***
Greyson segera masuk bis, dan
menidurkan August di atas kasurnya, ini adalah Bus terbesar yang Greyson pernah
lihat, karena, bukanlah lagi, bunks-bunks yang ada di setiap bis turnya,
melainkan kamar, kamar yang kecil, tapi terlihat cukup nyaman. August terbaring
lemas, dengan mukanya yang pucat.
“is
it okay if i leave you here?” tanya Greyson ke August, August mengangguk pelan.
“take
care of yourself, August, i don’t want something bad happen with you” ucap Greyson
pelan, membelai halus jidat itu.
“it’s
okay, Greyson” ucap August pelan.
“take
care yourself, i’m right beside your room, okay? Good night” ucap Greyson,
dengan pelan, lalu mengecup pelan dahi August.
Baik August dan Greyson terdiam,
dengan apa yang terjadi, dengan canggung Greyson keluar kamar August, dengan
detupan jantung yang meletup-letup, apa yang dia lakukan tadi? Apa? Mengapa dia
mencium August? August bukanlah lagi miliknya, dan bibir ini, bukanlah lagi
milik August. Apa yang Greyson fikirkan tadi?
August terkesiap, melihat perlakuan
itu, dia terdiam dalam kebisuannya. Sensasi-sensasi, yang masih mengecap hangat
ditubuhnya, bulir-bulir darah mengalir cepat didalam tubuhnya. Ini hal yang
beda, yang dia rasakan dari Cody, August menutup matanya, dan meyakinkan
dirinya, bahwa ini bukan sesuatu hal yang buruk. Cody ada disisinya saat ini.
Disaaat melamun, Hp August berdering.
“CODY”
tulis layar Hp nya itu. August segera mengangkatnya.
“hey,
what’s happening?” tanya Cody.
“i
have my noseblood” ucap August terdiam.
“are
you okay?” tanya Cody cemas.
“i
am” ucap August lemas.
“take
care of you, baby, go to sleep, you still have a concert on the next day” ucap Cody,
August mengangguk pelan lalu mematikan telefonnya, dimiringkan tubuhnya menuju
jendela, August, mencoba untuk menutup matanya, menyeret dirinya paksa ke arah
mimpi.
***
Pagi itu terasa hambar, dengan
sarapan cereal yang tidak disukai August, segalanya jadi begitu hambar, jadi
begitu canggung, semenjak malam itu. Greyson jadi jarang berbicara dengan
August, Greyson lebih sering, sibuk dengan hp nya, atau lebih tepatnya sibuk
dengan orang yang terhubung dengan hp nya, Olivia, siapa lagi kalau bukan dia?
August sepertinya memang kehilangan seseorang, hal yang dia takutkan,
benar-benar terjadi. Olivia menggantikan posisi August. August merasa
kesepian... hal ini, membuatnya bertanya, apakah ini yang dirasakan Greyson
disaat August mengobrol tentang Cody selalu setiap waktu? Tapi, August merasa
dia tidak mencuekkan Greyson... August menghela nafasnya panjang, lau
membersihkan mangkuknya, dan segera kembali ke kamar tidurnya...
***
Dalam kesibukannya, dengan barang
yang dihadapannya, ekor mata lelaki ini tak henti mengawasi wanita yang sedang
memakan sarapannya. Setelah kejadian semalam, entah apa, membuat lelaki ini
menjadi begitu protektif, tapi, dia tidak ingin menunjukkan keprotektifannya, Greyson
sekali lagi melihat, hembuasan nafas dari gadis, itu, beranjak, dan
membersihkan mangkuk sarapannya, dan melihat jalan dengan gontaian lemas, ke
arah kamarnya.
Greyson
beranjak, lalu memasuki kamarnya, yang tepat disamping kamar wanita itu, yang
hanya dibatasi oleh dinding kayu tipis. Greyson duduk di dinding itu, dan
memantau gadis dibalik dinding itu dengan suara. Entah mengapa, Greyson ingin
melakukan ini, melihat August berdarah semalam, adalah salah satu dari bencana
yang Greyson tidak ingin lihat, semua penyakit yang ganas tiada ampun, masih
menggrogoti tubuh mungil itu, hanya beberapa orang yang mengetahui penyakit
itu, dalam lingkup August, hanya keluarga inti August dan Greyson. Disaat kecil
berumur empat tahun, Greyson sering melihat Alexa, atau Tanner, atau keluarga
August maupun Greyson, menyuntik pelan, di bagian tulang pipi August. Setiap Greyson
tanya, selalu diberi tahu, jawabnya sama, membuat August lebih cantik, hanya
itu, tapi tidak disaat dia berumur sebelas tahun...
