Sunday, May 6, 2012

Remember August ( Part 2 : The Broke Up, We Can't Be Friends )

***

Oklahoma
March 29th ‘09

“can i come over your house after school?” tanya Greyson dengan suara lesu di samping loker August, August menatap aneh Greyson. Melihat sorotan mata itu August mengangguk, dan menepuk pelan bahu Greyson.

“it’s okay, pull out your feeling after this school” ucap August, meninggalkan Greyson dan segera masuk ke kelas History.

“thanks, August, you’re the best” teriak Greyson dari tempatnya, August hanya mengangkat sebelah tangannya tanpa menoleh ke arah Greyson. Greyson segera beranjak, ke kelas Matematikanya, dan dilihat, Wanita pirang yang seharusnya menjadi pacarnya itu, sedang menggandeng tangan sahabatnya sendiri. Lauren Westphalen menyakiti dirinya, dan tempat Greyson bisa berdiri tegak saat itu August, hanya August yang masih membantunya. Hanya August, hanya wanita Indonesia, yang lahir di hari dan jam yang sama, di tempat berbeda. Hanya August Merry Wibowo.

***

Greyson hanya terdiam dalam perjalanan pulangnya, mendengarkan August bercerita tentang kucing yang ada dirumahnya, hal itu tidak menghibur Greyson sama sekali, Greyson patah hati, dan semua hal patah hati itu terkena imbas juga ke August, apalagi pas Greyson baru putus sama Lauren, sifat Greyson ke August, layaknya cewek PMS yang ngejutekin cewek itu. Ganas, kayak harimau, August hanya bisa meluncurkan rentetan kekesalannya dalam Bahasa Indonesia, yang pasti selalu diabaikan Greyson.

“You such a girl if you acting like that you know, lo kayak banci” umbar August ke Greyson, Greyson memicingkan matanya ke August.

“what?” tanya Greyson lagi “iya, lo kayak banci, Lauren doang di tangisin, masih takut laba-laba aja lo, mikirin cinta, gue juga sih, tapi gue kan gak separah lo. Walaupun sama, tetep aja salahnya selalu lo bukan gue, gue kan selalu bener, lonya aja lebay, masalah gitu doang, sampe mewek gak jelas, mana make cuekin gue lagi. Lo gak tau kan cerita gue apa aja daritadi? Dasar cowok lagi kena PMS lo!” ucap August yang malah menceramahi Greyson dalam rentetan kata “Indoensian Slang.”

“can you speak English?” frustasi Greyson yang gagal total mentranslate kata-kata August itu.

“i’m hungry” ucap August acuh tak acuh meninggalkan Greyson. Greyson hanya terdiam, lalu Greyson berlari dengan endapan kakinya. Diulurkan kakinya.

‘BRUK’

August dengan sukses mencium trotoar jalan. August terjatuh dislengkat oleh Greyson. Greyson berlari sambil tertawa melihat jatuhnya August, Greyson sering melakukan seperti itu, begitu juga August, mereka berdua setelah itu, pasti bangun dan kejar-kejaran. Tapi sekarang August tidak langsung berdiri dia masih terdiam disana. Larian Greyson terhenti.

“don’t be such a drama queen August, wake up, and go home” balas Greyson lalu berjalan meninggalkan August, August akhirnya berdiri.

“darah” guman August saat memegang hidungnya. August langsung menyusul Greyson sambil mengelap darah itu dengan saputangan. August menunduk sepanjang jalan, kali ini gantian Greyson yang bawel dari tadi.

“hey what happened?” tanya Greyson, sebagai insting sahabatnya, melihat sahabatnya itu diam saja, biasanya dia yang bawel.

Jawaban yang ditunggu Greyson hanya dibalas dalam gelengan kepala August, Greyson mengerinyit, dia melangkah lebih besar dan menghalangi August, dan sukses membuat August menabrak pipi Greyson. terceplak sedikit darah di pipi Greyson.

