***
May
25th ‘12
Colorado,
Canada
August, keluar bis nya, dan disirami
oleh panas mentari. August tersenyum sangat manis, lalu melangkah dengan ringan
menuju hotel yang ada di hadapannya, untuk beristirahat selama tiga hari
kedepan, karena tiga hari kedepan akan dilaksanakan signing season, interview
dan konser. August menghirup nafas, dan mencium gelitik-gelitik musim panas
yang hangat, dengan senyumnya yang riang, August masuk ke hotel, diberi sapaan
hangat oleh penjaga August tersenyum manis, lalu jalan menuju lift, dan segera
naik ke lantai sepuluh yang sudah mereka sewa satu lantai. Baru saja membuka
lift, terdengar gelak tawa para backup dancer August. August tersenyum lagi,
dan segera pergi ke kamarnya.
Belum lama senyum itu tertempel di
muka August –yang-tentunya-August-belum-mandi- senyum itu sudah di cabut paksa,
dengan melihat muka lelaki itu, sedang berbicara di telefon, tidak harus
berfikir berkali-kali siapa yang dia telfon dengan muka sumringah seperti itu,
pasti itu Olivia, August terdiam, August berniat untuk menguping pembicaraan
mereka, entah kenapa August merasa ingin tahu masalh lelaki satu itu. August
berfikir keras, dan terbesit ide konyol, August langsung menarik Sintya, dan
mengajaknya mengobrol pelan di dekat Greyson. August berbicara ngalor ngidul bersama
Sintya, sekalian mendengarkan pembicaraan mereka...
“so,
what are you doing right now?” tanya Greyson, di belakang August, Sintya yang
tau akal-akalan August hanya tersenyum simpul.
“oh
my God i miss you so much, i just can’t believe that you can’t came with me”
ucap Greyson, yang langsung diberikan ekspresi muntah oleh August, Sintya hanya
terkekeh melihat sifat August itu. pembicaraan yang kelewat mesra
–dan-tentunya-diberikan-ekspresi-jijik-oleh-August- berlanjut. Greyson
menyadari, August di belakangnya, disaat telfon itu selesai. Greyson menepuk
pundak August.
“can’t
you stop to listening to me while i’m talking with my girlfriend?” tanya
Greyson skeptis, August mengerinyit.
“pede
banget, cih, ogah gue” cibir Augst, lalu berjalan, sambil mengibaskan rambutnya
ke muka Greyson, dan dengan enaknya berjalan meninggalkan koridor, diiringi
tawa oleh Sintya.
***
Signing season, di mulai hari ini.
August sudah bersiap dengan dress merah, terlihat kalung sayap terbalut di lehernya, dan oh ya! Sepatu kulit berwarna merah yang senada dengan bajunya. August tersenyum sumringah dan berjalan menuju mobil
alphard, disaat dia berjalan, dia sedang ber sms ria dengan Cody. Syukurlah,
pagi itu tidak ada yang bisa membuat mood August hancur, senyum manis August
sepertinya bertengger manis di mukanya yang pucat.
Mamanya
menghela nafas dengan lepas setelah kejadian kemarin itu. Tidak bisa dipungkiri
memori-memori yang besar dan juga terlalu menyakitkan untuk dipercayai terulang
lagi, tetesan air mata darah, dan aliran darah segar dari hidung anak semata
wayangnya itu terjadi lagi, suntik yang dia jarang gunakan terpakai lagi. Butuh
tahan nafas yang lama, melihat anak kandung tersiksa. Ini yang ditakutkan oleh
Erin, anaknya menjadi artis, tapi... kondisinya yang cukup ...parah. Erin sudah
berbicara ke August, tapi August ngotot masih ingin hidup di bidangnya. Lamunan
Erin terpecah, saat handphone berdering dari hp August. August yang
sedangmenatap hp nya itu tersenyum langsung menganga. Menelan ludah August
mengangkat telefon itu.
“Halo?”
sapa August, diam dalam takut. Semua orang di mobil menatap August heran, tidak
terkecuali Greyson yang sedari tadi mengawasi August dalam diam.
