat muka August yang antusias, dia semakin penasaran dengan tempat ini.

Kedai kecil, dengan asap mengepul disetiap-setiap mangkuk, dan suasana nyaman menyelimuti restaurant tersebut. Terlihat di sudut restauran, terdapat majalah dinding, yang memamerkan beberapa artis telah kesini, tidak terkecuali August, wanita itu, terpampang dengan manis, sedang tertawa dengan ibunya, saat memakan disini.

“Pizza, and pasta, in this place, is the best i’ve ever tasted, you will change your mind, if you tell the restauran’s pasta or pizza is delicious!” ucap August antusias, sambil memesan makanan mereka. saat mengobrol, tentang hal-hal yang random. Pizza dengan asap mengepul diatas dan taburan keju yang-tidak-disukai-Cody-tentunya . Menyeruak hidung mereka berdua.

“i know you hate cheese, but you know it’s good” ucap August, sambil mencopot satu slice pizza, dan menyodorkan ke Cody.

“i don’t really like cheese, August” ucap Cody, menolak. August cemberut.

“taste before you say it” ucap August, lalu memberikan lagi pizza tersebut, dan dengan terpaksa Cody menggigit piza yang disodorkan August, saat mengunyah. Cody melihat muka August yang tersenyum, didetik itu, membuat keju bukanlah hal yang dibenci Cody, hey Keju ini... Enak! Batin Cody. Cody tersenyum, lalu mengambil sisa slice yang masih dipegang August.

“let me finish this, you should eh not should but must eat too” ucap Cody, August tersenyum lebar lalu menepuk tangannya kecil.

“yeay, Cody likes cheese, say yes to salty cheesy!” ucap August, lalu Cody, hanya bisa menunjukkan jempolnya, karena sedang mengunyah, mereka berdua tertawa bersama, sambil diselingin memakan pizza yang mereka beli. Menikmati suasana yang mungkin August tidak sadar itu membuat dirinya terjatuh dalam permasalahan rumit.... cinta.

***

Setelah selesai makan August, dan Cody berjalan ke mobil sambil bergandengan. Dingin musim semi, menusuk tulan August perlahan. August bersembunyi dalam coat panjangnya. Cody yang melihat tingkah August, menggamit tangannya lebih dekat.

“you can hug my hands, if you want” ucap Cody, August langsung menyambar tangan Cody dengan cepat.

“i guess, just a minute, rain will falling down” ucap August, Cody melihat muka August yang memutih pucat, dan menengok ke arah langit yang gelap gulita.

“i guess you right, well, we need to move our way fast then” ucap Cody, saat mereka berjalan, hujan mulai perlahan turun. 

“The Spring Rain” ucap Augut, Cody mengangguk, lalu berjalan cepat ke arah mobil yang sedang menunnggu mereka, disertai semakin derasnya hujan.

“fiuh, lucky we’re not wet at all” ucap August, Cody mengangguk.

“i’m freezing” ucap August, lalu Cody melihat bibir August yang membiru, dan tangannya bergetar. Cody kaget betapa bekunya muka August.

“come here” ucap Cody, lalu mendekap August hangat. August mendapatkan semburan air hangat di mukanya, hangat tubuh Cody, menyentrum tubuh August, dengan cepat juga August melingkarkan tangannya di pinggang Cody, dan mendekat ke arah Cody, menghangatkan dirinya, August terpejam, dalam dekapan dada. Hidungnya digelitiki oleh cologne Cody. Tangan Cody, dengan hangatnya, memeluk August. August tetap menutup matanya, dan menjaga dirinya, untuk tidak tertidur... terasa tangan melembai rambutnya pelan.

“i hope you are mine”

***

Cody mendengarkan suara nafas yang teratur dan tubuh yang mulai rileks, Cody menyadari, mungkin saja August sudah tertidur. Cody mengelus pelan rambut hitam itu. Cody menghela nafas.

“i hope you’re mine” ucap Cody, tidak menyadari wanita yang dipeluknya itu, masih terjaga.

***

Mendengar kata-kata itu. August mengencangkan pelukannya, dan membiarkan dirinya jatuh dalam permasalahan ini, dalam permasalahan cinta, memnbiarkan dirinya, jatuh dalam angan mimpi...

***

Cody terdiam, melihat wanita yang sedang tertidur dalam pangkuannya, di luar masih menjadi hujan yang deras. Bodohnya. Cody tidak membawa payung, jadi biarlah wanita ini tertidur di pangkuannya. Setelah ucapan itu, Cody membaringkan tubuh August diatas kakinya, dan Cody tertidur di sepanjang perjalanan, saat supirnya bilang mereka sudah sampai. Cody menunggu August terbangun sendiri, di elusnya lembut, rambut itu, dan menatap wajahnya teliti. He’s falling in love with this girl...