“you are bleeding” ucap Greyson. August hanya terdiam, rahang Greyson mengeras melihat darah meluber di saputangan August, Greyson menarik tangan August yang bebas lalu mengajak August pulang lebih cepat.

“i’m sorry” 

***

“i’m so sorry August” ucap Greyson yang sekarang ada di kamar August, mungkin kalimat itu sudah ke sekian juta kalinya.

“it’s okay Greyson, it’s okay, you know i’m a weak person remember? when i feel tired, or i get so much preasure, or else, i get too much too think about, i’ll have noseblood” ucap August. “but still” balas Greyson lagi “it’s okay, so what do you want to talk about?” tanya August, rebahan dikasurnya, Greyson ikut-ikutan lalu menatap August yang menatap Greyson.

“i don’t know i just mess my life” ucap Greyson lemas, August tertawa kecil lalu terduduk, dan melipatkan kakinya.

“because of her right?” tanya August, Greyson mengangguk lemas. August memainkan baju Greyson, yang mungkin kehobian August tersendiri jika mereka sedang berdua, berbicara seperti ini.

“i guess so” ucap Greyson. “you must be love her so much hu?” tanya August, lagi. Greyson mengangguk. 

“i still can’t believe it, you lost your first kiss whit her” ucap August lagi. “i do really love her, August, but she’s not” ucap Greyson. August mengangguk mengerti. Greyson bangun dan duduk di depan August, menyenderkan kepalanya di pundak August, Greyson menutup matanya, dan wangi parfum vanilla mengisi ruang hidung Greyson. 

“satu...dua....tiga...” guman August, hitungan ketiga, tangisan Greyson keluar. August memeluk Greyson, mengelus pundak Greyson, dan menyandarkan kepalanya ke kepala Greyson. 

“it’s okay Greyson, let’s pull out of your emotion, you can cry as many as posible, my shuolder is ready for you” ucap August, dan menyenderkan kepalanya di pundak Greyson. August menutup matanya. Aroma cookies terhirup disela-sela hidungnya. August menutup matanya, dan dia menjatuhkan satu titik air mata yang dia tidak sadari. Yang entah itu air mata yang mendefinisikan apa didalam hatinya..

“August, can you promise me something?” tanya Greyson, August, menangguk.

“what?” tanya Auguts, pelan, masih dalam pelukan mereka.

“someday, we need to be a singer, who can draw how we felt eveyday” ucap Greyson, August tersenyum kecil, itu impian mereka dari semenjak kecil, dari sebelum mereka menegenal satu sama lain. August memeluk Greyson lebih erat.

“you can cry as masy as possible in my shoulder, if you finish, chin up, and face the world, together with me, with holding my hand” ucap August tersenyum dalam pelukan mereka berdua itu.

***

“hey Lauren” sapa August dengan senyuman ramahnya itu. lalu duduk di sebelahnya.

“hey, August, hows goin?” tanya Lauren, August hanya mengangkat bahunya. Lauren tertawa.

“hows him?” tanya Lauren cemas, August menyunggingkan senyuman lemas.

“still” ucap August simpel, Lauren menghela nafas. “you know why i’m broke up with him?” tanya Lauren, August menggelengkan kepalanya. 

“because when he needs someone he’ll come to you, he never come to his girl or his sister and brother, neither his parent, he’ll tells you. Everything, what he feels, what he hates, what he likes. If there anybody really match to be together with him, is you, not me, or anyone else does” ucap Lauren tersenyum. August malah tersenyum lebar.

“no it’s not, he just my best friend, not much, even i want it much, it won’t happened” ucap August tersenyum.

“gue anggep dia temen, gak lebih, dan emang gak bisa lebih, meskipun sesusah apapun gue memperjuangakn dia, kita gak akan bisa bersatu” guman August.

***

>> tell me what do you think! x

(: :D

No comments:

Post a Comment