“Papa
tau dari mana?” ucap August lagi, Greyson, Tante Lisa mengerinyit, juga supir,
hanya August dan Ibunya yang mengerti, lalu menghela nafas, dan membisikkan ke
Tante Lisa.
“August
baik-baik aja kok Pa, August yang terlalu capek... iya... August tau... gak
kok, gak ada fikiran berat... Bukan Pa, bukan karena Cody... Serius, August gak
bohong, ini murni August yang kelewat heboh di panggung... iya Pa, ini terakhir
kalinya... iya, August janji... janji Pa... iya Pa, August janji gak akan
pernah make itu...” balas August muram, apa yang dia ucapkan hanyalah tabu
belaka, August yakin, di suatu hari kedepan pasti August akan merasakan hal
itu, merasakan cairan lengket yang langsung berkerja cepat di tubuhnya setiap
disuntik, dan rasa tidak berdaya tubuh August itu.
“Mama
kenapa kasih tau ke Papa?” tanya August muram disitu sambil menunduk, menatap
hp nya, Tante Lisa dan Greyson masih bingun tidak mengerti.
“Mama
tau sendiri, Papa yang paling khawatir sama hal ini, kalo Mama kasih tau,
mungkin aja karir August bisa ancur” ucap August dingin.
“bukan
itu maksud Mama sayang, dia itu masih Papa kamu, dia berhak tau” bela Mamanya.
“jangan
Ma, August itu normal, sakit dikit itu biasa ma. August normal” ucap August
menekankan dengan pelan kata ‘normal’ itu.
“kamu
gak normal sayang, kamu ...” ucap Mamanya.
“August
gamau jadi orang special, Mah, August normal” ucap August dingin, ibunya
terdiam.
“you’re
special August, for me, you are special, you’re not normal, but you’re special,
you are my seacret princess” ucap Greyson cepat, August mengangkat kepalanya,
lalu menatap Greyson. August hanya tertawa sinis.
“you
had girlfriend” ucap August lagi. “but you still my periority” ucap Greyson
lagi.
“i
have Cody” balas August dingin. “you don’t need to take care of me, i have him”
ucap August dingin.
“he
can’t face you” ucap Greyson. “he loves me” balas August lagi. “he won’t if he
knows the truth, the truth you’re special” balas Greyson lagi. August membuang
pandangannya ke jendela.
“you
can’t be like that you had Olivia, she is your girlfriend” ucap August. Greyson
frustasi, mendengar ucapan itu.
“i
don’t care, but you are special to me, you’re not normal, and i’m here beside
you forever and ever. End of story” ucap Greyson mantap.
“don’t
give me a promisses” balas August dingin, menatap Greyson dengan hujaman
dinginnya.
“but
i do” ucap Greyson. August menatap Greyson yang menatap lurus diri August.
“how
if me and Olivia trapped at the different building, and those building really
catch by the fire who’ll you save first? Me or her?” tanya August lagi, menatap
mata itu.
“i...”
ucap Greyson terbata, August membuang pandangan matanya sambil tertawa sinis.
“don’t give me any promisses, and for your information, i’m normal, i’m not
special” ucap August terdiam.
“
i save you” ucap Greyson lagi, August menoleh heran, lalu tersenyum simpul.
“you are truly jerk” ucap August lagi. “i don’t care” balas Greyson lagi.
August menghela nafas.
“it’s
hard to be me, so don’t waste your time to take care of me, save her, not me,
cause i’m useless, soon or later, i’ll die, just save the normal one, you said
i’m special right? So don’t need to save the special one, save the normal one,
cause it brings normal life for you the special one have their own way to be
save have their own hero to save their life, and it God, God knows where should
i go. Living this life longer or enjoying the world in God sides” balas August
lalu mengambil headseat iPod nya dan memutarkan lagu-lagu yang menyumbat
pendengarannya, matanya menutup, menutup dalam suatu fakta menyedihkan untuk
dia percayai, ada fakta menyedihkan dalam balutan dan bentuk tubuh sempurna
ini, ada fakta yang menyedihkan dalam sang popularitas wanita ini. Wanita ini
tersenyum, merintikkan air matanya. Dirinya spesial, ya spesial di jalurnya
sendiri, jalur yang dibuat Tuhan khusus untuk dijalani August.
***
No comments:
Post a Comment