***
Tiga jam Nokia Center Building dibuat
menari, dalam dentuman yang besar, setelah jam tepat berada di pukul sepuluh
tepat. Greyson dan August selesai mengakhiri lagu mereka. Kiss Me, lagu lembut,
yang diiringi oleh, permainan piano dan biola oleh August dan Greyson. semua
orang terhanyut dalam permainan August dan Greyson, sampai akhir nada, ditutup
dengan halus oleh violin August. Semua orang bertepuk tangan dan berteriak nama
mereka.
“thank
you so much Los Angeles, thanks you so much guys we love you so much” ucap Greyson.
disambut dengan teriakan histerik dari perempuan-perumpan tersebut.
“thank
you so much guys, see you guys soon, bye!!” teriak August lalu keluar dari
panggung, setelah Greyson keluar dahulu. Lampu dimatikan, dan konser pertama di
Los Angeles selesai dengan sukses.
***
“THAT’S
A HUGE GUYSS!!!” ucap Jeremy sambil menepuk tangannya, dan memeluk dua anak
didiknya itu.
“thank
you, thank you” ucap August tersernyum.
“your
violin!! Is amazing!! Why you never tell me that you can play this
instrument!!” tanya Jeremy gemas.
“i
just want to surprise you guys” ucap August lagi, August mengelap keringatnya.
“okay,
go back to your room, take a rest, and change your clothes, we’re going to our
bus” ucap Jeremy, August mengangguk.
“thanks
for your work Greyson” ucap August.
“sure
me too” ucap Greyson dingin.
“Greyson,
can you send my sorry to your girlfriend, for that time, i really sorry, and Greyson,
i’m sorry for you too” ucap August lagi, Greyson mengangguk.
“yeah,
it’s okay, i forgive you” ucap Greyson dan masuk ke ruangannya, August
mengangguk lalu masuk ke dalam ruang ganti bajunya.
“i
miss your hug...Greyson” batin August berdiri dalam koridor gelap itu, sambil menunduk.
***
“hey
babe, hows your concert in Los Angeles?” tanya Cody.
“it’s
amazing, so hows yours?” tanya August
“we’re
good, Kendall and Logan such a good guy” ucap Cody, August mengangguk.
“i
said i’m sorry to Greyson” ucap August.
“are
you serious? So what did he say?” tanya Cody.
“he
forgived me” ucap August, August menceritakan semuanya, dari awal konser,
sampai tadi setelah konser. Cody mendengar semuanya, seenggaknya sekarang Cody
bisa dijadikan tempat curahan hati August, selain Sasta, Greyson bukan disisinya
sekarang, biasanya Sasta adalah orang ke dua yang akan diceritakan August...
tapi kali ini tidak, dia mungkin yang pertama.
“so,
that’s it, i just miss him, in my side to support me, to support me whatever
i’m doing is right, i miss him” ucap August pelan, air mata August, sudah
menggenang.
“don’t
cry” ucap Cody lembut dalam telepon itu, August menghapus air matanya.
“i
don’t know i can past this tour fast” ucap August.
“everything
is gonna be okay, August, i believe it” ucap Cody, meyakinkan August. Yang ada
di New York sekarang itu, rasanya sudah menggenggam erat iPhone itu, dan
rasanya, pingin kembali ke Los Angeles, dan memeluk wanita yang dia telfon, Greyson
berlebihan, semuanya dibuat susah, Greyson tidak mengerti posisi August
sekarang.
“i
just don’t know why he..” ucapan August terpotong.
“August,
we need to.. ou, what happen?” tanya salah satu penari dari August, melihat,
air mata August sudah mengalir di pipinya.
“it’s
okay, i’m fine” ucap August dengan senyumannya.
“no
you’re not, you’re.... bleeding” ucap penarinya itu pelan. August terkesiap.