***

August terbangun, melihat dirinya sedang tertidur dikaki Cody, dan bangunnya itu, disambut dengan senyuman manis, dari pemilik mata aqua itu.

“where we are?” tanya August.

“in my car” ucap Cody

“there’s rain outside” ucap August, melihat keluar jendela. Cody mengangguk, August bangun, dan melihat Cody.

“Cody” ucap August pelan.

“i hear what you said when you hugged me” cap August. Cody terdiam mendengar itu.

“and?” tanya Cody, August menaikkan pundaknya. Cody mengelus pelan pipi itu.

“August, do you want to be my girlfriend?” tanya Cody. August melihat mata itu, dengan senyuman yang manis. August mangangguk. Cody tersenyum lebar lalu merengkuh wanita itu, merengkuh pacarnya, dilepas pelukannya itu, dan ditatap mata hitam itu. Cody mendekat, dengan perlahan mereka berdua menutup mata mereka berdua, dan terlarut dalam ciuman malam, yang dilatari oleh rintikan deras hujan di luar mobil.

“thank you so much, baby” ucap Cody, August memerah dan mengangguk antusias. 

August membuka pintu mobil dan menarik Cody, keluar berlari ke arah sebrang menuju apartemen August. August dan Cody, berlarian dibawah hujan sambil tertawa, Cody, menarik tubuh August, dan mencium lagi bibir August lembut, dibawah hujan, dibawah rembulan, dibawah rintikan air yang tak kenal lelah membasahi tubuh kedua insan ini. August membiarkan tubuhnya membasah, membiarkan rambutnya tergulai lemas dikarenakan air, dan membiarkan bibirnya, tersentuh oleh bibir basah yang juga dikarenakan hujan. August melepaskan semua ketakutannya, mengangkat dirinya, dan melingkarkan tangannya di leher Cody, ada senyuman disela ciuman itu, ada kehangatan disetiap titik dingin air hujan itu. Ada keindahan yang dia kecap dalam momen itu.





Perlahan, baik Cody, dan August memberhentikan ciuman itu, dengan pelan, dan dengan senyuman mengiringi akhir ciuman mereka. Dahi mereka tersentuh, saling menatap dalam mata-mata itu. Cody tersenyum lebar, tidak kalah dengan August. Hujan menjadi saksinya, di dalam sela ciuman itu, hujan tau, ada gejolak asmara yang terbuat dari dua insan ini, adan gejolak manis dari dua insan ini, bagi mereka, hujan ini menyimpan semuanya, menyimpan suatu cerita manis, tentang Augsut dan Cody malam ini. Menyimpannya, dengan nyanyian rinai hujan, dan suatu hari, hujan ini akan utrun lagi, untuk memberitahukan mereka, cinta mereka telha terukir oleh ujan yang turun disela ciuman mereka.

“we should go inside, or else, we’re catch a cold” ucap Augst, Cody mengangguk, dan menggenggam tangan August, dan berlari ke dalam. Saat di lobby, orang-orang menatap aneh mereka dua, dengan keadaan basah kuyu. August hanya tertawa kecil, lalu menuju lift, dan langsung ke penthousenya.

“Cody, i can taste the cheese, between our kiss” ucap August lagi malu-malu. Cody tersenyum, menarik tubuh Augut.

“you want to taste more?” tanya Cody, tersenyum nakal, August bersemu merah, melihat muka August seperti itu, Cody tersenyum, menyentuh dagunya pelan, dan mengangkat, muka August ke tepat mukanya.

“i love you” ucap Cody, Cody, mendekatkan tubuhnya ke tubuh August, dan mencium lagi bibir August, August mengangkat tangannya, dan menyentuh pelan pipi Cody, begitu juga Cody, menyentuh lembut pipi August, selagi dia melumat bibir August. 

Ciuman itu mengiri diri mereka menuju penthouse August, dengan latar lampu-lampu Los Angles, dibelakang lift kaca tembus padang itu, dan diselimuti oleh hangat suatu kecupan cinta, sekali lagi hujan hanya bisa mengiringi kisah cinta mereka, dengan suatu melodi indah bagi mereka...

***

>>> YEAAA!!! RAINING KISS!! can't lie but i really love to write this part, i don't know, i just throwing up my emotion in this part. hope you enjoy as i enjoy it. and don't forget, let me know what do you think, and thank you for wasting your time to read my story! x

(: :D

No comments:

Post a Comment