***
August
22nd, ‘08
Edmond,
Oklahoma.
“August,
what was happen with you?” tanya Greyson kecil, panik, melihat darah tidak
berhenti-henti dihidungnya.
“i
don’t know, please, call my mom, tanner, alexa, or everybody!!!” ucap August
juga panik. Greyson langsung memencet telepon Mamanya, dan diangkat dengan
cepat.
“mom!
August has a nosebleed!” ucap Greyson cepat, suara nafas Ibunya tercekat, lalu
mulai mengambil nafasnya dalam.
“okay,
Greyson, you need to take care of her, take the medicine, at the box, right
under my bed” ucap Ibunya, Greyson segera berlari ke kamar Ibunya lalu
mengambil kotak itu, terlihat beberapa jarum suntik, dan beberapa cairan-cairan
aneh.
“now,
take the liquid name “Aqueze Farastatosic” mix with alcohol, and put in the injection
tube” ucap Mamanya, Greyson mengangguk.
“done,
what’s else?” tanya Greyson lagi.
“give
that injection, to her cheeks bones, where we always give her, you know that
place right?” tanya Mamanya.
“i
know where is it” ucap Greyson lagi. Greyson langsung berlari menuju August,
dan melihat cairan itu sudah bertambah banyak.
“August,
your eyes” ucap Greyson lagi, melihat titik air mata darah dimatanya.
“help
me Greyson” ucap August, memejamkan matanya, yang perih, lalu dengan cepat Greyson
menyuntikkan obat itu, dengan remasan tangan August di kemeja Greyson.
“oh
my God, what’s happen with you” ucap Greyson lagi, August, terdiam, menutup
matanya, darahnya akhirnya berhenti mengalir, Greyson membersihkan muka August.
“thank
you Greyson” ucap August, memeluk Greyson.
“what’s
happen with you, why?” tanya Greyson.
“i
don’t know, my parents never tell me about this” ucap August, terdiam.
“come
on, it’s okay, clean yourself” ucap Greyson, August berdiri, dan seketika
langsung terjatuh ke lantai.
“i
can’t stand” ucap August. Greyson lalu membopong pelan August.
“come on, let me help you” ucap Greyson, August diangkat dengan Greyson. entah dari mana kekuatan itu, tapi Greyson merasa diri August itu, sangat enteng.
“thank
you again” ucap August tersenyum.
“it’s okay, i’m always beside you” ucap Greyson tersenyum, dan mengantarkan diri August ke kamar Greyson, Greyson berlari ke rumah August, dan mengambil baju nya dengan asal, menaruh di kasur Greyson, dan Greyson langsung keluar. August tersenyum melihat, sikap peduli Greyson.
“thank
you, again. Greyson” ucap August, Greyson tersenyum manis, bahkan sangat manis,
Greyson berjalan ke dekat August dan mengecup pelan dahinya.
“it’s
okay” ucap Greyson.
***
Semenjak hari itu Greyson diberi
tahu mengapa August bisa seperti itu, dan disaat itu pula Greyson berjanji akan
menolong August, menyuntik August bukan lah lagi, hal baru Greyson, semenjak
kejadian itu, ada saja dalam satu bulan August kembali berdarah, dan Greyson
kembali mengurus August, dan selalu diakhiri dengan kecupan lembut di dahinya,
dan malam itu terjadi lagi, tapi sangat berbeda posisi, dimana August sudah
memiliki kekasih. Memiliki Cody. Apakah mungkin Cody sudah tau, penyakit August?
Apakah Cody itu sudah siap? Greyson terdiam, menutup matanya, darah yang
mengalir dari hidung August itu, seperti layaknya ingatan yang masih segar
terulang di otak Greyson.
“i’m
sorry August, i really i am” ucap Greyson, menahan tangisannya, tapi, tidak
bisa dipungkiri, ada satu titik tangisan yang keluar di ujung mata lelaki itu,
ada satu titik kekecewaan bahwa dia mengingkari janjinya sendiri, menjaga
August. Tapi, hal yang membuat August seperti itu, adalah dirinya sendiri...
***
No comments:
Post a Comment