“Cody
talk you later” ucap August, segera mematikan teleponnya, August melirik ke
kaca didepannya. Darah segar mengalir deras dari hidungnya. August terdiam
melihat darah itu.
“kenapa
kambuh lagi” batin August.
“Sintya,
call my Mom please, please don’t yelling, just tell her, i have nosebleed, she
knows what she’ll do, don’t be panic, i’m fine” ucap August cepat, dia langsung
mencari tissue, dan mengelap darahnya. Sintya langsung pergi berlari, dan
mencari Ibu August. Sintya bertemu dengan Ibu August di tempat duduk bersama Ibu
Greyson.
“aunty,
August, has a nosebleed now” ucap Sintya dengan cepat, Ibunya August terdiam.
“are
you serious?” tanya Ibunya panik.
“yeah
i really i am” ucap Sintya, Ibunya langsung berdiri panik, memasuki ruang
artist, membuka tasnya, dan segera mengobatkan obat yang sudah dia tidak pernah
pakai lagi akhir-akhir ini. Sintya hanya melihat cemas.
“what’s
happening?” tanya Greyson muncul, melihat Syntia memiliki muka yang serius.
“August,
has a nosebleed” ucap Syntia, Greyson terdiam, mimisan... berarti.... August...
penyakit itu... masih merajai diri August... tapi apa yang bisa membuat dia
seperti itu lagi... Greyson dulu pernah menanyai ke Ibunya August, August sudah
jarang mendapatkan mimisan seperti itu lagi. Greyson berjalan ke arah ruang
artis, dan terlihat August terdiam, menahan perih suntikan yang pernah Greyson
lakukan juga terhadap anak itu...
“August...”
batin Greyson, melihat darah itu lagi, seperti layaknya terputar lagi kembali
ke masa lalu, disaat August seperti itu juga, dan Greyson melakukan penyuntikan
terhadap August, August yang memegang kemeja Greyson dengan kencang saat itu.
“is
she okay Aunty?” tanya Greyson.
“i
don’t know, maybe she’s too tired, let’s go to our bus” ucap Ibunya, Greyson
mengangguk.
“let
me carrying her, aunty” ucap Greyson pelan, Ibunya mengangguk. Greyson duduk
disamping August yang telah disuntik itu.
“what
are you thinking about? And what happen?” tanya Greyson dingin, sambil menunduk, tidak berani melihat muka August yang pucat pasi itu.
“like
my Mom said, i’m too tired Greyson” ucap August menunduk.
“i’m
sorry” ucap Greyson.
“no,
don’t be, it’s not your fault” ucap August menepuk pelan pundak Greyson.
“come,
one we need to go to our bus” ucap August, lalu berdiri, dan tiba-tiba kakinya
lemas. Greyson dengan sigap menarik August ke pelukannya. August terdiam,
pelukan ini... seperti pelukan yang dia rasakan empat tahun lalu, pelukan
posesif, menghujam ke seluruh tubuh August.
“thank
you” ucap August, tiba-tiba tubuhnya diangkat.
“come
on, i know you, you can’t walk, after you get that medicine” ucap Greyson, lalu
membopong August ke dalam bis.
“thanks”
ucap August malu, jantungnya berdebar kencang, layaknya dentuman-dentuman drum
di lagu-lagu beat. “Ini apa?” Batin August.
Greyson hanya bisa terdiam, sambil
membopong August, badan August yang ringan membuat Greyson dengan enteng berjalan,
beruntung tidak ada wartawan yang menunggu, dengan tenang Greyson membopong August,
atau lebih tepatnya berusaha tenang, tidak bisa dipungkiri, jika ada
gejolak-gejolak manis bermunculan dengan sentuhan tangan itu, dan suara itu,
rambut hitam itu. Tidak bisa dipungkiri, hati Greyson berdegup seperti
drummer-drummer terkenal menggebuh dengan nafsu drum mereka. “what is this?”
tanya batin Greyson...
***
No comments:
Post a Comment