***
“hi
August! Nice to see you!” ucap wanita itu, August tersenyum lebar.
“hello!
Nice to see you too, thank you for coming, what’s your name?” tanya August
tersenyum lebar, sambil menanda tangani album cover.
“i’m
Thena” ucap wanita itu dengan senyum lebar.
“Thena?
Is wonderful name, how old are you?” tanya August lagi, sambil mengahadap penuh
perhatian ke wanita itu, satu anak masing-masing mendapat satu menit, maksimal
dua untuk mengobrol.
“i’m
fourteen, oh my God you are pretty!” ucap wanita itu menahan tawa nya.
“Oh
My God, thank you, you too!” ucap August tersenyum besar.
“you
are really my inspiration August, you are perfect!” ucap wanita itu heboh.
“i’m
not sweety, there’s no one perfect, i’m unperfect, but when i have you guys,
i’m perfect” ucap August tersenyum lebar.
“may
i get your hug, and take a photo with you?” tanya wanita itu malu-malu. August
mengangguk antusias dan langsung memeluk gadis berambut pirang itu erat.
“don’t
be afraid to dream, dream like you never dream before, make an effort, and
you’ll living your dream” bisik August. Orang itu mengangguk lalu mengambil
foto bersama August, antrian berjalan, tidak sedikit lelaki yang dia temui.
August memasang senyumnya yang sangat indah, begitu juga lelaki disampingnya
memberikan senyum sangat lebar. August memperhatikan lelaki itu, semenjak insiden
keluar darah dari hidung August, Greyson jadi agak menjauh, dan menjaga jarak
dari August. Mereka benar-benar tidak akan berbicara satu sama lain jika kalau
tidak ada rapat, dan latihan, atau August membutuhkan sesuatu, semua rasanya
menjadi canggung.
“August,
August!” ucap seseorang, pikiran August langsung buyar dan kembali
berkonsentrasi dengan antrian panjang dihadapannya. August menaruh senyum
terbaiknya, menaruh sapaan terhangatnya, dan memberikan pelukan hangatnya.
“Are
you okay?” tanya seseorang dari samping. August heran lalu menoleh melihat
Greyson mengecek diri August khawatir, saat itu Greyson meminta break untuk
beberapa menit oleh security.
“i’m okay. Why?” tanya August heran. Greyson mengangkat tangannya.
“you
look a little pale” ucap Greyson. teliti Greyson dengan dekat ke muka August,
August terdiam, lalu menatap mata Greyson yang menjalar ke pelosok permukaan
wajah August. Hingga Greyson mengangkat matanya, dan menatap sepasang mata
hitam itu.
“i’m
okay” ucap August masih menatap mata itu. Greyson yang menatap itu terlalu
dalam langsung salah tingkah seluruh tubuhnya berdesir kencang. Tunggu. Ini
apa? Batin Greyson, hey! Greyson sudah memiliki Olivia disini!
“okay,
just tell me if you’re not in a good condition” ucap Greyson yang menepuk pelan
rambut August, dan mengambil minum di bawah kolon gmeja untuk beristirahat
sejenak. August terdiam melihat itu, lalu terasa tubuhnya terhempas ke masa
lalu, di masa Greyson dan August hanyalah seorang anak kecil yang bebas
melakukan apa saja.
“line is open again, be ready” teriak security, August kembali sadar dari lamunannya dan mulai meladeni fans-fans yang datang. Setelah sekitar dua jam, signing season selesai, August dan Greyson berdiri dari meja, dan terlihat hamparan luas para remaja seumuran mereka berteriak memanggil nama mereka berdua. August menagambil pengeras suara dan mulai berbicara ke fans-fansnya.
“thank
you, so much guys, for coming here, you are really lovely” ucap August agak
serak, Greyson mengambil alih pengeras suara itu.
“see
you soon guys! Who’s coming to our concert?” tanya Greyson dan langsung
disambut oleh teriakan yang membludak. August tersenyum lebar.
“yeah,
tomorrow we will rock this state!” ucap Greyson lalu merangkul pelan August.
Semua orang berteriak. August hanya tersenyum lebar, saat Greyson sedang asik
berbincang-bincang dengan fans, August merasakan hal buruk di tubuhnya. Tangan
August mulai berkeringat, August menutup matanya lalu berbisik pelan ke
Greyson, Greyson yang sedang merangkul August terdiam, tangannya turun dan
menggengam tangan August, Greyson melihat kebawah, dan sudah ada tumpukan merah
diujung jari-jarinya. Greyson berubah pucat, dan menatap ke fans-fansnya.
“okay,
i guess it’s enough for this time, see you soon guys. I love you!” ucap
Greyson, dan disambung teriakan dari fans. August hanya tersenyum lemah, lalu
berjalan kesamping keluar backstage. Greyson mengambil tangan August lalu
memasukkan tangannya ke jaket Greyson.
“how...
can?” tanya Greyson langsung mengeluarkan tangan August dan melihat keringat
sudah menumpuk, dan tumpukan darah menggumpal di tangan August. August
menggeleng, dengan pelan Greyson meraih tangan August dan mulai memijit tangan
itu pelan, memberikan saluran darah itu jalan keluar.
Semuanya dibuat hening, bisu didalam
ruangan itu. hanyalah August dan Greyosn disana, itu sudah diminta oleh
Greyson, dengan alasan ingin curhat ke August. August hanya menurut, dan
mengikuti jalan Greyson, saat di dalam August sudah duduk dengan lemah
disamping Greyson, dan tangan August sekarang sudah dipijit pelan oleh Greyson.
“since
when you really get easy to get this August?” tanya Greyson khawatir. August
terdiam, lalu menggeleng pelan.
“did
Cody filling your brain? Did Cody do anything to you?” tanay Greyson lagi,
August sekali lagi menggeleng.
“or
it cause of me?” tanya Greyson pelan, menatap mata hitam itu, August terdiam
dalam bisu, lalu menggeleng.
“no”
ucap August, sangat pelan, bahkan mudah dikalahkan oleh gesekan angin disekitar
ruangan itu.
“are
you sure you can perform tomorrow or we need to move the date?” tanya Greyson, August
mengangguk. Lalu mengambil tangannya, dan menaruh di pahanya sendiri.
“i’m
fine, thank you for this” ucap August, lalu menaikkan tangannya pelan. Greyson
mengangguk. August berdiri dengna pelan, dan berjalan keluar, sebelum dia bisa
meraih ganggang pintu itu. Dirinya langsung membeku, sentuhan yang sangat
intens itu menjalar langsung ke seluruh tubuh August. Greyson memeluk dirinya
dari belakang. August terdiam membeku.
“i’m
sorry” ucap Greyson menguburkan kepalanya di pundak August dan menjatuhkan satu titik air mata di
pundak August yang terbuka.
“it’s
not your fault Greyson, really it’s not your fault” ucap August pelan, lalu
mencoba kabur dari pelukan itu, alih-alih lepas, tapi pelukan itu malah lebi
kencang, dan tangisan itu malah lebih deras.
“Greyson...”
ucap August pelan, August dengan ragu mengusap pelan tangan Greyson yang
melingkar di pinggangnya itu.
“seriously,
is not your fault, hey please, stop crying” ucap August. Greyson melepaskan
pelukan itu, lalu mulai berjalan meninggalkan August sendirian. Tanpa kata,
tanpa senyuman...
***
No comments:
Post a Comment